“`html
Ragamutama.com, JAKARTA — Para analis memprediksi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menghadapi tantangan dan tekanan yang cukup signifikan dalam perdagangan minggu mendatang, setelah jeda perayaan Lebaran. Tekanan ini diyakini bersumber dari dinamika ekonomi global, khususnya setelah pemberlakuan resmi kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa IHSG sempat mencatatkan penguatan sebesar 0,59% hingga mencapai level 6.510,62 pada sesi perdagangan terakhir sebelum libur Lebaran, tepatnya pada hari Kamis, 27 Maret 2025. Kendati demikian, secara keseluruhan, IHSG mengalami penurunan sebesar 8,04% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD), mencerminkan kinerja selama kuartal I/2025.
Setelah libur panjang Lebaran, IHSG dijadwalkan untuk melanjutkan perjalanannya di kuartal II/2025. BEI akan kembali membuka aktivitas perdagangan saham pada hari Selasa, 8 April 2025.
: Ada Sentimen Tarif Trump, IHSG Diproyeksi Bergerak di Rentang 5.900-6.700 Kuartal II/2025
Nafan Aji Gusta, seorang Senior Market Chartist dari Mirae Asset Sekuritas, menyampaikan bahwa pergerakan IHSG pada perdagangan di pekan mendatang, pasca-libur Lebaran, diprediksi akan menunjukkan volatilitas yang tinggi. Volatilitas ini terutama dipengaruhi oleh faktor global, yaitu kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Trump.
Seperti yang telah diketahui, kebijakan tarif impor AS secara resmi diumumkan oleh Presiden Trump pada hari Rabu, 2 April 2025, waktu setempat. Kebijakan ini memberlakukan tarif impor sebesar 10% untuk seluruh negara, dengan beberapa negara tertentu dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) yang lebih tinggi, berdasarkan adanya hambatan perdagangan dengan Amerika Serikat.
: : Indonesiaâs Capital Market Faces Q2 2025 Pressure as Trumpâs Tariffs Hit IHSG
“Kebijakan yang diambil oleh Trump ini memicu volatilitas yang kuat di pasar saham, dan hal ini juga akan berdampak pada pergerakan IHSG,” ungkap Nafan kepada Bisnis pada hari Minggu, 6 April 2025.
Meskipun demikian, penting untuk memantau pergerakan bursa saham global secara seksama. Jika sentimen negatif yang dipicu oleh kebijakan Trump masih terasa kuat, hal ini tentu akan berimplikasi pada peningkatan volatilitas IHSG pada hari Selasa, 8 April 2025.
Bahkan, menurut Nafan, adalah wajar jika pasar merasa khawatir bahwa kinerja IHSG akan mengalami penurunan yang signifikan pada minggu depan, hingga mencapai potensi terjadinya trading halt kembali.
Sebagai catatan, pada bulan sebelumnya, sebelum memasuki masa libur Lebaran, IHSG sempat merosot tajam sebesar 6,12% ke level 6.076,08 pada sesi I perdagangan hari Selasa, 18 Maret 2025. Kondisi ini mendorong BEI untuk memberlakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt, yang pertama kalinya terjadi sejak tahun 2020.
Selain dampak dari kebijakan Trump, data ketenagakerjaan di Amerika Serikat juga memberikan efek positif terhadap penguatan indeks dolar AS. Akibatnya, nilai tukar rupiah mengalami penurunan di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) hingga mencapai level Rp17.006 per dolar AS.
Lebih lanjut, Nafan memperkirakan bahwa semua sektor saham akan mengalami pelemahan. “Semua sektor akan mengalami volatilitas. Saya menyarankan kepada seluruh investor untuk mencermati kinerja fundamental perusahaan, terutama emiten yang menerapkan good corporate governance yang baik, karena langkah ini akan membantu emiten tersebut untuk menghadapi tantangan dinamika global yang terjadi,” jelas Nafan.
Sebelumnya, Analis BRI Danareksa Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak dalam rentang antara 5.900 hingga 6.700 pada kuartal II/2025. “Karena sebagian besar skenario pesimistis sudah diperhitungkan, meskipun risiko masih ada akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi,” ungkap mereka dalam risetnya.
Erindra dan Wilastita juga menuturkan bahwa saat ini IHSG diperdagangkan pada price earnings ratio (PER) sebesar 11,4 kali, dengan spread imbal hasil sebesar 154bps dibandingkan dengan yield obligasi 10 tahun, yang merupakan level terlebar sejak Juni 2012.
Di sisi lain, meskipun kondisi pasar saat ini mengingatkan pada situasi tahun 2015, ketika pertumbuhan ekonomi dan EPS melambat serta defisit fiskal melebar, masih ada faktor positif yang mendukung, yaitu neraca perdagangan Indonesia yang lebih kuat.
Selain itu, kepemilikan asing di pasar saham saat ini yang mencapai 17% juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan level terendah pada tahun 2020—2021, yaitu 12%. Untuk tahun 2025, BRI Danareksa Sekuritas telah memangkas target IHSG menjadi 7.350, yang lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yaitu 7.850.
Penyesuaian target IHSG ini dilakukan seiring dengan prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta kinerja emiten yang berada di bawah ekspektasi.
Menurut kedua analis tersebut, minimnya katalis pertumbuhan menyebabkan laba per saham (earnings per share/EPS) diperkirakan akan melemah pada kuartal II/2025. Akibatnya, estimasi pertumbuhan EPS tahun ini dipangkas dari 6,5% menjadi 4,5%.
“Dengan mempertimbangkan revisi estimasi pertumbuhan EPS dan ekspektasi pertumbuhan yang lebih konservatif, kami menyesuaikan target IHSG akhir 2025 menjadi 7.350,” papar mereka.
Track all markets on TradingView
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. RAGAMUTAMA.COM tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
“`