JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, mendesak Bank Indonesia (BI) untuk proaktif mengantisipasi dinamika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyusul pengumuman tarif resiprokal oleh Presiden AS, Donald Trump.
Selain memberlakukan tarif impor sebesar 10 persen untuk barang impor dari semua negara, Trump juga menerapkan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang secara khusus menyasar Indonesia.
Misbakhun memperkirakan bahwa harga-harga barang di Amerika Serikat akan mengalami kenaikan signifikan. Sementara itu, pendapatan pekerja di AS cenderung stagnan, kondisi ini berpotensi memicu inflasi yang saat ini masih relatif tinggi sejak pandemi Covid-19 melanda.
Lebih lanjut, Misbakhun memprediksi bahwa bank sentral AS, Federal Reserve, akan mengambil langkah menurunkan tingkat suku bunga sebagai instrumen pengendalian inflasi.
“Penurunan suku bunga oleh The Fed akan kembali memicu gelombang ketidakpastian, sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi berpotensi mengalami koreksi. Hal ini tentu saja akan menimbulkan kekhawatiran akan ketidakpastian baru di pasar uang. Kondisi ini berpotensi memberikan tekanan koreksi negatif pada nilai tukar rupiah terhadap USD,” jelas Misbakhun dalam keterangannya pada hari Jumat (4/4/2025).
Oleh karena itu, Misbakhun menekankan pentingnya upaya serius dari BI dalam menstabilkan nilai tukar rupiah.
Menurutnya, sangat penting untuk mencegah tekanan koreksi negatif pada Rupiah agar tidak melampaui batas angka psikologis.
“Momen libur Lebaran saat ini adalah kesempatan yang tepat bagi Bank Indonesia untuk melakukan exercises kebijakan stabilisasi nilai tukar yang paling efektif, sehingga siap ketika pasar kembali dibuka,” pungkasnya.