IHSG Melorot 5,16% ke Level 6.742 Dalam Sepekan, Berikut Sentimen Pemicunya

- Penulis

Minggu, 9 Februari 2025 - 07:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melorot 132,96 poin atau 1,93% ke level 6.742,57 pada akhir perdagangan Jumat (7/2). Dalam sepekan, IHSG anjlok 5,16%.

IHSG tercatat sebagai indeks yang berada di zona merah di saat bursa global lainnya tengah menghijau. 

Tengok saja, performa indeks saham utama Hong Kong, yakni Hang Seng Index (HSI) menguat 4,49% dan indeks Shanghai Composite (SSEC) asal Shanghai naik 1,57% dalam sepekan. Sementara indeks saham asal Singapura, Straits Times naik tipis 0,15%.

Dari Eropa, indeks FTSE 100 dan Xetra Dax mengalami penguatan masing-masing 0,38% dan 0,84%.

Sementara dari Amerika Serikat, pergerakan S&P 500, Nasdaq dan Dow Jones asal New York bergerak menguat dalam sepekan, masing-masing 0,71%, 0,84% dan 0,46%.

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi melihat koreksi IHSG dipengaruhi beberapa faktor dalam sepekan terakhir, baik dari sisi eksternal, internal, sentimen saham hingga industri. 

Sentimen pertama datang dari penurunan sektor keuangan pasca rilis kinerja di sepanjang tahun 2024 yang beberapa dibawah ekspektasi pasar mendorong terjadinya tekanan.

Tercatat asing juga masih melego saham perbankan seperti PT Bank Mandiri  Tbk (BMRI) Rp 2,06 triliun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 1,06 triliun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 114 miliar. 

Baca Juga :  Pendapatan dan Laba Bersih Solusi Tunas Pratama (SUPR) Kompak Turun pada 2025

Sentimen kedua berasal dari penurunan harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar 19,94%, yang mengakibatkan hilangnya kapitalisasi pasar sebesar Rp 234 triliun paska gagal masuk ke dalam indeks MSCI. Tercatat saat ini BREN berada di 2 teratas kapitalisasi pasar di IHSG. 

Dari sisi eksternal, meningkatnya ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang, terutama antara Amerika Serikat dan China memberikan tekanan lebih dalam bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan mitra dagang Indonesia dengan nilai perdagangan yang sangat besar. 

“Jika terjadi perlambatan dan pelemahan permintaan, maka akan menjadi sentimen negatif untuk ekonomi dalam negeri,” kata Audi kepada Kontan, Jumat (7/2).

Audi menyarankan kepada investor untuk wait and see dengan mempertimbangkan saham yang terdiskon tetap masih cukup resilience. 

Selain itu, beberapa saham blue chip juga mulai memiliki margin of safety yang menarik sehingga dapat untuk melakukan akumulasi beli secara bertahap untuk investasi jangka yang lebih panjang.

Audi merekomendasikan speculative buy pada saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) dengan target harga Rp 940 per saham dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan target harga Rp 1.720 per saham. Selain itu, ia juga merekomendasikan buy PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 5.800 per saham.

Baca Juga :  BI Tunggu Peraturan Pemerintah untuk Tindaklanjuti Soal Instrumen Penempatan DHE SDA

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project William Hartanto menerangkan tekanan IHSG dalam sepekan ini disebabkan oleh rilis data ekonomi. Tapi terkhusus hari ini, pelemahan IHSG berasal dari gagalnya saham BREN, CUAN dan PTRO masuk MSCI.

William menyarankan investor untuk wait and see dalam situasi saat ini. Menurutnya, pembelian saham yang ideal sebaiknya dilakukan ketika terdapat indikasi jenuh jual. 

Oleh karena itu, investor disarankan menunggu hingga IHSG selesai mengalami fase konsolidasi setelah pelemahan serta melihat tanda-tanda berhentinya aksi jual investor asing.

“Baru dari situ bisa mulai cicil beli saham lagi,” ujar William kepada Kontan, Jumat (7/2).

William menyatakan IHSG belum menunjukkan indikasi jenuh jual dalam waktu dekat. Menurutnya, salah satu sentimen yang berpotensi memengaruhi pergerakan pasar adalah rilis laporan keuangan emiten. 

Namun, faktor ini dinilai belum cukup kuat untuk membalikkan arah tren IHSG saat ini.

Berita Terkait

Liburan Seru Tanpa Bikin Kantong Jebol: Tips Jitu Perjalanan Hemat!
IPO 2025: Investor Waspada Gejolak Perang Dagang, Tantangan Semakin Berat!
Bank BJB Bagikan Dividen Jumbo Rp 85 Per Saham: Cek Jadwalnya!
Rupiah Terkini: Sentuh Rp 16.837, Melemah Dipicu Penguatan Dolar AS
Ruslan Tanoko: Kisah Crazy Rich Surabaya Borong Saham AVIA
Kabar Gembira! KDTN Bagi Dividen Jumbo 60% dari Laba 2024
Bank DKI Berencana IPO Tahun Ini: Target Dana Rp 4 Triliun?
Bank DKI Mantap IPO Tahun Ini: Target Dana Terungkap!

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 18:59 WIB

IPO 2025: Investor Waspada Gejolak Perang Dagang, Tantangan Semakin Berat!

Rabu, 16 April 2025 - 18:11 WIB

Bank BJB Bagikan Dividen Jumbo Rp 85 Per Saham: Cek Jadwalnya!

Rabu, 16 April 2025 - 17:43 WIB

Rupiah Terkini: Sentuh Rp 16.837, Melemah Dipicu Penguatan Dolar AS

Rabu, 16 April 2025 - 17:35 WIB

Ruslan Tanoko: Kisah Crazy Rich Surabaya Borong Saham AVIA

Rabu, 16 April 2025 - 17:23 WIB

Kabar Gembira! KDTN Bagi Dividen Jumbo 60% dari Laba 2024

Berita Terbaru