RAGAMUTAMA.COM – Pada awal tahun, kabar penting datang dari Brasil. Indonesia kini telah resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS, sebuah aliansi negara-negara yang kerap disebut sebagai penyeimbang kekuatan Barat.
Pengumuman ini disampaikan Kementerian Luar Negeri Brasil pada 6 Januari, menyusul persetujuan yang dicapai dalam KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, Agustus 2023.
Langkah ini mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pemain penting di panggung global. Sebagai negara berpenduduk terbesar di Asia Tenggara dan salah satu ekonomi terkuat di kawasan ini, Indonesia dianggap mampu membawa kontribusi signifikan dalam mendorong reformasi lembaga internasional dan memperkuat solidaritas negara-negara berkembang, yang sering disebut sebagai Global Selatan.
Apa Keuntungan Indonesia Bergabung dengan BRICS?
Sebagai anggota baru BRICS, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperluas akses ekspor ke negara-negara anggota, seperti Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.
Langkah ini dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai perdagangan global dan meningkatkan daya saing produknya di pasar internasional.
Selain itu, aliansi ini membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mengakses teknologi dari negara-negara anggota, seperti Cina dan Rusia, dengan biaya yang lebih terjangkau.
Bagi Indonesia, hal ini bisa menjadi dorongan besar dalam mempercepat pembangunan infrastruktur dan transformasi teknologi dalam negeri.
Keuntungan lainnya adalah potensi mengurangi ketergantungan Indonesia pada dolar AS. Diskusi BRICS baru-baru ini telah banyak membahas penggunaan mata uang lokal dalam transaksi antarnegara, langkah yang bisa membawa stabilitas ekonomi bagi anggota, termasuk Indonesia.
Tantangan yang Perlu Diwaspadai
Namun, di balik peluang besar ini, ada beberapa tantangan yang perlu diantisipasi. Analis Senior Indonesia Strategic and Economic, Ronny Sasmita, menyoroti risiko ketergantungan Indonesia pada teknologi dan produk dari negara-negara anggota BRICS. Hal ini dapat membuka celah bagi masuknya banjir produk asing, terutama dari Cina, yang mungkin mengancam keberlangsungan industri lokal.
Dari sisi geopolitik, keikutsertaan Indonesia dalam BRICS juga berpotensi memicu pandangan skeptis dari negara-negara maju. Mereka mungkin menganggap Indonesia mulai memihak ke salah satu blok, yang bisa memengaruhi hubungan dengan mitra dagang tradisional di Barat.
BRICS dan Peran Baru Indonesia
Didirikan pada tahun 2009, BRICS terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan Cina, dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun berikutnya. Kelompok ini dirancang untuk menjadi penyeimbang bagi G7, aliansi negara-negara maju. Tahun ini, di bawah kepemimpinan Brasil, BRICS akan mengadakan KTT berikutnya di Rio de Janeiro pada bulan Juli.
Dengan tambahan anggota baru, seperti Arab Saudi, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab, keanggotaan BRICS kini semakin diperluas. Sebelum Indonesia bergabung, BRICS sudah mencakup 45% populasi dunia dan menyumbang 35% PDB global.