RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Gelombang tekanan jual melanda pasar kripto, menyebabkan harga Bitcoin kembali mengalami koreksi yang signifikan. Situasi ini menyeret sejumlah mata uang kripto alternatif (altcoin), seperti Ethereum, Solana, dan Dogecoin, memasuki zona bearish.
Menurut data yang dihimpun dari Coinmarketcap, pada hari Minggu (30/3) pukul 13.43 WIB, nilai Bitcoin (BTC) berada pada kisaran US$ 83.132,53. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 0,83% jika dibandingkan dengan hari sebelumnya, serta penurunan 1,33% dalam periode mingguan.
Senada dengan performa Bitcoin, beberapa altcoin utama juga mengalami penurunan harga. Ethereum, misalnya, tercatat memiliki harga di level US$ 1.839,57, yang mencerminkan penurunan harian sebesar 2,4% dan penurunan mingguan sebesar 8,12%.
Sementara itu, harga Solana berada di posisi US$125,8, menunjukkan penurunan sebesar 1,17% secara harian dan 3,82% secara mingguan. Di sisi lain, Dogecoin diperdagangkan pada level US$ 0,17, mencatatkan penurunan harian sebesar 3,18%, namun masih mengalami kenaikan tipis sebesar 1,14% secara mingguan.
Pasar Saham Bergejolak, Kripto Bisa Jadi Alternatif Diversifikasi Investasi
Akibatnya, kapitalisasi pasar aset digital secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 0,45% dalam sehari, menjadi US$ 2,7 triliun. Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab penurunan pasar kripto menjelang perayaan lebaran tahun ini.
Salah satu faktor utama yang memengaruhi adalah rencana implementasi tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS), yang diperkirakan akan mulai berlaku pada tanggal 2 April 2025.
Meskipun demikian, Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, berpendapat bahwa volatilitas tinggi yang sedang terjadi di pasar kripto saat ini menandakan pasar sedang berada dalam fase konsolidasi sebelum menentukan arah pergerakan selanjutnya.
Menurutnya, terlepas dari tekanan yang berasal dari faktor makroekonomi dan kebijakan perdagangan AS yang menimbulkan kekhawatiran di pasar, prospek Bitcoin dalam jangka panjang masih tetap terlihat positif.
“Kami mengamati bahwa harga BTC masih mampu bertahan di atas level psikologis US$ 85.000, yang mengindikasikan adanya aktivitas akumulasi oleh para investor besar,” jelas Fyqieh dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/3).
Prospek bitcoin
Fyqieh tetap optimistis bahwa sentimen bullish masih berpotensi untuk kembali muncul jika Bitcoin mampu mempertahankan level kunci di atas US$ 88.000 dan berhasil menembus level resistance US$ 90.000 menjelang pengumuman keputusan terkait kebijakan tarif oleh Trump.
Namun, jika arah kebijakan yang diambil justru negatif, Bitcoin berpotensi mengalami koreksi kembali. “Apabila tekanan jual terus berlanjut, maka level support di US$ 84.736 dan US$ 81.162 akan menjadi titik penting yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para investor,” ungkap Fyqieh.
Selain isu Trump Tariff, Fyqieh juga menambahkan bahwa sejumlah faktor lain turut memberikan kontribusi terhadap penurunan harga kripto. Salah satunya adalah pengurangan risiko oleh para investor institusional.
Para investor besar mulai mengurangi tingkat eksposur mereka terhadap aset-aset berisiko menjelang publikasi data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang merupakan salah satu indikator inflasi yang diperhatikan oleh The Fed.
Bitcoin Melemah, Altcoin Volatil: Pasar Kripto Menanti Kejelasan Suku Bunga
Pada hari Jumat (28/3) lalu, indeks harga PCE diumumkan mengalami peningkatan sebesar 0,3% selama bulan Februari, atau naik 2,5% secara year on year (YoY). Angka PCE ini ternyata lebih tinggi dari yang diekspektasikan oleh pasar, sehingga mendorong pasar untuk melakukan aksi jual lebih lanjut.
“Harga Bitcoin cenderung untuk mengisi kesenjangan harga pada pasar CME, dengan rentang antara US$ 84.000-US$ 86.000. Secara historis, BTC seringkali kembali ke level ini sebelum melanjutkan pergerakan bullish,” jelas Fyqieh.
Dengan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, Fyqieh menyarankan agar para investor kripto untuk tetap berhati-hati dan waspada terhadap perkembangan kebijakan global, serta memperhatikan indikator teknikal utama.
Terlebih lagi, saat ini Bitcoin masih berada dalam fase kritis yang akan menentukan apakah tren bullish akan berlanjut, atau justru akan terjadi koreksi yang lebih dalam.
Dalam perspektif jangka panjang, tren akumulasi yang dilakukan oleh investor besar menunjukkan bahwa potensi untuk kenaikan masih tetap ada. Namun, menurut Fyqieh, pasar kemungkinan akan mengalami fluktuasi yang cukup signifikan sebelum mencapai titik stabil yang baru.