Ragamutama.com HOUSTON. Dinamika pasar komoditas global menunjukkan pergerakan signifikan. Pada hari Rabu, 23 April 2025, harga minyak mentah mengalami penurunan sekitar 3%, dipicu oleh spekulasi pasar terkait potensi percepatan peningkatan produksi minyak oleh OPEC+ pada bulan Juni mendatang.
Namun, sentimen negatif ini sedikit diredam oleh ekspektasi bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Donald Trump, tengah mempertimbangkan untuk mengurangi tarif impor yang dikenakan pada produk-produk asal China.
Kontrak berjangka minyak mentah Brent dilaporkan turun sebesar US$ 1,92 atau setara dengan 2,85%, sehingga mencapai level US$ 65,52 per barel pada pukul 13.42 waktu setempat. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan sebesar US$ 1,99 atau 3,13%, berada di angka US$ 61,68 per barel.
Harga Minyak Dunia Turun Kamis (19/12), Brent ke US$73,10 dan WTI ke US$70,42
Berdasarkan informasi yang diperoleh Reuters dari tiga sumber internal yang terlibat dalam diskusi di dalam OPEC+, beberapa anggota blok tersebut diperkirakan akan mengusulkan percepatan peningkatan produksi minyak untuk bulan kedua secara berturut-turut.
Wacana ini muncul di tengah isu yang berkembang mengenai perbedaan pendapat di antara negara-negara anggota terkait tingkat kepatuhan terhadap kuota produksi yang telah disepakati bersama.
Analis dari Price Futures Group, Phil Flynn, berpendapat bahwa kemungkinan adanya dorongan dari OPEC untuk meningkatkan produksi dapat memicu kekhawatiran tentang soliditas organisasi tersebut. “Hal ini dapat menimbulkan keraguan tentang kohesi kartel. Mungkin mereka merasa jenuh dengan upaya berkelanjutan untuk menahan laju peningkatan produksi,” katanya.
Sebelum berita tentang potensi perubahan kebijakan OPEC+ ini beredar luas, harga Brent sempat mencapai titik tertinggi sejak tanggal 4 April, yaitu US$ 68,65 per barel. Akan tetapi, setelah laporan tersebut dipublikasikan, harga kedua benchmark minyak global langsung mengalami penurunan lebih dari US$ 2.
Harga Minyak Dunia Turun Senin (16/12), Brent ke US$73,89 & WTI ke US$70,59
Di tengah tren penurunan harga, pasar sempat menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang moderat pada sesi sore. Hal ini dipicu oleh pernyataan Menteri Energi Kazakhstan, Erlan Akkenzhenov, yang menegaskan komitmen negaranya terhadap kesepakatan dengan OPEC+ dan upaya aktif untuk mencari solusi bersama terkait pengelolaan produksi minyak.
Sebelumnya, Akkenzhenov menekankan bahwa Kazakhstan akan tetap memprioritaskan kepentingan nasional dalam menentukan level produksi minyaknya.
Kazakhstan menjadi fokus perhatian karena dilaporkan memproduksi minyak melampaui kuota yang telah ditetapkan, yang menimbulkan ketegangan dengan anggota OPEC+ lainnya.
Sementara itu, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan adanya peningkatan dalam persediaan minyak mentah di Amerika Serikat sebesar 244.000 barel, sehingga totalnya menjadi 443,1 juta barel dalam pekan yang berakhir pada tanggal 18 April 2025.
Angka ini bertentangan dengan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan penurunan sebesar 770.000 barel berdasarkan survei Reuters. Sebaliknya, stok bensin dan sulingan mencatat penurunan yang lebih signifikan dari yang diantisipasi.
Harga Minyak Dunia Turun 1% Rabu (12/2), Akibat Peningkatan Stok Minyak Mentah AS
Di luar dinamika pasokan, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh perkembangan dalam hubungan perdagangan antara AS dan China. Dikabarkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk menurunkan tarif impor terhadap barang-barang dari China menjelang putaran perundingan berikutnya dengan Beijing.
Menurut laporan dari Wall Street Journal, penurunan tarif tersebut diperkirakan berkisar antara 50% hingga 65%, berdasarkan informasi dari sumber di Gedung Putih.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa tarif yang terlalu tinggi perlu diturunkan sebelum pembicaraan perdagangan dapat dilanjutkan.
Pada saat yang sama, Presiden Trump juga dilaporkan menarik kembali ancamannya untuk memberhentikan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, setelah sebelumnya menyampaikan kritik tajam terkait kebijakan suku bunga.
Harga Minyak Dunia Turun Selasa (7/1) Sore, Brent ke US$76,05 dan WTI ke US$73,12
Langkah ini turut meredakan kekhawatiran investor terkait potensi ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat.
Di sisi lain, Amerika Serikat juga menjatuhkan sanksi baru terhadap seorang tokoh pelayaran asal Iran yang diduga mengelola jaringan distribusi gas minyak cair dan minyak mentah Iran dengan nilai mencapai ratusan juta dolar.