Foto-foto langka pegunungan Himalaya yang diabadikan fotografer Italia 125 tahun silam

- Penulis

Kamis, 13 Februari 2025 - 09:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Vittorio Sella adalah fotografer Italia yang dikenal dengan karya-karyanya pada pergantian abad ke-20 yang menciptakan fotografi gunung dan sejarah pendakian gunung.

Semua foto-foto langkanya tentang Himalaya tetap menjadi salah satu yang paling ikonik yang pernah diabadikan.

Sebuah pameran yang tengah digelar di Ibu Kota India, Delhi, menyebut sosok Vittorio Sella sebagai salah satu fotografer yang menghidupkan kemegahan Himalaya melalui lensanya.

Dikurasi oleh penjelajah dan penulis Inggris terkenal, Hugh Thomson, yang diselenggarakan Delhi Art Gallery (DAG), menyebut pameran ini kemungkinan merupakan salah satu koleksi terbesar panorama India karya Sella.

Pameran ini menampilkan beberapa foto paling awal dari dataran tinggi Kanchenjunga, gunung tertinggi ketiga di dunia, dan K2, gunung tertinggi kedua sejagat, yang diabadikan lebih dari seabad silam.

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

Lahir di Biella, kota yang terkenal dengan bisnis wol di Italia utara, Sella (1859-1943) memulai pendakian pertamanya di Pengunungan Alpen.

“Sepanjang kariernya, Sella memanfaatkan keterampilannya di bidang teknik dan kimia yang diajarkan oleh pabrik wol dan ayahnya,” ujar Thomson.

Baca juga:

  • Mahakarya foto klasik Uni Soviet yang memukau mata dunia
  • Foto-foto yang mengungkap misteri tersembunyi Timur Tengah
  • Sekoper penuh ‘harta karun’ fotografi yang tertimbun 30 tahun di atas loteng

Pada usia dua puluhan, dia telah menguasai teknik fotografi rumit seperti proses kolodion, yang memungkinkannya mengembangkan pelat kaca berformat besar dalam kondisi sulit.

Foto-foto panoramanya yang dibuat dengan teknik sempurna, telah mendapat pengakuan dunia.

Perjalanan Sella ke Himalaya dimulai pada 1899 ketika dia bergabung dengan penjelajah Inggris, Douglas Freshfield, dalam ekspedisi menjelajahi Kanchenjunga.

Baca Juga :  Pramono Anung Diberi Gelar Kehormatan Adat Betawi oleh Fauzi Bowo

Selama melakukan penjelajahan gunung tersebut, mereka memasuki wilayah Nepal, yang merupakan sebuah kerajaan yang tertutup.

Baca juga:

  • Robert Capa 100 tahun: warisan sang wartawan perang
  • Yang “Candid” dari Monroe, Bardot, bahkan Muh. Ali
  • Pria yang menghabiskan 15 tahun hidupnya memotret salju

Ketika ambisi tim penjelajah terhalang guyuran hujan, Sella memanfaatkan waktu kosong itu dengan memotret puncak-puncak gunung yang diselimuti salju.

Dia bereksperimen memanfaatkan teknologi fotografi, dengan mencoba mengabadikan Kanchenjunga dengan menggunakan lensa jauh.

Karya-karya fotonya membawa khalayak ke dunia yang tak tersentuh oleh waktu.

Satu dekade kemudian, Sella mencapai puncak baru—baik secara harfiah maupun artistik—dalam ekspedisi 1909 ke K2 bersama Duke dari Abruzzi.

Foto-fotonya tentang gunung tersulit di dunia itu menjadi bukti keterampilan dan ketangguhannya.

Baca juga:

  • Kisah fotografer yang memotret kaum perempuan di dunia gelap mafia Jepang – ‘Yakuza menjadi keluarga saya’
  • Kisah fotografer temukan suku yang tak mengalami era modern
  • Konflik, Masa, dan Fotografi

Membawa peralatan kamera yang beratnya nyaris 30kg, Sella menjelajahi lanskap yang sulit.

Dia terus menciptakan foto-foto yang menjadi ciri khas fotografi gunung.

Salah satu penulis K2: The Story of the Savage Mountain, Jim Curran, menyebut sosok Sella “mungkin fotografer gunung terhebat… namanya [adalah] sinonim dengan kesempurnaan teknis dan kehalusan estetika”.

Sella dikenal karena daya tahannya yang luar biasa, melintasi Pegunungan Alpen dengan kecepatan yang luar biasa walaupun membawa perlengkapan fotografi yang berat.

Tali pengaman dan sepatu bot kamera daruratnya—tiga kali lebih berat ketimbang peralatan serupa di zaman modern—yang sudah disimpan di Institut Fotografi di Biella.

Baca juga:

  • Kisah fotografer bawah laut mewujudkan ‘impian gila’ berenang bersama beruang kutub
  • Fotografi jalanan ungkap kehidupan keseharian di China pada 1980-an
  • Fotografer perempuan AS abadikan kematiannya sendiri
Baca Juga :  8 Kontroversi Firdaus Oiwobo,Pengacara Razman Naik Meja Sidang,Ngaku Keturunan Kesultanan Bima

Adapun pakaiannya sendiri beratnya lebih dari 10kg, ditambah perlengkapan kameranya, termasuk kamera Dallmeyer, tripod, dan pelat, menjadi genap 30kg— beratnya melebihi batas bagasi maskapai penerbangan saat ini.

Pada ekspedisi K2, Sella mengambil sekitar 250 foto formal dengan kamera Ross & Co selama empat hingga lima bulan; di Kanchenjunga, sekitar 200, menurut catatan Thomson.

“Menurut standar digital saat ini, jumlah itu bukan sesuatu luar biasa, bahkan di hari-hari terakhir film analog, jumlah itu setara dengan sekitar delapan rol, yang dapat digunakan oleh seorang fotografer pada 1970-an. Namun jumlah potret Sella merupakan yang cukup banyak saat itu.

“Ini artinya perhatian dan pemikiran yang sangat besar diberikan pada setiap foto, karena ia hanya memiliki sedikit pelat yang dapat diambilnya.”

Baca juga:

  • Kisah orang-orang yang terpinggirkan dari masa ke masa dalam rekaman para fotografer
  • Martine Franck, perempuan fotografer legendaris abad ke-20 yang memotret hidup keseharian
  • London dalam nuansa hitam putih

Bertahun-tahun kemudian, fotografer-pendaki gunung terkenal Ansel Adams menulis bahwa “kemurnian interpretasi Sella berhasil menggerakkan para penonton kepada kekaguman religius”.

Fotografi dataran tinggi mengandung risiko—banyak potret Sella yang paling ambisius hancur ketika kondisi lembap menyebabkan pemisah jaringan menempel pada negatif film.

Namun bidikan yang berhasil bertahan memperlihatkan maha karya yang indah, kata Thomson.

“Sella adalah salah satu orang pertama yang menyadari bagaimana jejak di salju menjadi bagian penting dari komposisi seperti halnya pendaki gunung yang membuatnya.”

  • Foto ikonik yang mengabadikan ikatan manusia dan simpanse
  • Kisah fotografer mengabadikan ‘fosil hidup’ yang selamat dari kepunahan era dinosaurus
  • Potret kekuatan super global di Cina dalam lensa para fotografer

Berita Terkait

Ramalan Zodiak Libra,Scorpio,Sagitarius Besok Minggu 23 Februari 2025: Libra Dihargai,Ada Hoki
Hamas Akui Keliru Kirim Jenazah Shiri Bibas: Bercampur dengan Jasad Lain di Reruntuhan Gaza
Simak Keindahan Serta Kemegahan 5 Katedral Bergaya Gothic
Apa itu Munggahan? Ini Arti, Sejarah, dan Maknanya
Sosok Kepsek yang Dicopot Dedi Mulyadi karena Melawan Meski Ada Larangan
Conclave, Drama di Balik Tembok Vatikan
Mengenal Maryono Hasan: Wawalkot Tangerang Periode 2025-2030 yang Siap Membawa Perubahan
Riwayat Penyakit Hotman Paris hingga Ngedrop di Sidang Razman Nasution,Pernah Terapi di Thailand

Berita Terkait

Sabtu, 22 Februari 2025 - 12:26 WIB

Ramalan Zodiak Libra,Scorpio,Sagitarius Besok Minggu 23 Februari 2025: Libra Dihargai,Ada Hoki

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:57 WIB

Hamas Akui Keliru Kirim Jenazah Shiri Bibas: Bercampur dengan Jasad Lain di Reruntuhan Gaza

Sabtu, 22 Februari 2025 - 09:47 WIB

Simak Keindahan Serta Kemegahan 5 Katedral Bergaya Gothic

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:56 WIB

Apa itu Munggahan? Ini Arti, Sejarah, dan Maknanya

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:07 WIB

Sosok Kepsek yang Dicopot Dedi Mulyadi karena Melawan Meski Ada Larangan

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Mobil Pikap dan 16 Unit Sepeda Listrik Menghitam, Ludes Jadi Bangkai di Tol Gempol-Pasuruan

Sabtu, 22 Feb 2025 - 12:27 WIB