Harga Tren Turun, Dua Saham Blue Chip Ini Akan Di-buyback, Cek yang Layak Dibeli?

- Penulis

Kamis, 6 Februari 2025 - 07:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rencana buyback atau pembelian kembali saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) berlangsung pada tahun 2025 ini. Menariknya, harga saham blue chip yang akan di-buyback sedang tren melemah.

Lalu, saham blue chip apa yang memiliki prospek paling cerah untuk investasi?

Saham blue chip adalah saham lapis satu yang tidak mudah dimanfaatkan sebagai alat spekulasi. Saham blue chip biasanya berasal dari perusahaan dengan fundamental bagus dan memiliki nilai kapitalisasi pasar besar, mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.

Di BEI, saham blue chip biasanya menjadi anggota indeks mayor seperti LQ45 dan IDX30. Saham di indeks LQ45 dan IDX30 yang akan dilakukan buyback adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Manajemen BBRI telah mengumumkan bakal kembali melakukan buyback pada tahun 2025 ini. Sekurang-kurangnya, dana yang disiapkan untuk melakukan aksi korporasi tersebut senilai Rp 3 triliun yang berasal dari kas internal BRI sesuai peraturan yang berlaku.

Baca Juga: Cara Cek Jadwal Keberangkatan Haji Online, Kemenag Mulai Berangkatkan Haji 2 Mei 2025

Sebagai catatan, BRI terakhir melakukan buyback pada 2023 lalu setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 13 Maret 2023. Kala itu, nilai maksimum yang ditetapkan untuk melakukan buyback senilai Rp 1,5 triliun.

Adapun, untuk perkiraan periode buyback saham BBRI akan dilakukan mulai 12 Maret 2025 sampai 11 Maret 2026. Tentunya, ini perlu meminta persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS BRI 2025 yang diagendakan berlangsung pada 11 Maret 2025.

“Treasury Stock hasil Buyback 2025 akan direalisasikan sebagai keberlanjutan Program Kepemilikan Saham,” tulis manajemen dalam prospektusnya, dikutip Senin (3/2).

  BBRI Chart by TradingView  

Manajemen pun juga memastikan pelaksanaan Buyback 2025 tidak menyebabkan kekayaan bersih BRI menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan, ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan. Selain itu, Buyback juga tidak berdampak signifikan pada pendapatan dan biaya operasional BRI.

Baca Juga :  OJK Terbitkan Aturan Baru soal Rahasia Bank, Ada 13 Hal yang Dikecualikan

Tak hanya BRI, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga memberikan sinyal bahwa akan melakukan aksi serupa. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama BNI Royke Tumilaar yang membenarkan bahwa ada rencana tersebut di tahun ini.

Hanya saja, Royke belum mau menyebutkan berapa dana yang disiapkan untuk bank berlogo 46 ini melakukan buyback. Ia hanya bilang pihaknya baru akan memulai proses perizinan kepada regulator dan nantinya juga dimintakan persetujuan pemegang saham.

“Antara lain upaya ini juga untuk menambah kepercayaan investor, “ ujar Royke kepada KONTAN, Senin (3/2).

Tak hanya upaya buyback, Royke bahkan berencana untuk menambah kepemilikan sahamnya secara pribadi di BNI. Sebagai informasi, Royke kini memiliki saham BNI sebanyak 3,66 juta saham atau setara dengan 0,0098% saham beredar.

“Saya sudah pernah beli dan memang ada rencana beli lagi,” ujarnya.

Tonton: Perang Dagang Berkobar Usai Trump Umumkan Tarif Impor

Adapun, rencana buyback ini dilakukan saat dua saham bank ini masuk dalam kategori undervalued. Harga saham BBRI pada perdagangan Rabu 5 Februari 2025 ditutup di level 4.140, turun 120 poin atau 2,82% dibandingkan sehari sebelumnya.

Sejak awal tahun 2025, harga saham BBRI terakumulasi melemah 70 poin atau 1,66%. Lalu dalam setahun terakhir, harga saham BBRI terakumulasi turun 1.685 poin atau 28,93%.

 

Sedangkan harga saham BBNI pada perdagangan Rabu 5 Februari 2025 ditutup di level 4.500, turun 200 poin atau 4,26%. Harga saham BBNI terakumulasi menyusut 1.275 poin atau 22,08% dalam setahun terakhir.

Analis sekaligus CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengungkapkan buyback saham seringkali mengindikasikan optimisme manajemen terhadap perusahaan itu sendiri. Di mana, optimisme tersebut akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan investor. 

Tak hanya itu, Praska juga mengungkapkan dengan adanya buyback mampu membuat fundamental perusahaan lebih menarik. Misalnya, earning per share (EPS) yang meningkat karena penurunan porsi saham yang beredar. 

Buyback juga terkadang dilakukan karena saham perusahaan tergolong undervalued,” ujar Praska.

Ia menambahkan saham big banks memang sedang berada di area price book to value (PBV) sangat murah, terkhusus BRI, BCA, dan BNI. Sementara, Bank Mandiri berada pada area murah karena  secara historis selama tiga tahun belakang.

Baca Juga :  Pasar Modal Indonesia Himpun Dana Rp 12,3 Triliun pada Januari 2025

Seperti diketahui, BCA memiliki PBV 5,55x, BRI memiliki PBV 1,94x, dan BNI memiliki PBV 1,10x. Untuk Bank Mandiri, PBV-nya sekitar 1,87x.

“Menurut saya ini waktu beli karena memanfaatkan waktu koreksi pasar, jadi bisa dapat harga lebih murah,” ujar Praska.

Sependapat, Investment Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan berpendapat ketika suatu perusahaan berani melakukan buyback, artinya mereka menilai sahamnya undervalued dan memiliki potensi kenaikan di masa mendatang.

Ekky juga menambahkan pada aksi buyback ini sejatinya bisa diikuti oleh big banks lainnya yang harganya juga masih tergolong murah. Namun, ia menyadari keputusan tersebut kembali lagi pada kebijakan dan prioritas manajemen masing-masing bank, karena setiap bank memiliki kondisi keuangan dan strategi yang berbeda.

Ia pun berpandangan rencana buyback yang dilakukan BRI pun menambah daya tarik saham mereka yang target harganya mencapai Rp 4.600 per saham. Alasannya, secara teknikal harga saham BRI mulai stabil setelah mengalami koreksi signifikan dalam beberapa bulan terakhir. 

“Ditambah lagi, BBRI dikenal sebagai emiten bank dengan dividen yield yang menarik, yang dapat menjadi daya tarik bagi investor menjelang musim pembagian dividen di kuartal kedua,” ujar Ekky.

Selain BRI, Ekky juga mengungkapkan BNI dan BSI juga bisa menjadi opsi menarik. Alasannya, BNI memiliki valuasi yang masih tergolong murah dibandingkan bank besar lainnya, sementara BSI diuntungkan oleh pertumbuhan perbankan syariah yang masih potensial di Indonesia.

Ia pun menargetkan harga saham BNI di tahun ini bisa mencapai Rp 5.000 per saham. Sementara, untuk BSI, dalam jangka pendek berpeluang untuk kembali di atas Rp 3.000 dengan target ke Rp 3.350

Baca Juga: Naik, Ini Daftar Harga Rokok & Vape 2025 Menurut Aturan Pemerintah

 

Berita Terkait

IHSG Masih Tertekan, Dibuka Turun ke 7.018 & Rupiah Rp 16.309/Dolar AS
Harga Emas Antam Naik Rp 7.000, Jadi Rp 1.670.000 per Gram
Rupiah Spot Melemah pada Perdagangan Kamis (6/2) Pagi
Kuota KUR Tahun 2025 Naik Jadi Rp 300 T, Cek Syarat KUR Bank BPD DIY Tahun 2025
Rekor Lagi, Harga Harga Emas Antam 6 Februari 2025 Rp 1.670.000 Juta Per Gram
IHSG Dibuka Lesu di Level 7.022, Saham BMRI hingga ASII Melorot
Istilah Penting di Dunia Saham yang Wajib Diketahui Pemula
IHSG Melemah pada Perdagangan Kamis (6/2) Pagi, SMGR, GOTO, BMRI Top Losers LQ45

Berita Terkait

Kamis, 6 Februari 2025 - 09:57 WIB

IHSG Masih Tertekan, Dibuka Turun ke 7.018 & Rupiah Rp 16.309/Dolar AS

Kamis, 6 Februari 2025 - 09:47 WIB

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000, Jadi Rp 1.670.000 per Gram

Kamis, 6 Februari 2025 - 09:47 WIB

Rupiah Spot Melemah pada Perdagangan Kamis (6/2) Pagi

Kamis, 6 Februari 2025 - 09:47 WIB

Kuota KUR Tahun 2025 Naik Jadi Rp 300 T, Cek Syarat KUR Bank BPD DIY Tahun 2025

Kamis, 6 Februari 2025 - 09:47 WIB

Rekor Lagi, Harga Harga Emas Antam 6 Februari 2025 Rp 1.670.000 Juta Per Gram

Berita Terbaru

finance

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000, Jadi Rp 1.670.000 per Gram

Kamis, 6 Feb 2025 - 09:47 WIB

finance

Rupiah Spot Melemah pada Perdagangan Kamis (6/2) Pagi

Kamis, 6 Feb 2025 - 09:47 WIB