Inilah Tambak Udang Ramah Lingkungan Pertama Di Asia

- Penulis

Senin, 24 Februari 2025 - 07:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KONTAN.CO.ID – PALU- Untuk pertama kali, tambak udang ramah lingkungan dibangun di Indonesia. Tambak udang ramah lingkungan ini bukan hanya menguntungkan ekosistem laut, tapi diperkirakan mendukung bisnis tambak yang berkelanjutan.

Tambak ramah lingkungan ini dibuat oleh perusahaan rintisan atau start up tambak udang, JALA bersama Yayasan Konservasi Indonesia. JALA menyiapkan dana investasi US$ 1,2 juta untuk proyek tambak udang ramah lingkungan tersebut. 

Melalui percontohan proyek bertajuk Climate Smart Shrimp Farming (CSSF) ini diharapkan dapat menghasilkan tambak yang berkelanjutan tanpa mencemari air laut dan udang berkualitas ekspor.

Proyek CSSF ini berlokasi di Desa Lalombi, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. CSSF adalah metode pengelolaan tambak udang yang menggabungkan pelestarian lingkungan berupa ekosistem mangrove.

Baca Juga: Resmi, Korban PHK Dapat Tunjangan 60% Gaji Selama 6 Bulan, Cek Cara Mengajukan JKP

Strategi ini diklaim yang pertama di Asia. Di tingkat global, metode pengelolaan tambak ramah lingkungan sudah berhasil diterapkan di Ekuador yang kini menguasai pasar ekspor udang di tingkat global.

“Beberapa puluh tahun yang lalu, Ekuador bukan apa-apa di pasar udang global. Bahkan, Indonesia malah sempat menjadi pemain besar di pasar udang dunia. Namun sekarang kita terbalik, karena tidak ada sistem pengelolaan tambahk udang yang berkelanjutan,” jelas Aryo Wiryawan, Chairman JALA, saat launching lokasi CSSF, Rabu 19 Februari 2025.

Di proyek ini, JALA memanfaatkan dana investasi untuk membeli lahan bekas tambak udang di Lolambi seluas kurang lebih 12 hektare. Dari jumlah itu, sebanyak 2,5 ha telah dibuat untuk kolam tambak udang.

Total sudah ada tujuh kolam yang siap untuk budidaya udang vaname. Pertama kali, Tim JALA telah melakukan tebar benur di tiga kolam pada 9 Februari 2025.

Baca Juga :  5 Restoran Aesthetic di Marina Bay Sands Singapura yang Bikin Betah

Lalu, tebar benur selanjutnya pada 21 Februari 2025. Di tujuh kolam tersebut, total benur yang ditebar sebanyak 2,5 juta.

Kini JALA sudah menyiapkan kolam tambahan. Secara keseluruhan total kolam tambak udang sebanyak 3,25 ha.

Lahan lainnya untuk budidaya mangrove seluas 3,5 ha. Mangrove berperan sebagai filter alami air limbah tambak udang sebelum dialirkan kembali ke laut.

Baca Juga: Akan Di-Buyback Rp 3 T Mulai Maret, Saham Blue Chip Layak Dilirik Karena Makin Murah

Kemudian, sisa lahan untuk sarana pendukung serta pembangunan kolam labirin dan kolam instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebagai pengolahan air masuk dan pembuangan.

Aryo optimistis, penyaringan air limbah menggunakan IPAL serta mangrove dapat mewujudkan tambak udang yang produktif dan berkelanjutan. Ia menghitung tambak udang vaname ini bisa panen per 120 hari.

Tiap hektar tambak bisa menghasilkan 35 ton udang vaname dengan harga jual rata-rata Rp 62.000 per kilogram (kg). Hitung punya hitung, dengan hasil panenan tersebut, JALA bisa mencapai balik modal atau break event point (BEP) dalam waktu lima tahun mendatang.

“Biasanya, tambak udang tradisional sudah merugi setelah tahun kelima, lalu tambaknya mangkrak. Dengan CSSF, semoga hasil panenan tetap besar dan berlanjut,” jelas alumnus UII Yogyakarta ini.

Sebagai pembanding, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa saat ini rata-rata produksi tambak udang di Indonesia, yang didominasi oleh tambak tradisional, adalah sebesar 0,6 ton/ha/siklus. Portal data KKP juga mencatat tambak budidaya dari beragam jenis ikan dan udang

pada tahun 2023 adalah 3,56 ton/ha/tahun.

Pasar Eropa

Untuk saat ini, JALA sudah memiliki calon pembeli udang. Mereka adalah perusahaan eksportir udang di Makassar, yakni PT Bomar Indonesia, PT Sekar Bumi Tbk dan PT Bahari Makmur Sejati (BMS).

Baca Juga :  15 Tempat Bukber Jogja yang Enak, Nyaman dan Terjangkau

Ke depan, JALA berharap bisa menjual sendiri produk udang ke luar negeri seperti China, Jepang, Eropa dan Amerika Serikat (AS). Hal itu akan berlangsung setelah program CSSF berhasil serta mendapatkan sertifikasi tambak udang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

“Pembeli udang di empat wilayah itu sangat memperhatikan aspek keberlanjutan dan lingkungan. Makanya, selama ini udang Indonesia sulit masuk ke empat wilayah itu. Padahal, harganya bagus,” terang Aryo.

 

Tonton: Sosok Brian Yuliarto, Guru Besar ITB yang jadi Menteri Baru Kabinet Prabowo-Gibran

Ramah lingkungan

Ocean Program Director Konservasi Indonesia Budiati Prasetiamartati optimistis CSSF bisa menjadi solusi atas penilaian negatif tambak udang di Indonesia. Selama ini, pembuatan tambak udang di Indonesia adalah dengan alih fungsi lahan mangrove.

Padahal, tambak udang dan lahan mangrove seharusnya bisa saling bersimbiosis mutualisme. Air tambak udang mengandung tinggi unsur pospat dan nitrogen, hasil sisa-sisa pencernaan pakan udang yang kaya protein.

Pospat dan nitrogen bisa mendukung pertumbuhan mangrove. “Tapi jika tidak diserap mangrove, zat-zat itu bisa mencemari laut, berpotensi booming alga, hingga mengancam kelestarian ekosistem laut,”jelas Budiati.

Konservasi Indonesia berharap, proyek percontohan ini bisa diterapkan di daerah lain di Indonesia. Selain untuk keberlanjutan tambak, keberadaan mangrove dapat mendukung penyerapan karbon.

Menurut analisa tim Konservasi Indonesia, saat ini sudah ada 0,24 ha kawasan restorasi mangrove. Total penyerapan karbon terestimasi sebesar 504 t CO2e atau setara dengan 137,33 ton karbon.

Jika penanaman mangrove seluas 3,5 ha, total karbon yang diserap setara 2.002,73 ton atau 14 kali lipat dari kondisi saat ini.

 

Baca Juga: Sprite Bakal Dandani Ratusan Ribu Warung dengan AR Selama Ramadhan

 

Berita Terkait

3 Rekomendasi Es Jadul Ini Bisa Bikin Nostalgia di Klaten,Ada Dawet Beras hingga Es Gosrok
5 Daya Tarik Hidden Cabana Klaten: Kuliner Lezat dengan Nuansa Tropis Instagramable
Jelang Ramadhan, Pemprov Jakarta Gelar Bazar Pangan Murah Besok
Taiwan Tawarkan Wisata Kuliner Halal untuk Turis Indonesia
Mencicipi Olahan Seafood di Natuna
Sejumlah Siswa di Pandeglang Diduga Keracunan Makan Bergizi Gratis, Begini Penjelasan Kepala Sekolah
Mana yang Lebih Baik, Makan Cepat atau Lambat?
Resep Serundeng Daging Empuk dan Wangi Kelapa, Bikin Nambah Nasi

Berita Terkait

Senin, 24 Februari 2025 - 09:46 WIB

3 Rekomendasi Es Jadul Ini Bisa Bikin Nostalgia di Klaten,Ada Dawet Beras hingga Es Gosrok

Senin, 24 Februari 2025 - 09:17 WIB

5 Daya Tarik Hidden Cabana Klaten: Kuliner Lezat dengan Nuansa Tropis Instagramable

Senin, 24 Februari 2025 - 07:17 WIB

Inilah Tambak Udang Ramah Lingkungan Pertama Di Asia

Minggu, 23 Februari 2025 - 10:07 WIB

Jelang Ramadhan, Pemprov Jakarta Gelar Bazar Pangan Murah Besok

Minggu, 23 Februari 2025 - 07:17 WIB

Taiwan Tawarkan Wisata Kuliner Halal untuk Turis Indonesia

Berita Terbaru

finance

Profil Dony Oskaria COO Danantara, Karier, & Harta Kekayaan

Senin, 24 Feb 2025 - 09:37 WIB