Fenomena “Bad Faith” Sartre, Menipu Diri dalam Relasi Tak Bahagia

- Penulis

Selasa, 18 Februari 2025 - 10:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“Saya terjebak, Dr. Lisa. Setiap hari saya merasa asing dengan suami saya, tapi saya takut untuk menghadapinya. Seperti ada yang menahan saya untuk keluar dari hubungan ini.” Keluh Umi.

“Apa yang menurutmu menahanmu, Umi?” tanya Lisa sambil menatap mata kliennya.

Umi terdiam sejenak, sembari menghela nafas, ia kemudian berujar: “Kami sudah terlalu lama bersama, terlalu banyak yang dipertaruhkan. Tapi, saya tahu, di dalam hati saya, saya tidak bahagia. Saya merasa sedang menipu diri sendiri.”

Dialog Umi, wanita 32 tahun dengan psikiaternya, Dr. Analisa, menggambarkan kecemasan yang lama dipendam. Di balik senyum dan sikap tenangnya, ia terperangkap dalam hubungan yang tak bahagia. Meskipun sudah bertahun-tahun bersama, setiap kali mencoba untuk menghadapi kenyataan, ketakutan dan kecemasan selalu menghalangi.

Seperti kebanyakan orang, Umi merasa dirinya terjebak dalam rutinitas, berpura-pura bahwa ia tidak memiliki pilihan selain bertahan. Meskipun sebenarnya kebebasan untuk memilih berada di tangannya.

Dr. Lisa kemudian menanggapi keluhan kliennya dengan memperkenalkan sebuah konsep bernama “bad faith”. Konsep yang diperkenalkan filsuf Jean Paul Sartre, yang menjelaskan bagaimana banyak orang menipu diri sendiri untuk menghindari kebebasan dan tanggung jawab.

Apa itu Bad Faith?

Teori bad faith (mauvaise foi) Sartre terutama dibahas dalam bukunya “Being and Nothingness”, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1943. Buku ini merupakan karya utama Sartre dalam bidang eksistensialisme dan fenomenologi.

Dalam “Being and Nothingness,” Sartre menjelaskan konsep ‘bad faith’ sebagai cara individu menghindari kebebasan dan tanggung jawabnya dengan menipu dirinya sendiri. Ini terjadi ketika seseorang bertindak seolah-olah mereka tidak memiliki kebebasan untuk membuat pilihan atau mengubah situasi mereka.

Sartre berargumen bahwa dalam bad faith, orang berusaha menghindari ketidaknyamanan yang datang dengan kebebasan penuh, dan memilih untuk hidup dalam penyangkalan, berpura-pura bahwa mereka terikat oleh keadaan atau peran yang tidak dapat mereka ubah.

Bad faith bagi Sartre adalah upaya untuk mengabaikan atau menangguhkan kebebasan individu dalam rangka mencari kenyamanan atau menghindari tanggung jawab. Sebagai contoh, seseorang yang terjebak dalam hubungan yang tidak bahagia mungkin berkata pada dirinya sendiri, “Ini takdir saya,” atau “Saya harus bertahan untuk keluarga,” padahal mereka sebenarnya memiliki kebebasan untuk memilih dan mengubah keadaan tersebut.

Siapa Sartre?

Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita berkenalan dengan sosok pencetus teori bad faith, yaitu Sartre (1905-1980). Beliau mempunyai nama lengkap Jean Paul Sartre, lahir pada 21 Juni 1905 di Paris, Prancis. Ia seorang filsuf, penulis, dan dramawan asal Prancis yang sangat terkenal dengan pemikirannya tentang eksistensialisme dan humanisme.

Sartre tidak pernah menikah, namun ia memiliki hubungan sangat dekat dengan Simone de Beauvoir, seorang filsuf, penulis, dan feminis terkenal. Sejak 1929, mereka menjalin hubungan cinta. Keduanya saling cinta, nyambung saat diskusi, saling mengulas karya pasangannya, tinggal bareng, tapi tidak menikah.

Baca Juga :  Profil David Clement, Suami Agnes Jennifer yang Diduga Selingkuhi Istrinya, Profesinya Bukan Kaleng-kaleng

Simone de Beauvoir, dalam tulisannya, terbuka mengenai kecenderungannya terhadap hubungan dengan wanita selain Sartre. Ada catatan tentang hubungan biseksualnya dengan beberapa wanita, termasuk dengan mantan muridnya, Zaza, yang meninggal dalam kondisi yang sangat mempengaruhi de Beauvoir secara emosional.

Sartre, meskipun lebih dikenal dengan hubungan dengan wanita, juga dikenal memiliki hubungan dengan pria, meskipun tidak banyak bukti tentang kecenderungan biseksualnya yang lebih eksplisit.  

Secara spesifik, Sartre dikenal sebagai perokok berat. Ia sering terlihat merokok di mana-mana, baik di ruang kerja maupun di tempat-tempat umum, yang mungkin mencerminkan kebiasaannya yang tidak terlalu peduli dengan norma sosial.

Meskipun Sartre dikenal sebagai seorang pemikir yang sangat terkenal dan sering berhubungan dengan tokoh-tokoh besar lainnya, ia tidak terlalu menyukai bepergian jauh. Ia lebih suka tinggal di Paris dan berkutat dengan karya intelektual.

Beliau  meninggal pada 15 April 1980 di Paris, akibat penyakit jantung. Setelah Sartre meninggal, Beauvoir menerbitkan buku berjudul “Adieux: A Farewell to Sartre”. Berisi “rangkaian percakapan” bersama Sartre yang ia lakukan pada 1974. Buku ini menjadi satu-satunya karya Beauvoir yang tak sempat dibaca Sartre. Beauvoir menyusul sang kekasih pada 14 April 1986. Sartre dan Beauvoir dimakamkan dalam satu makam di Montparnasse Cemetery, Paris.

Mengapa Bad Faith Terjadi?

Seperti yang dialami Umi, bad faith terjadi ketika seseorang menipu diri mereka sendiri untuk menghindari perasaan tertekan yang muncul akibat kebebasan dan tanggung jawab ini. Dalam bad faith, individu berusaha mengabaikan kebebasan dan memilih untuk bertindak seolah-olah hidup mereka ditentukan oleh faktor eksternal, seperti norma sosial, takdir, atau peran yang sudah ditentukan sebelumnya.

Dengan kata lain, mereka “berpura-pura” tidak memiliki kebebasan untuk memilih atau bertindak, padahal sebenarnya mereka memiliki kebebasan tersebut.

Jika menganalisa berdasarkan kacamata Sartre, kita dapat mengkategorikan 4 (empat) Aspek Utama yang menyebabkan Bad Faith terjadi :

1. Penolakan terhadap Kebebasan dan Tanggung Jawab:

Individu yang berada dalam bad faith akan berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih. Sebagai contoh, seseorang mungkin berkata, “Saya tidak bisa memilih pekerjaan lain karena saya sudah terjebak dalam rutinitas ini,” padahal mereka sebenarnya memiliki kebebasan untuk berubah dan memilih jalannya sendiri.

2. Mengadopsi Peran atau Identitas yang Ditetapkan:

Bad faith sering terjadi ketika seseorang mengadopsi peran atau identitas sosial yang telah ditentukan oleh masyarakat atau oleh orang lain, dan mereka menganggap peran tersebut sebagai satu-satunya kemungkinan. Misalnya, seseorang yang mengatakan, “Saya hanyalah seorang ibu, jadi saya tidak bisa memiliki karier,” tanpa mempertimbangkan bahwa mereka masih memiliki kebebasan untuk mengejar karier di luar peran sosial yang diharapkan.

Baca Juga :  Ibu Hamil Sebaiknya Ikut Puasa Ramadan 2025 Atau Tidak? Ini Penjelasannya

3. Menipu Diri Sendiri dengan Mengabaikan Pilihan:

Dalam bad faith, individu sering kali menipu diri mereka sendiri dengan berpura-pura bahwa pilihan-pilihan yang ada dalam hidup mereka tidak benar-benar pilihan. Mereka berusaha untuk tidak menyadari bahwa mereka dapat memilih jalan hidup yang berbeda, meskipun ada konsekuensi yang datang bersama dengan kebebasan tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang tetap tinggal dalam hubungan yang buruk meskipun merasa tidak bahagia, dengan alasan bahwa mereka “terjebak” dalam hubungan tersebut.

4. Eksistensi Seperti “Benda” atau “Obyek”:

Sartre membedakan antara “being-for-itself” (keberadaan manusia yang sadar dan memiliki kebebasan) dan “being-in-itself” (keberadaan benda yang tidak memiliki kesadaran atau kebebasan). Dalam bad faith, individu berusaha untuk mengabaikan kesadaran dan kebebasannya dan mereduksi diri mereka menjadi sesuatu yang tidak memiliki kebebasan.

Seperti objek atau benda yang tidak bisa memilih atau bertindak. Mereka hidup seolah-olah mereka tidak memiliki pilihan, sehingga menghindari tanggung jawab.Inti dari pemikiran Sartre tentang bad faith adalah bahwa meskipun kita memiliki kebebasan untuk memilih, kita sering kali menghindari kebebasan itu karena rasa takut akan konsekuensi dan ketidakpastian. Bad faith adalah mekanisme psikologis yang muncul untuk menghindari kenyataan ini.

Mengatasi Bad Faith

Memilih untuk keluar dari bad faith bukanlah hal yang mudah. Sartre menekankan bahwa hidup autentik membutuhkan keberanian untuk menghadapi kenyataan dan menerima konsekuensi dari kebebasan kita.

Dalam konteks hubungan, ini berarti menerima bahwa kita bertanggung jawab atas kebahagiaan kita sendiri, dan bahwa kita tidak bisa terus hidup dalam penyangkalan atau ketergantungan pada orang lain. Mungkin terasa menakutkan, tetapi dengan menghadapi kebebasan kita dan membuat pilihan yang jujur, kita bisa membuka jalan untuk hidup yang lebih autentik, penuh cinta sekaligus penuh makna.

Tentu saja, kebebasan ini bukan tanpa tantangan. Mengakhiri hubungan yang sudah lama terjalin atau mengubah dinamika dalam keluarga bisa membawa banyak rasa sakit, tetapi itulah yang Sartre maksudkan dengan kebebasan yang penuh tanggung jawab.

Kebebasan untuk memilih berarti menerima bahwa kita akan bertanggung jawab atas keputusan kita, baik itu mengakhiri hubungan yang tidak sehat, memperbaiki hubungan yang ada, atau bahkan memilih untuk menjalani hidup yang lebih mandiri.

Dus, pada akhirnya, bad faith dalam relasi yang tidak bahagia adalah bentuk pelarian dari kebebasan yang seharusnya kita hadapi dengan berani. Menghadapi kebebasan ini bukan hanya tentang membuat keputusan besar, tetapi juga tentang menghadapi diri kita sendiri dengan kejujuran, menerima tanggung jawab, dan memilih untuk hidup autentik, meskipun itu mungkin berarti mengubah segalanya. Tabik!

Berita Terkait

Ada Leo dan Taurus,Intip 5 Zodiak Paling Beruntung Hari Ini Jumat 21 Februari 2025,Hoki Tak Henti
Rasa Aman dalam Kebersamaan
Dikira Sedih Dijodohkan,Wanita Ungkap Alasan Viral Suami Nangis di Pelaminan,Faktanya Tak Terduga
5 Berita Populer: Nindy Ayunda Dikabarkan Telah Menikah; Nikita soal Vadel-Laura
Uang Lolly Dibawa Kakak Vadel Badjideh,Minta untuk Makan Tak Diberi,Nikita Mirzani: Aku Sakit Hati
5 Berita Populer: Rizky Febian Dikaruniai Anak Pertama; Yunita Siregar Menikah
Katanya Takut Stres,Mahalini Belum Siap Perlihatkan Wajah Putrinya ke Publik
Berhasil Rebut Lolly dari Vadel, Nikita Mirzani Ngaku Nangis dan Teringat Nasihat dari Para Ustaz

Berita Terkait

Jumat, 21 Februari 2025 - 11:17 WIB

Ada Leo dan Taurus,Intip 5 Zodiak Paling Beruntung Hari Ini Jumat 21 Februari 2025,Hoki Tak Henti

Selasa, 18 Februari 2025 - 10:36 WIB

Rasa Aman dalam Kebersamaan

Selasa, 18 Februari 2025 - 10:07 WIB

Fenomena “Bad Faith” Sartre, Menipu Diri dalam Relasi Tak Bahagia

Selasa, 18 Februari 2025 - 08:27 WIB

Dikira Sedih Dijodohkan,Wanita Ungkap Alasan Viral Suami Nangis di Pelaminan,Faktanya Tak Terduga

Selasa, 18 Februari 2025 - 08:06 WIB

5 Berita Populer: Nindy Ayunda Dikabarkan Telah Menikah; Nikita soal Vadel-Laura

Berita Terbaru

politics

Apakah Pramono Ikut Retreat di Magelang? Ini Kata Rano Karno

Jumat, 21 Feb 2025 - 12:07 WIB