RAGAMUTAMA.COM – Sebuah aksi protes besar terjadi di Trump Tower, New York, ketika lebih dari 250 demonstran menyerbu gedung tersebut untuk menuntut pembebasan aktivis mahasiswa Palestina, Mahmoud Khalil.
Polisi turun tangan untuk membubarkan aksi tersebut dan menangkap hampir 100 orang atas tuduhan pelanggaran hukum.
Demonstrasi ini dipicu oleh penangkapan Mahmoud Khalil, seorang mahasiswa Palestina di Universitas Columbia, oleh otoritas imigrasi AS.
Khalil, yang merupakan penduduk tetap AS dan menikah dengan warga negara AS, ditahan berdasarkan undang-undang imigrasi khusus yang memungkinkan deportasi individu yang dianggap dapat berdampak negatif pada kebijakan luar negeri AS.
Kelompok yang tergabung dalam aksi ini mengenakan kaos merah bertuliskan “Orang Yahudi Menuntut Penghentian Pasokan Senjata ke Israel”, dan memenuhi ruang tunggu lantai pertama Trump Tower. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang menuntut pembebasan Khalil serta mengutuk kebijakan imigrasi yang mereka anggap tidak adil.
Kelompok ini juga menyatakan bahwa aksi ini merupakan bagian dari gerakan menentang Zionisme, dengan organisasi Suara Israel untuk Perdamaian menjadi salah satu penggerak utama di balik demonstrasi tersebut.
Organisasi ini dikenal sebagai kelompok Yahudi progresif yang aktif menentang kebijakan pemerintah Israel terkait konflik di Gaza.
Polisi New York segera turun tangan untuk membubarkan massa dan menangkap lebih dari 100 demonstran. Dalam konferensi persnya, kepolisian menyatakan bahwa mereka dikenakan tuduhan pelanggaran ilegal.
Organisasi penyelenggara mengeluarkan pernyataan resmi, mengecam penangkapan Khalil dan meminta komunitas Yahudi di AS untuk turut menyuarakan keadilan. Mereka menyerukan agar penahanan aktivis ini segera dihentikan dan menuntut perlindungan lebih besar bagi kebebasan berekspresi mahasiswa di AS.
Siapa Mahmoud Khalil?
Mahmoud Khalil adalah seorang mahasiswa Universitas Columbia yang aktif mengorganisir demonstrasi pro-Palestina sejak konflik Hamas-Israel pada 7 Oktober 2023. Setelah menyelesaikan program masternya, ia dijadwalkan lulus pada Mei 2025.
Namun, akhir pekan lalu, Khalil ditahan oleh otoritas imigrasi AS dengan alasan yang jarang digunakan dalam kebijakan imigrasi, yaitu pasal yang memungkinkan deportasi seseorang yang dianggap berdampak buruk terhadap kepentingan luar negeri AS.