Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Center for Market Education (CME) menyoroti bahwa sumbangan penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia saat ini masih tergolong rendah, berada di bawah angka 2 persen.
Dalam policy brief terbarunya bertajuk Revolutionizing FDI Policy Towards Equitable Growth in Indonesia, yang dirilis oleh CME bersama Universitas Prasetiya, ditegaskan bahwa kontribusi FDI masih belum optimal jika dibandingkan dengan Vietnam, yang telah berhasil mencapai angka 4–5 persen.
Lebih lanjut, CME mengkhawatirkan bahwa mayoritas FDI yang masuk ke Indonesia masih bersifat market-seeking, yang hanya mengandalkan besarnya populasi Indonesia sebagai daya tarik tanpa memberikan dorongan signifikan terhadap peningkatan produktivitas atau ekspor.
1. Penting buat capai Indonesia Emas 2045
Bank Dunia atau World Bank menekankan bahwa tantangan utama di masa depan terletak pada reformasi yang dapat memacu produktivitas dan daya saing. Menurut Bank Dunia, inilah langkah krusial yang harus diambil Indonesia agar dapat bertransformasi menjadi negara berpendapatan tinggi sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045.
“Negara-negara tetangga kita sudah proaktif mencari peluang, Indonesia jangan sampai tertinggal. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah nyata untuk mendorong masuknya investasi asing,” ujar Akademisi Universitas Prasetiya Mulya sekaligus CME Chief Economist, Alvin Desfiandi, seperti yang dikutip pada hari Rabu, (16/4/2025).
Mengapa Investasi Emas Aman dan Menguntungkan? Intip Alasannya
Mengapa Investasi Emas Aman dan Menguntungkan? Intip Alasannya
2. ASEAN jadi sasaran investasi global
CME berpendapat bahwa kontribusi FDI perlu ditingkatkan, terutama mengingat momentum saat ini di mana ASEAN menjadi kawasan tujuan investasi global terbesar pasca-pandemi COVID-19.
Meskipun arus investasi global mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 33 persen dari 2 triliun dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2015 menjadi 1,3 triliun dolar AS pada tahun 2023, Asia Tenggara justru mencatatkan pertumbuhan yang luar biasa sebesar 92 persen, dari 120 miliar dolar AS menjadi 230 miliar dolar AS pada periode yang sama.
Arus modal yang masuk ke Indonesia bukan hanya sekadar angka, melainkan memberikan dampak langsung dan nyata bagi masyarakat luas, mulai dari para pelaku UMKM hingga jaringan pemasok lokal.
3. Indonesia harus aktif sebelum ketidakpastian global meningkat
Untuk mendorong peningkatan FDI, Alvin menegaskan bahwa pemerintah harus serius dalam memperkuat ekosistem investasi, memberikan ruang bagi pelaku yang lebih beragam dan berdampak, merumuskan kebijakan yang lebih inklusif, serta meninjau kembali persyaratan modal minimum.
Ia menambahkan, peningkatan FDI perlu segera direalisasikan sebelum ketidakpastian global semakin meningkat akibat perang tarif.
“Tidak hanya berfokus pada tujuan jangka panjang, tetapi juga pada pencapaian jangka pendek yang dapat diraih melalui deregulasi yang tepat sasaran,” jelas Alvin.
Dari sudut pandang hukum dan regulasi, Safita Narthfilda dari TRILEXICA at Law menekankan pentingnya melakukan terobosan, seperti regulatory sandbox yang mendukung inovasi. Menurutnya, terobosan tersebut dapat mempercepat dan memodernisasi proses perizinan.
Modal Asing Kabur dari Pasar Saham RI Tembus Rp29,92 T dalam 3 Bulan
Modal Asing Kabur dari Pasar Saham RI Tembus Rp29,92 T dalam 3 Bulan