TERNATE, KOMPAS.com – Sebelum meledak, kapal rigid inflatable boat (RIB) milik Basarnas Ternate sedang mencari dua orang nelayan yang dilaporkan hanyut di perairan Desa Gita, Tidore, Maluku Utara.
Kedua nelayan tersebut bernama Udin dan Darwin. Keduanya hanyut karena longboat yang ditumpanginya mengalami mati mesin.
Setelah gagal dievakuasi karena tim SAR mengalami insiden kecelakaan, kedua nelayan tersebut terdampar di sekitar pesisir Desa Gita.
Baca juga: Pencarian Jurnalis Korban Ledakan Kapal RIB Basarnas Ternate hingga ke Halmahera Selatan Masih Nihil
Kemudian, kedua nelayan ini berhasil memperbaiki mesin longboat, dan mereka berlayar ke Bastiong, Kota Ternate pada Senin (3/2/2025) sekitar pukul 15.05 WIT.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Ternate, Iwan Ramdani, membenarkan pulangnya kedua korban secara mandiri.
“Yang dua nelayan kemarin, alhamdulillah mereka sudah kembali ke Ternate. Mereka menghubungi kami bahwa mereka alhamdulillah sudah selamat dan sampai ke Ternate pukul 15.05 WIT,” jelasnya, dihubungi di Ternate pada Rabu (5/2/2025).
Baca juga: 7 Fakta Meledaknya Kapal Basarnas Ternate, Apa yang Terjadi?
Menurut Iwan, kedua nelayan ini sebenarnya hendak dijemput kembali oleh tim SAR gabungan. Namun, keduanya lebih berinisiatif untuk kembali sendiri.
“Betul, sempat terdampar karena kita sambil mencari (korban RIB). (Mereka) berinisiatif, ya, alhamdulillah mereka ada yang menolong begitu,” ungkapnya.
Sebelumnya, dua nelayan Udin dan Darwin berangkat memancing di perairan Kayoa, Halmahera Selatan, menggunakan longboat pada Minggu (2/2/2025) sekitar pukul 17.19 WIT.
Dua jam kemudian, perahu mereka mengalami mati mesin dan diduga terbawa arus hingga ke perairan Desa Gita, Tidore.
“Korban (Udin) menghubungi Basarnas untuk meminta bantuan evakuasi,” ujar Iwan di Ternate, Minggu (2/2/2025).
Menindaklanjuti laporan tersebut, tim SAR gabungan langsung dikerahkan ke lokasi menggunakan satu unit perahu karet (RIB).
Kapal RIB digunakan karena kecepatan dan lebih efektif dalam bermanuver dibandingkan KN SAR Pandudewanata yang berukuran lebih besar.
Selain itu, kedua korban hanyut cukup dekat karena masih dapat sinyal telepon.
Dikhawatirkan, semakin lama operasi SAR dilakukan, korban akan hanyut terbawa arus lebih jauh.
Kondisi cuaca saat itu juga ombak dan arus cukup kuat, namun masih memungkinkan untuk dilakukan evakuasi menggunakan RIB.
Kedua nelayan sempat juga membagikan keberadaannya (shareloc), sehingga saat itu dapat diperkirakan keberadaan mereka di koordinat 0°21’9.00″N/127°33’38″E, atau berjarak 28 nautical mile (NM) dari Kantor SAR Ternate.