IHSG dan Pasar Global Reli: Optimisme Tarif Reda, Berkelanjutan?

- Penulis

Jumat, 11 April 2025 - 15:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aktivitas perdagangan di pasar saham menunjukkan dinamika yang cukup signifikan pada hari Jumat, 11 April 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan jual yang menyebabkan penurunan. Data dari RTI Business mencatat, pembukaan perdagangan menunjukkan IHSG berada pada level 6.195,56. Kemudian, pada pukul 09.00 WIB, indeks terkoreksi sebesar 81,7 poin atau 1,31 persen, turun ke posisi 6.172,29.

Namun, pergerakan pasar tidak sepenuhnya negatif. Pada pukul 10.05 WIB, terlihat adanya pemulihan, di mana IHSG kembali menguat ke level 6.263,84. Pada saat itu, terdapat 259 saham emiten yang mengalami kenaikan harga, sementara 249 saham stagnan dan 254 saham lainnya berada di zona merah. Volume perdagangan tercatat mencapai 4,71 miliar saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp3,72 triliun yang terjadi dalam 370.805 kali transaksi.

Maximilianus Nico Nemus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo, memberikan pandangannya bahwa IHSG diperkirakan akan terus bergerak dalam rentang yang relatif lemah, antara 6.160 hingga 6.530. Proyeksi ini didasarkan pada sentimen pasar global, khususnya terkait dengan kebijakan tarif perdagangan yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump, terhadap mitra dagangnya, terutama Cina, dengan peningkatan tarif menjadi 145 persen dari sebelumnya 125 persen. Sebagai respons, Cina mulai mengambil langkah balasan, seperti melarang impor sejumlah film produksi AS dan mengeluarkan peringatan kepada warganya terkait perjalanan dan studi di AS.

Di sisi lain, terdapat kejutan dari data inflasi AS yang menunjukkan penurunan dari 0,2 persen menjadi -0,1 persen secara bulanan (mtm). Secara tahunan, inflasi juga mengalami penurunan signifikan dari 2,8 persen menjadi 2,4 persen.

“Penurunan inflasi ini tentu menjadi perhatian bagi The Fed (The Federal Reserve) dan Trump, membuka potensi penurunan tingkat suku bunga. Perlambatan inflasi yang tidak terduga ini memberikan kejutan positif bagi pelaku pasar dan investor, karena menunjukkan bahwa inflasi belum sepenuhnya terdampak oleh perang tarif, sehingga memberikan sedikit ketenangan,” ujar Nico dalam analisisnya yang diterima Tirto, Jumat (11/4/2025).

Sebelum pelemahan IHSG, bursa Wall Street telah mengalami turbulensi, di mana ketiga indeks utama ditutup di zona merah. Dow Jones mengalami penurunan sebesar 1.014,79 poin atau 2,50 persen ke posisi 39.593,66; indeks S&P 500 melemah 188,85 poin atau 3,46 persen ke level 5.268,05; dan Nasdaq merosot 737,66 poin atau 4,31 persen ke angka 16.387,31.

Sentimen negatif juga terasa di bursa saham regional. Indeks Nikkei Jepang turun 1.548,99 poin atau 4,48 persen ke level 33.060,01; Indeks Harga Saham Gabungan Kuala Lumpur (KLCI) Malaysia melemah 23,71 poin atau 1,62 persen ke posisi 1.439,42; indeks Strait Times Singapura turun 205 poin atau 2,29 persen ke posisi 3.495. Bursa saham Cina menunjukkan pergerakan yang bervariasi, dengan indeks Hang Seng Hongkong turun 0,28 persen ke posisi 20.623 dan indeks SSE Composite Cina naik 0,02 persen ke angka 3.224,29.

“Penerapan tarif awal Amerika terhadap Tiongkok sebesar 50 persen diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 1,5 persen, tetapi dampak dari penerapan tarif 50 persen kedua akan jauh lebih kecil, hanya mengurangi 0,9 persen. Pertanyaannya, apakah Tiongkok akan bersedia bernegosiasi dengan Amerika? Menurut kami, jawabannya adalah tidak,” lanjut Nico.

Baca Juga :  Jahja Setiaatmadja Akan Jadi Komut BCA, Posisi Presdir Diisi Hendra Lembong

Baik IHSG maupun bursa regional mengalami penurunan setelah sebelumnya menunjukkan penguatan. Pada perdagangan Kamis, 10 April 2025, IHSG ditutup naik 286,03 poin atau 4,79 persen ke posisi 6.254,02. Bursa saham regional juga mengalami penguatan, seperti Nikkei yang naik 2.894,97 poin atau 3,13 persen ke 34.609,00; indeks Shanghai menguat 36,83 poin atau 1,16 persen ke 3.223,64; dan indeks Kuala Lumpur menguat 62,54 persen atau 4,47 poin ke posisi 1.463,13.

Kenaikan bursa saham Indonesia dan regional ini dipicu oleh pengumuman penundaan tarif resiprokal selama 90 hari oleh Gedung Putih untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia. Namun, penundaan ini tidak berlaku untuk Cina, di mana tarif untuk Beijing justru ditingkatkan menjadi 125 persen.

“Kebijakan Trump memberikan dampak langsung pada pasar keuangan domestik, yang tercermin dalam nilai tukar rupiah yang mencatatkan rekor terlemah sepanjang sejarah, menembus Rp17.101 per dolar AS. Selain itu, penurunan tajam juga terjadi di Bursa Wall Street dan bursa saham Asia, memperburuk sentimen pasar global,” jelas Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani, dalam keterangannya, Jumat (11/4/2025).

Gejolak akibat kebijakan tarif Trump bahkan menyebabkan IHSG mengalami suspensi perdagangan (trading halt) karena anjlok hingga 9,19 persen atau 598,56 poin ke level 5.912,06 saat pembukaan perdagangan Selasa, 8 April 2025. Penghentian perdagangan sementara tidak dapat dihindari, meskipun Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengoreksi batas *trading halt* dari 5 persen menjadi 8 persen.

“Sebagai indikator awal perekonomian atau *leading indicator*, IHSG memberikan sinyal penting mengenai arah perekonomian Indonesia ke depan. Oleh karena itu, pergerakan IHSG harus diperhatikan dengan seksama oleh para investor,” kata Dimas.

Meskipun Trump menunda pemberlakuan tarif kepada Indonesia selama 90 hari, penurunan ekonomi riil yang tercermin dalam pergerakan IHSG akan semakin sulit diatasi dengan kebijakan yang ada. Diperlukan kebijakan yang lebih strategis untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari tekanan global.

Di bursa, langkah BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengubah kebijakan teknis seperti ARB (Auto Reject Below) menjadi 15 persen dan *trading halt*, dinilai akan efektif menahan tekanan jual oleh investor. Namun, langkah ini juga berpotensi menyebabkan likuiditas pasar semakin menipis.

“Jika ekonomi global mengalami perlambatan, Indonesia juga berisiko mengalami hal yang sama,” imbuhnya.

Sebagai respons terhadap situasi pasar saat ini, Dimas memproyeksikan IHSG masih berpotensi mengalami koreksi lebih lanjut, dengan target terdekat pada level 5.500. Ia juga mengingatkan para investor untuk tetap disiplin dalam menjalankan *trading plan*, melakukan evaluasi portofolio, menjaga kesehatan keuangan, serta menghindari keputusan emosional yang dapat merugikan.

  • Rating Saham RI Anjlok Sinyal Ekonomi Kita Tak Baik-Baik Saja
  • Kemenkeu Pastikan Danantara Tidak Menggadaikan Saham Pemerintah
Baca Juga :  Akhir Pekan, Harga Emas Antam Tembus Rp 1.624.000 Per Gram

Turbulensi Belum Usai

Dihubungi secara terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa gejolak ekonomi global yang terus berlanjut berpotensi memicu turbulensi di bursa saham Indonesia. Berdasarkan analisisnya, IHSG saat ini masih berada di area 5.961-5.900.

Jika skenario terburuk terjadi, IHSG bisa anjlok ke kisaran 5.500. Sebaliknya, jika sentimen negatif mereda, indeks saham gabungan bisa mencapai level 6.808 dan bahkan lebih optimis berada di posisi 7.709.

“Apabila pergerakan IHSG sudah menyentuh batas terendah dari *right angle descending broadening wedge pattern*, semestinya harapan terjadi *technical rebound* itu terbuka lebar. Jadi, hemat saya, *rebound* tersebut sebaiknya diikuti oleh meredanya *temper tantrum effect*. Sebab, fluktuasi pergerakan pada hari ini juga dipengaruhi oleh *temper tantrum effect*,” jelas Nafan, kepada Tirto, Jumat (11/4/2025).

Karena itu, ia berharap agar perundingan dagang yang tengah diupayakan pemerintah Indonesia dengan Gedung Putih dapat membuahkan hasil yang menggembirakan dan menguntungkan kedua belah pihak. Jika itu terjadi, pergerakan harga saham tidak lagi akan sevolatil seperti saat ini.

“Ke depannya, pergerakan IHSG tidak akan sevolatil dibandingkan dengan pergerakan IHSG di kuartal I. Negatif skenario berada di level 5.500, sedangkan positif skenario di 6.808, dan *optimistic scenario* di 7.709. Tergantung mana yang lebih dulu tercapai, tergantung dari sentimen,” sambungnya.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengakui bahwa IHSG telah melemah sejak awal tahun. Secara *year to date* (ytd) dari awal tahun hingga 10 April 2025, indeks harga saham turun 11,67 persen.

“Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp11.126 triliun atau naik 2,27 persen *month to date*, namun secara *year to date* turun sebesar 9,80 persen,” paparnya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan OJK secara daring, Jumat (11/4/2025).

Dengan mempertimbangkan kondisi pasar terkini dan untuk menjaga stabilitas di pasar modal, OJK telah mengambil kebijakan pembelian kembali (*buyback*) saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Selain itu, otoritas juga memutuskan untuk menunda implementasi pembiayaan transaksi *short selling* – transaksi jual beli saham atau efek yang dilakukan tanpa kepemilikan saham yang dijual pada awal transaksi.

Kemudian, pada awal April, OJK juga telah meminta BEI untuk melakukan penyesuaian batas *trading halt* serta pemberlakuan *asymmetric auto rejection* – pembatasan minimum dan maksimum suatu kenaikan dan penurunan harga saham dalam jangka waktu satu hari perdagangan di bursa saham.

“OJK terus melakukan monitoring atas perkembangan pasar dan mengambil respons kebijakan yang cepat dan tepat dalam memitigasi volatilitas pasar,” tegas Inarno.

  • Bursa Saham Global dan IHSG di Tengah Ketegangan Kebijakan Trump
  • Trading Halt IHSG Dilakukan dalam Kondisi Apa dan Berapa Lama?

Berita Terkait

KAI Logistik Catat Peningkatan Volume Angkutan Barang Lebaran 2025: 2.500 Ton!
IPO 2024: 13 Emiten Raup Rp6,93 Triliun, Ini Dia Juara Pendanaannya!
Volatilitas Pasar Tinggi? Saham EXCL Jadi Pilihan Aman, Ini Analisisnya
IHSG Melemah: Analis Ungkap Penyebab dan Strategi Investor Hadapi Guncangan
Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 1.955.000 Hari Ini, Panduan Lengkap Menabung Emas di Pegadaian
Jadwal Lengkap Pembagian Dividen Brigit Biofarmaka
IHSG Melemah 0,13% di Sesi Pertama Rabu
Laba Bersih Sinar Terang Mandiri

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 15:23 WIB

KAI Logistik Catat Peningkatan Volume Angkutan Barang Lebaran 2025: 2.500 Ton!

Rabu, 16 April 2025 - 15:11 WIB

IPO 2024: 13 Emiten Raup Rp6,93 Triliun, Ini Dia Juara Pendanaannya!

Rabu, 16 April 2025 - 15:07 WIB

Volatilitas Pasar Tinggi? Saham EXCL Jadi Pilihan Aman, Ini Analisisnya

Rabu, 16 April 2025 - 14:15 WIB

IHSG Melemah: Analis Ungkap Penyebab dan Strategi Investor Hadapi Guncangan

Rabu, 16 April 2025 - 13:47 WIB

Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 1.955.000 Hari Ini, Panduan Lengkap Menabung Emas di Pegadaian

Berita Terbaru