Perjalanan kami menyusuri jalanan kota Batu, yang relatif lengang untuk hari akhir pekan, akhirnya sampai juga ke tujuan.
Setelah melewati jalanan beraspal, makadam, dan tikungan yang berkelok, kami tiba di Chatten Koffie en Plaats, sebuah kafe unik yang terletak di daerah Bumiaji, Kota Batu.
Chatten, kata dalam bahasa Belanda yang berarti “ngobrol,” tercermin dari logonya: tiga orang yang sedang berbincang. Konsep kafe ini memang menawarkan suasana hangat untuk bercengkrama.
Dari tempat parkir, bangunan bundar nan elok dengan taman mengelilinginya menyambut kami.
Gambar-gambar bernuansa vintage di dinding seakan membawa kami bernostalgia ke era 1960-an.
Langkah kami berlanjut memasuki halaman kafe. Bunga-bunga kecil yang merekah di taman bagaikan tersenyum ramah.
Keberadaan pohon botol dan Walisongo di depan kafe menambah pesona Chatten.
Kami diberi tahu bahwa pohon botol merupakan tanaman asli Queensland, Australia, yang tahan kekeringan dan dapat tumbuh hingga 25 meter.
Sementara tanaman Walisongo di sekitarnya dinamai demikian karena setiap tangkainya memiliki sembilan helai daun.
Kami menuju tempat duduk di area luar kafe. Udara segar dan pemandangan hijau menyejukkan mata. Sawah, kebun jeruk, dan pepohonan mengelilingi kami.
Gunung Panderman dan Arjuno tampak gagah berdiri di kejauhan.
Setelah memesan makanan, kami memilih tempat di lantai atas kafe.
“Pemandangannya lebih bagus di atas,” ujar Mbak yang menyambut kedatangan kami.
Berbeda dengan area luar, suasana di dalam kafe terasa sangat sejuk. Dan benar, pemandangan dari lantai atas sungguh menakjubkan.
Keistimewaan Chatten adalah pemandangan Kota Batu 360 derajat yang terlihat dari lantai paling atas.
Suasana di atas sangat nyaman, pengunjung masih belum ramai. Kami memilih duduk di sofa karena datang berdelapan; lebih hangat dan akrab untuk berbincang, seperti di rumah sendiri.
Pesanan kami tiba: cappuccino, lemon tea, wedang uwuh, pisang goreng, kentang goreng, dan hidangan lainnya.
Perpaduan rasa lapar dan udara sejuk membuat makanan terasa begitu nikmat.
Sambil menikmati hidangan, cerita mengalir hangat, diiringi tawa dan canda.
Setelah selesai makan, kami sholat dan berjalan-jalan di sekitar kafe untuk berburu foto.
Tak terasa, pukul setengah lima. Kami sudah sekitar dua jam di Chatten.
Waktu berlalu begitu cepat. Lampu-lampu taman menyala, dan pengunjung semakin ramai.
Kami bergegas menuju parkiran. Mas Andre dari Dolan 4six, teman setia kami, sudah siap mengantar ke destinasi selanjutnya.
“Sudah siap?” tanya Mas Andre ramah.
“Siap!” jawab kami serentak. Setelah berbincang dan tertawa bersama, hati terasa ringan.
Ngobrol bukan sekadar berbagi cerita, tetapi juga sarana mengungkapkan perasaan dan kebahagiaan. Kebahagiaan sederhana tercipta dari duduk, ngobrol, dan ngopi bersama teman.
Salam jalan-jalan…