Emiten Semen Hadapi Tantangan Berat: Peluang Investasi Saham?

- Penulis

Minggu, 20 April 2025 - 19:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA. Para pelaku industri semen diperkirakan akan menghadapi tahun yang menantang di kuartal I 2025. Kondisi *oversupply* dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih menjadi perhatian utama sepanjang tahun ini.

Kinerja perusahaan semen di sepanjang tahun 2024 juga masih menunjukkan tekanan. Sebagai contoh, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) melaporkan volume penjualan sebesar 38,27 juta ton dengan pendapatan mencapai Rp 36,19 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 6,36% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp 38,65 triliun.

Lebih lanjut, laba bersih SMGR mengalami penurunan signifikan sebesar 66,84% secara *year on year* (yoy), menjadi Rp 719,76 miliar pada tahun 2024. Padahal, di tahun sebelumnya, SMGR berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 2,17 triliun.

Indocement (INTP) Catat Penjualan Semen 3,9 Juta Ton di Kuartal I 2025

Vita Mahreyni, Corporate Secretary SMGR, menjelaskan bahwa kinerja perusahaan di tahun 2024 dipengaruhi oleh kontraksi pasar semen domestik dan perlambatan sejumlah proyek infrastruktur. Untuk mengatasi tantangan ini, SIG berfokus pada efisiensi yang ketat dan peningkatan *operational excellence* secara berkelanjutan.

“Upaya ini berhasil menekan beban pokok pendapatan sebesar 0,8% menjadi Rp 28,26 triliun dan mengurangi biaya keuangan bersih sebesar 20,2% menjadi Rp 944 miliar,” ungkapnya dalam pernyataan resmi.

Di sisi lain, PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) mencatat pendapatan sebesar Rp 8,85 triliun per Desember 2024, menunjukkan penurunan sebesar 7,85% YoY. Cemindo membukukan rugi bersih sebesar Rp 716,25 miliar di tahun 2024, berbanding terbalik dengan laba bersih sebesar Rp 154,80 miliar yang diraih pada tahun 2023.

Manajemen CMNT menyatakan bahwa industri semen di Indonesia menghadapi kondisi pasar yang dinamis sepanjang tahun 2024. “Hal ini sejalan dengan adanya penyesuaian permintaan dari sektor riil yang dipengaruhi oleh perubahan daya beli konsumen serta penjadwalan ulang beberapa proyek pemerintah terkait Pemilu dan Pilkada,” jelas manajemen dalam keterangan resminya.

Berbeda dengan SMGR dan CMNT, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berhasil membukukan peningkatan pendapatan sebesar 3,33% YoY menjadi Rp 18,54 triliun di tahun 2024. Laba bersih perseroan juga mengalami kenaikan sebesar 2,93% YoY pada tahun yang sama. Volume penjualan semen dan klinker secara keseluruhan mencapai 20,49 juta ton pada tahun 2024, meningkat 5,9% YoY.

Semen Indonesia (SMGR) Siap Buyback Saham Senilai Rp 300 Miliar

Pada kuartal I 2025, INTP mencatatkan penjualan semen sebanyak 3,9 juta ton. Corporate Secretary INTP, Dani Handajani, menyampaikan bahwa perseroan juga berhasil mempertahankan pangsa pasar di level 30,1% hingga Maret 2025.

“Perseroan mengakui bahwa awal tahun merupakan periode yang kurang menggembirakan bagi bisnis semen, dipengaruhi oleh faktor cuaca serta bulan Ramadan dan libur Idulfitri,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (17/4).

Baca Juga :  Harga Emas Antam dan UBS di Pegadaian Turun Hari Ini, Termurah Dibanderol Rp900.000

Meskipun volume Indocement mengalami penurunan sebesar 5,9% dibandingkan kuartal I 2023, performa volume industri secara keseluruhan mengalami penurunan yang lebih signifikan, yaitu sebesar 7,8% pada periode yang sama. “Hal ini menunjukkan bahwa performa Indocement lebih unggul dibandingkan performa industri semen secara keseluruhan,” ungkapnya.

Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham

INTP menyambut positif keputusan pembukaan kembali anggaran untuk proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di tahun 2025.

Sebelumnya, anggaran untuk proyek IKN sempat terdampak program efisiensi anggaran. Namun, pemblokiran tersebut telah dicabut setelah mendapatkan persetujuan dari Komisi V DPR RI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Pagu anggaran Otorita IKN dan usulan penambahan anggaran sebesar Rp 8,1 triliun juga telah difinalisasi oleh Presiden Prabowo Subianto.

Dani menjelaskan bahwa keputusan ini memberikan angin segar bagi produsen semen di Indonesia. Pasalnya, dimulainya kembali pembangunan IKN diharapkan dapat meningkatkan permintaan semen di Pulau Kalimantan, yang mengalami penurunan selama kuartal I 2025.

Industri Semen Menantang, Indocement (INTP) Laksanakan Restrukturisasi Internal

“Namun demikian, permintaan semen di IKN tahun ini diperkirakan tidak akan sebesar tahun 2023-2024 lalu,” paparnya.

Akibatnya, masalah *oversupply* kemungkinan besar masih akan membayangi industri semen di tahun 2025.

Menurut Dani, mengatasi masalah *oversupply* semen di Indonesia tidak hanya bergantung pada penambahan proyek-proyek infrastruktur, tetapi juga membutuhkan konsistensi dalam penerapan berbagai peraturan pemerintah.

“Seperti, pelarangan impor semen dan klinker serta moratorium pembangunan pabrik semen baru di seluruh wilayah Indonesia,” tegasnya.

Tantangan lain yang dihadapi oleh INTP adalah penguatan nilai tukar dolar terhadap rupiah. Hal ini secara langsung berdampak pada peningkatan biaya operasional perusahaan, terutama biaya energi.

“Sumber energi industri semen masih didominasi oleh batubara, dan harga acuan batubara dipengaruhi oleh nilai tukar dolar AS,” jelasnya.

Meskipun menghadapi tekanan pasar, SMGR tetap optimis terhadap prospek industri semen nasional di tahun 2025.

“Optimisme ini didasarkan pada komitmen pemerintah untuk melanjutkan proyek infrastruktur serta program pembangunan tiga juta rumah yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan semen,” kata Vita.

Semen Indonesia (SMGR) Kantongi Laba Rp 720 Miliar pada 2024

Senada dengan SMGR, CMNT juga menunjukkan optimisme di tahun 2025. Perseroan telah mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkuat ketahanan finansial dan operasional.

Pada awal 2025, CMNT melakukan konsolidasi pinjaman bank dengan struktur pendanaan yang lebih optimal serta memperoleh tambahan dana untuk investasi belanja modal di sektor logistik.

“Dana ini akan digunakan untuk investasi aset logistik dan distribusi guna meningkatkan efisiensi operasional serta membangun infrastruktur logistik demi kepastian perencanaan distribusi yang lebih baik,” jelas manajemen CMNT.

Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe, berpendapat bahwa kinerja emiten semen di tahun 2025 kemungkinan tidak akan jauh berbeda dari tahun 2024. “Jika pun ada peningkatan penjualan, kemungkinannya hanya sekitar 5% dalam setahun secara keseluruhan,” ujarnya kepada Kontan, Sabtu (19/4).

Baca Juga :  Advis Debit: Panduan Lengkap Pengertian, Fungsi, dan Cara Kerja

Menurut Kiswoyo, berbagai tantangan di industri semen memiliki dampak yang sama terhadap potensi pertumbuhan kinerja emiten semen.

Bahkan, dibukanya anggaran IKN di tahun ini kemungkinan tidak akan terlalu signifikan dalam memperbaiki kondisi *oversupply* di industri semen domestik. Di sisi lain, permintaan semen juga masih tergolong rendah karena suku bunga yang tinggi mempengaruhi permintaan akan hunian.

Oleh karena itu, kondisi keuangan masing-masing emiten akan menjadi indikator penting dari prospek kinerja mereka di tahun ini. “INTP itu nyaris tidak memiliki utang, sehingga secara otomatis semua terkonsolidasi. Sementara itu, SMGR memiliki utang yang jumlahnya relatif besar,” paparnya.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa kinerja emiten semen di kuartal I 2025 menghadapi tantangan dari *oversupply* semen akibat rendahnya permintaan yang disebabkan oleh pelemahan daya beli.

“Keberlanjutan proyek IKN menjadi angin segar, karena berpotensi meningkatkan permintaan semen *bulk*,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (20/4).

Di tengah pelemahan kinerja, harga saham emiten semen juga ikut tertekan sejak awal tahun. Saham SMGR dan INTP telah mengalami penurunan masing-masing sebesar 25,53% dan 28,04% sejak awal tahun atau *year to date* (YTD). Saham CMNT juga mengalami penurunan sebesar 3,41% YTD.

SMGR dan INTP pun melakukan pembelian kembali atau *buyback* saham dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai respons terhadap valuasi saham yang dinilai *undervalue*.

SMGR melakukan *buyback* saham dengan nilai sebesar-besarnya Rp 300 miliar. Sementara itu, INTP mengalokasikan dana maksimal sebesar Rp 2,25 triliun untuk pelaksanaan *buyback* tersebut.

Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Fokus Dorong Penggunaan Semen Rendah Karbon

Kiswoyo berpendapat bahwa aksi *buyback* inilah yang akan menyelamatkan kinerja saham kedua emiten tersebut. Aksi *buyback* dinilai sebagai langkah yang mencerminkan kepercayaan diri perusahaan terhadap kinerja mereka.

“Jika emiten mencanangkan *buyback*, artinya mereka yakin bahwa harga saham saat ini *undervalued*. Karena memiliki uang *cash*, perusahaan membeli terlebih dahulu sahamnya dan menjualnya kembali ketika harganya naik,” ungkapnya.

Senada dengan Kiswoyo, Nafan juga melihat bahwa alasan *buyback* adalah untuk menjaga keyakinan investor terhadap nilai pertumbuhan kinerja dalam jangka panjang. “*Buyback* ini juga menjadi sinyal bahwa emiten tersebut likuid dan berpotensi menjadi lebih likuid lagi setelahnya,” tuturnya.

Oleh karena itu, Kiswoyo merekomendasikan beli untuk INTP dan SMGR dengan target harga masing-masing Rp 8.500 per saham dan Rp 7.000 per saham.

Sementara itu, Nafan merekomendasikan *accumulative buy* untuk INTP dan SMGR dengan target harga terdekat masing-masing Rp 5.625 per saham dan Rp 2.520 per saham. Rekomendasi *wait and see* diberikan untuk CMNT.

Berita Terkait

SBN Ritel 2025: Peluang Investasi Menarik, Intip Prospek SR022 Sekarang!
BIIF Bagikan Dividen Jumbo: Investor Maybank Indonesia Finance Sumringah!
OJK Berantas Pinjol Ilegal: 1.123 Diblokir Kuartal Pertama 2025
Devaluasi Rupiah: Memahami Dampak, Penyebab, dan Tujuan Kebijakan
Bahlil Usulkan Impor Minyak dan LPG AS Senilai Rp 167,73 Triliun: Untung atau Rugi?
Wow! Tabungan Emas Pegadaian: Potensi Keuntungan 10 Kali Lipat di April Ini!
Tarif Impor Tekstil Indonesia Naik: Ini Dampak dan Penyebabnya!
Investasi Aman: Pilih Saham SMC Liquid Saat Pasar Volatil, Kata Analis!

Berita Terkait

Minggu, 20 April 2025 - 22:11 WIB

SBN Ritel 2025: Peluang Investasi Menarik, Intip Prospek SR022 Sekarang!

Minggu, 20 April 2025 - 22:07 WIB

BIIF Bagikan Dividen Jumbo: Investor Maybank Indonesia Finance Sumringah!

Minggu, 20 April 2025 - 21:39 WIB

OJK Berantas Pinjol Ilegal: 1.123 Diblokir Kuartal Pertama 2025

Minggu, 20 April 2025 - 20:59 WIB

Devaluasi Rupiah: Memahami Dampak, Penyebab, dan Tujuan Kebijakan

Minggu, 20 April 2025 - 20:15 WIB

Bahlil Usulkan Impor Minyak dan LPG AS Senilai Rp 167,73 Triliun: Untung atau Rugi?

Berita Terbaru

Uncategorized

Emiten Ramai Tarik Pinjaman Jumbo: Peluang atau Risiko Investasi?

Minggu, 20 Apr 2025 - 22:36 WIB