JAKARTA, KOMPAS.TV – Sudah menjadi tradisi di takhta suci Vatikan, setelah seorang Paus wafat, maka diadakan pemilihan paus berikutnya lewat pertemuan para kardinal yang disebut konklaf. Tradisi yang sudah berlangsung hampir 1.000 tahun inilah yang dijadikan judul film (Conclave) besutan sutradara Edward Berger, diadaptasi dari novel Robert Harris dengan judul sama.
Untuk melaksanakan konklaf, Kardinal Lawrence (Ralph Fiennes) diberi tugas. Seluruh kardinal dari berbagai negara berkumpul di Vatikan. Namun ada satu yang membuat semua kardinal heran, hadirnya Kardinal Vincent Benitez (Carlod Dhiez) dari Kabul, Afghanistan. Betapa tidak, negara yang diatur hukum Islam itu, bisa memiliki seorang kardinal.
Semula, kehadiran Benitez diragukan. Namun setelah interogasi semua jelas, dia ternyata memang ditugaskan secara rahasia langsung oleh Bapak Suci sebelum wafat.
Proses pemilihan paus baru ternyata tidak mudah. Lebih dari lima kali dilangsungkan tanpa ada suara yang dominan. Asap hitam dari cerobong Kapel Sistina menjadi tanda bahwa paus baru belum terpilih. Namun di dalam kapel sendiri, “pertempuran” sengit para kardinal sedang terjadi.
Nah, film ini berfokus pada drama antarkardinal dalam memperebutkan posisi tertinggi umat Katolik sedunia itu.
Baca Juga: 7 Film Indonesia yang Bakal Tayang di Netflix pada 2025
Dua penulis film, Peter Straughan dan Robert Harris membawa cerita pemilihan paus ini tidak sekadar tradisi menuliskan nama dan mengumumkan. Tetapi, penonton pula diajak pada gejolak batin, sikap konservatisme gereja, dan krisis kepercayaan kepada sesama rohaniawan.
Kardinal Lawrence ternyata adalah sosok yang sedang menghadapi krisis keyakinan, mempertanyakan dogma agama di tengah masyarakat yang terus berubah. “Kepastian itulah ancaman persatuan,” katanya dalam salah satu pidatonya.
Sementara Kardinal Adeyami dari Nigeria, yang selalu mendapat suara terbanyak dalam beberapa kali pemilihan, terbongkar rahasia masa lalunya. Dia memiliki skandal seks hingga punya anak. Skandal itu terbongkar karena siasat licik dari pesaingnya yang ambisius, Kardinal Trembley (John Lithgow). Trembley sebenarnya sudah diberhentikan sebagai kardinal oleh Paus beberapa saat menjelang wafat karena skandal keuangan.
Ada nama lain yang juga muncul, Kardinal Tedesco (Sergio Castellitto), sosok yang sangat konservatif ingin mengembalikan gereja ke dogma lama. Dia hanya ingin semua doa dan liturgi menggunakan satu bahasa saja, Latin. Sikapnya kepada yang berbeda keyakinan dengan gereja pun cukup keras.
Masa lalu para kardinal ini membuat sikap saling curiga.
Saat skandal para calon Paus terbuka, konklaf nyaris buntu. Hingga pilihan justru jatuh kepada Kardinal Benitez asal Meksiko yang pernah bertugas di wilayah konflik di Bagdad dan Kabul. Banyak yang tidak yakin dengan pilihan itu. Namun dari rekam jejak masa lalu, tampaknya dia paling bersih dari skandal. Saat para dekan dan kardinal bertanya nama yang bakal digunakan sebagai paus, dia memilih Innocentius.
Rupanya, skandal belum juga berhenti. Hanya beberapa saat setelah dipilih dan memilih nama, Benitez diketahui pernah menjalani operasi di sebuah klinik Swiss. Kardinal Lawrence bertanya langsung soal itu. Jawabannya sangat mengagetkan, Benitez ternyata pernah menjalani operasi pengangkatan rahim dan indung telur. Dengan nada tenang, Benitez berterus terang bahwa dia tumbuh sebagai anak lelaki hingga dewasa dan ternyata menemukan keganjilan kelamin itu. Tapi Benitez tidak ingin mengubah apa pun yang sudah ditakdirkan Tuhan kepadanya. Paus baru pun sudah terpilih.
Perdebatan Keyakinan
Aktor Ralph Fiennes, aktor terbaik dalam film peraih Oscar The English Patient (1996), berhasil memainkan sosok Dekan Kardinal yang lugas namun mempersoalkan banyak hal tentang agama bersama para kardinal lain. Perdebatan keras dalam tembok Vatikan, yang mungkin selama ini terlihat tenang, dipertontonkan secara cukup terbuka. Perdebatan saat makan hingga jelang tidur mewarnai setiap adegan. Di tengah para kardinal yang semua lelaki, tampil sosok suster Agnes (Issabela Rossellini) yang bisa menyergah di tengah perdebatan yang panas.
Baca Juga: Indro Ungkap Dirinya Tak Dapat Royalti dari Penayangan Film Lawas Warkop DKI
Film ini tidak sekadar sebuah tradisi memilih pemimpin tertinggi agama, namun juga pertanyaan tentang dogma dalam hidup yang terus berubah. Dogma agama yang biasanya hitam putih dipertanyakan ulang manakala bertemu dengan realitas hidup yang makin kompleks. Dan tokoh agama, betapapun tinggi dan dihormatinya, tetaplah sosok yang mudah tergelincir ke dalam khilaf dan salah.
Tapi ketidaksempurnaan bukanlah sebuah cacat. Ketika sosok calon paus dipertanyakan cacat masa lalunya, timbul jawaban: ‘kita pernah memilih yang lebih jelek dari ini’. Memang selalu ada keraguan dalam keyakinan.
Namun, Kardinal Lawrence mengingatkan “If there was only certainty and no doubt, there would be no mystery. And therefore, no need for faith”. Jadi, justru dengan ragu itulah kita tahu artinya misteri dan terus menapaki jalan keyakinan.
CONCLAVE
Jenis Film : Drama, Thriller
Sutradara : Edward Berger
Penulis : Peter Straughan, Robert Harris
Producer : Tessa Ross, Juliette Howell, Robert Harris
Produksi : FilmNation Entertainment
Casts : Ralph Fiennes, Stanley Tucci, John Lithgow, Sergio Castellitto, Isabella Rossellini, Jacek Koman, Lucian Msamati, Bruno Novelli