Setelah periode kelam bersama tim nasional Jerman, Hansi Flick bangkit kembali dan kini bersinar terang sebagai juru taktik Barcelona.
Sempat menerima kritikan pedas hingga menjadi pelatih pertama Jerman yang kehilangan jabatannya, pria asal Jerman berusia 60 tahun ini berhasil memulihkan reputasinya di Barcelona. Ia berhasil mentransformasi skuad yang sebelumnya dianggap ‘sakit’ menjadi salah satu kekuatan dominan di Eropa.
Mengapa penunjukan Flick sebagai pelatih Barcelona begitu menggemparkan?
Kegagalan timnas Jerman di Piala Dunia 2022 di Qatar menjadi noda besar dalam reputasi Flick, yang sebelumnya sangat gemilang di level klub bersama Bayern München.
Pemilihan pemain oleh Flick menuai banyak kritik, dan strategi pressing yang diterapkan tidak efektif di panggung internasional. Meskipun Jerman mencatatkan rekor tak terkalahkan dalam 10 pertandingan, penampilan mereka di Qatar sangat mengecewakan. Kekalahan di laga pembuka melawan Jepang menjadi awal dari kemunduran Jerman. Di Piala Dunia Qatar, Tim Panzer tersingkir di babak grup untuk kedua kalinya secara beruntun.
Situasi di luar lapangan, seperti protes timnas Jerman terkait isu hak asasi manusia di Qatar, juga tidak membantu. Namun, bagi pelatih yang pernah meraih sextuple bersama Bayern München, ini adalah penurunan yang sangat drastis. Flick akhirnya dipecat setelah kekalahan kandang melawan Jepang pada September 2023. Banyak yang berpendapat bahwa kesempatan untuk kembali melatih tampaknya tertutup baginya.
Mengapa menjadi pelatih Barcelona menyimpan begitu banyak risiko?
Menjadi pelatih salah satu klub paling prestisius di dunia, tentu saja, membawa beban berat dan ekspektasi tinggi untuk meraih kemenangan. Tiba di Barcelona untuk menggantikan legenda klub, Xavi, Flick harus beradaptasi di kota baru dengan tim yang memiliki bahasa dan budaya yang berbeda.
Selain itu, mengambil alih Barcelona berarti menghadapi tantangan yang lebih besar. Klub asal Katalonia ini sedang berjuang dengan masalah keuangan yang memengaruhi berbagai aspek operasional klub. Mereka tidak dapat mendaftarkan pemain baru, seperti Dani Olmo dan Pau Victor, di awal musim karena peraturan Financial Fair Play (FFP) yang ketat di La Liga.
Klub berusaha mengatasi masalah ini dengan mengumpulkan pendapatan dari penjualan kursi VIP di Camp Nou yang telah direnovasi. Kisah ini mencapai puncaknya pada bulan Januari ketika La Liga secara resmi mendaftarkan para pemain Barcelona. Namun, tinjauan dari La Liga mengungkapkan bahwa pendapatan yang diklaim klub tersebut tidak sesuai dengan laporan keuangan klub yang telah diaudit, sehingga pendaftaran para pemain tersebut dibatalkan pada bulan Maret.
Meskipun Dewan Olahraga Spanyol memberikan dukungan kepada Barcelona pada bulan April dengan mengizinkan Olmo dan Víctor untuk bermain di sisa musim ini, ketidakstabilan keuangan tetap menjadi penghalang dalam pendaftaran pemain dan manajemen klub.
Selain kendala keuangan, Barcelona juga tidak dapat bermain di stadion kebanggaan mereka, Camp Nou, karena stadion tersebut sedang menjalani renovasi besar-besaran untuk memodernisasi fasilitas dan meningkatkan kapasitas. Stadion ini diperkirakan baru akan kembali beroperasi pada Juni 2026.
Bagaimana Flick mengubah wajah Barcelona?
Barcelona di bawah kepemimpinan Flick kembali menerapkan strategi pressing yang lebih intensif dibandingkan saat klub dilatih oleh Xavi, melanjutkan gaya permainan Flick saat berada di Bayern. Hal ini membuat banyak lawan kesulitan karena pendekatan pressing tinggi dan transisi cepat semakin melengkapi DNA klub, sambil menambahkan intensitas dan vertikalitas yang sangat dibutuhkan. Kedisiplinan tim ini juga merambah ke lini pertahanan. Dalam tiga bulan pertama musim ini, jebakan offside Barcelona berhasil dilakukan sebanyak 100 kali, yang menyebabkan 13 gol dianulir.
Keraguan atas penunjukan pelatih asal Jerman ini perlahan menghilang, terbukti dengan kemenangan meyakinkan 4-0 atas rival abadi mereka, Real Madrid. Setelah kemenangan tersebut, legenda klub Sergio Busquets mengakui, “Saya tidak menyangka semuanya akan berjalan secepat ini.”
Marc Casado, gelandang berusia 21 tahun, disebut-sebut sebagai pemain yang paling sukses merepresentasikan strategi Flick, tetapi tidak ada pemain yang lebih diuntungkan dengan kehadiran Flick selain Raphinha. Winger asal Brasil ini mengakui bahwa awalnya ia tidak sepenuhnya setuju dengan diskusi bersama Flick mengenai posisinya di tim. Namun, sikap fleksibel Raphinha dalam menerima arahan Flick membuatnya ditunjuk sebagai salah satu kapten klub dan kemudian menjadi salah satu pemain yang tampil paling gemilang musim ini.
Di bawah arahan Flick, para pemain memiliki peran yang jelas dan memainkan sepak bola yang lebih cepat dan sederhana – tanpa kehilangan kemampuan individu mereka. Ia berhasil menggabungkan kekuatan tradisional Barcelona (permainan teknis di lini tengah) dengan prinsip-prinsip sepak bola Jerman (kecepatan, vertikalitas, dan kekuatan fisik).
Apa yang bisa diraih Barcelona di bawah kepemimpinan Flick?
Baru setahun menjabat, Flick membawa Barcelona semakin dekat untuk meraih treble. Barcelona akan menghadapi Real Madrid di Final Piala Raja Spanyol, memimpin La Liga dengan selisih empat poin dengan delapan pertandingan tersisa, dan melaju ke perempat final Liga Champions. Treble terakhir Barcelona diraih pada musim 2014-2015 di bawah asuhan Luis Enrique.
Flick tahu betul bagaimana cara memenangkan treble, setelah berhasil melakukannya pada tahun 2020 bersama Bayern München. Dan dalam perjalanan merebut Piala Champions di tahun 2020 tersebut, Bayern berhasil mengalahkan Barcelona dengan skor telak 8-2 di perempat final.
Dalam pekerjaan yang jarang memberikan kesempatan kedua kepada seorang pelatih, terutama di level tertinggi, Hansi Flick telah melampaui ekspektasi banyak orang setelah dipecat dari posisinya sebagai pelatih Jerman. Kini ia berada di ambang salah satu kebangkitan kepelatihan terhebat di era modern.
Artikel ini diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris
Artikel diadaptasi oleh: Sorta Lidia Caroline
Editor: Yuniman Farid
ind:content_author: Kalika Mehta