Cermati Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham EBT di tengah Beragam Sentimen

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 31 Januari 2025 - 22:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sedang dikelilingi oleh sentimen eksternal dan domestik. Sentimen tersebut berpotensi memengaruhi prospek kinerja dan pergerakan saham emiten dengan bisnis EBT.

Sentimen eksternal cenderung menekan, sejalan dengan sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang lebih condong pada energi berbasis fosil. Trump pun mengambil langkah untuk menarik AS keluar dari Perjanjian Iklim Paris alias Paris Agreement.

Di sisi lain, prospek emiten EBT berpotensi terdongkrak oleh sentimen domestik dengan adanya dukungan pemerintah, melalui Peraturaan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 5 Tahun 2025.

Baca Juga: Baruan Energi Fosil masih Tinggi, Pensiun Dini PLTU Tak Masuk dalam RUPTL 2025-2034

Beleid ini mengatur skema penjaminan pemerintah serta penanggungan risiko dalam percepatan pengembangan energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan memperkirakan keluarnya AS dari Perjanjian Iklim Paris berpotensi membawa tekanan bagi industri EBT global.

Hanya saja, dampaknya lebih bersifat jangka pendek mengingat tren transisi energi masih menjadi agenda utama di banyak negara, termasuk Indonesia.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer sepakat, kebijakan Donald Trump yang cenderung mendorong energi fosil akan memberikan tekanan terhadap industri EBT global atau perusahaan yang punya eksposur internasional. Tapi, dampaknya akan lebih terbatas bagi emiten dengan fokus pengembangan EBT di dalam negeri.

Baca Juga: Pensiun Dini PLTU Tak Masuk dalam RUPTL 2025-2034, Bauran Fosil Masih Tinggi

Miftahul pun memprediksi PMK Nomor 5 Tahun 2025 akan lebih berpengaruh terhadap emiten EBT. “Sentimen domestik lebih berdampak signifikan dibandingkan eksternal, terutama dengan dukungan kebijakan yang mempercepat transisi energi,” kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Jumat (31/1).

Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Muhammad Thoriq Fadilla mengamini, prospek industri EBT akan lebih dipengaruhi oleh komitmen pemerintah Indonesia dalam menekan emisi karbon dan merealisasikan transisi energi. Kebijakan yang memberikan kepastian dan insentif lebih signifikan sebagai katalis bagi emiten EBT.

Dus, Thoriq pun menilai penerbitan PMK Nomor 5 Tahun 2025 akan membawa sentimen positif. “Dukungan regulasi dan komitmen pemerintah dalam pengembangan EBT memberikan prospek positif bagi emiten dan meningkatkan kepercayaan investor,” terang Thoriq.

Baca Juga :  Kasus Pagar Laut, Anak Perusahaan Aguan Mangkir Mangkir dari Pemeriksaan KKP

Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa menambahkan, PMK Nomor 5 Tahun 2025 berpotensi mempercepat realisasi proyek EBT dalam negeri dengan mengurangi risiko proyek.

Baca Juga: Indeks Kompas100 Dikocok Ulang, Simak Prospek Kinerja Konstituen Barunya

Catatan Heru, respons pasar masih cenderung wait and see, terutama untuk mencermati kebijakan Donald Trump di bidang energi dan efek pasca keluarnya AS dari Paris Agreement.

Tapi, Heru menilai kondisi ini hanya akan terjadi dalam jangka pendek. Sektor EBT masih cukup menarik untuk jangka panjang, apalagi dengan adanya dukungan dari pemerintah untuk pengembangan energi bersih di dalam negeri.

“Akan tetapi, proses transisi ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga sektor EBT cukup menarik secara jangka panjang. Meskipun ke depan terdapat beberapa risiko yang perlu dicermati seperti ketergantungan terhadap batubara, kesiapan infrastruktur, hingga teknologi,” terang Heru.

Baca Juga: Prabowo Bentuk Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi, Bahlil Jadi Ketua

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Ahmad Iqbal Suyudi menyoroti, terbitnya PMK Nomor 5 Tahun 2025 bisa membuka jalan untuk mempercepat peningkatan kapasitas listrik berbasis EBT. Sejalan dengan target bauran EBT dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025 – 2034 yang diprediksi meningkat menjadi sekitar 60%.

Rekomendasi Saham

Dengan prospek yang cenderung jangka panjang, Iqbal menyarankan selektif memilih saham EBT, termasuk dengan mencermati valuasinya. Melihat posisi saham saat ini, Iqbal menjagokan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO).

Ketiga saham tersebut dinilai punya valuasi yang cukup murah berdasarkan Price to Earning (PE) rasio historis dalam satu tahun terakhir. Iqbal menyarankan buy on weakness PGEO. Sedangkan KEEN saat ini masih konsolidasi di area Rp 600 – Rp 660 dan ADRO konsolidasi di Rp 2.300 – Rp 2.400.

Baca Juga :  Aset Kripto dan Saham AS Bertahan dari Tekanan Usai Fed Tahan Suku Bunga

Technical Analyst Maybank Sekuritas Satriawan Haryono menyematkan rekomendasi buy untuk saham ADRO, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Arkora Hydro Tbk (ARKO). Masing-masing menyimpan potensi rebound ke area resistance Rp 2.470, Rp 10.000 dan Rp 1.045.

  BREN Chart by TradingView  

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Indika Energy (INDY) yang Terdongkrak Proyek Emas Awak Mas

Selain itu, Satriawan menyarankan buy on weakness  PGEO yang sedang menguji support Rp 940. Jika bertahan di level tersebut, PGEO berpotensi rebound menuju Rp 955 – Rp 1.005.

Kemudian, buy on weakness PT Hero Global Investment Tbk (HGII) yang sedang menguji support Rp 188, dan jika bertahan berpotensi rebound ke resistance Rp 224.

Miftahul melirik saham ADRO untuk trading buy, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan strategi buy on weakness. Sedangkan Heru menyarankan buy on support ADRO di area Rp 2.300 untuk target harga Rp 2.530 – Rp 2.730.

Heru selanjutnya menyarankan wait and see PGEO dan BREN. Pertimbangkan level harga Rp 925 untuk masuk ke saham PGEO dengan target  Rp 1.000 – Rp 1.080. Kemudian area Rp 8.500 untuk level entry BREN, untuk target harga Rp 10.0000 – Rp 10.500.

Baca Juga: United Tractors (UNTR) Gencarkan Ekspansi Tahun 2025 Ini, Cek Rekomendasi Analis

Thoriq merekomendasikan buy on weakness BREN di harga Rp 9.000 – Rp 9.250 untuk target harga Rp 10.000. Kemudian, speculative buy UNTR di area Rp 24.800 – Rp 24.875 untuk target harga Rp 25.300.

Sedangkan Ekky menjagokan PGEO, ADRO dan UNTR sebagai pilihan jangka panjang, untuk target harga Rp 1.200, Rp 3.000 dan Rp 28.000. Sebagai pilihan jangka pendek, Ekky melirik saham KEEN untuk target harga Rp 680 – Rp 700 per saham.

Berita Terkait

Harga Minyak Bersiap Mencatat Penurunan Mingguan, Imbas Ancaman Tarif Trump
Devisa Hasil Ekspor SDA 100 Persen Wajib Parkir di RI, Ini Usulan MPR
Muslim Terbesar, Indef Minta Potensi Pasar Keuangan Syariah Digali
Pasar Sekunder: Pengertian, Pelaku Pasar, dan Jenis Perdagangannya
Wall Street Naik Terdorong Kenaikan Saham Apple, Data Inflasi Sesuai Ekspektasi
Aset Kripto dan Saham AS Bertahan dari Tekanan Usai Fed Tahan Suku Bunga
Transaksi Kripto Indonesia Capai Rp 650,61 Triliun di 2024, Cek Faktor Pendorongnya
Deretan Saham Melejit Lebih dari 100% Sepanjang Januari 2025 saat IHSG Lesu

Berita Terkait

Sabtu, 1 Februari 2025 - 00:11 WIB

Harga Minyak Bersiap Mencatat Penurunan Mingguan, Imbas Ancaman Tarif Trump

Sabtu, 1 Februari 2025 - 00:11 WIB

Devisa Hasil Ekspor SDA 100 Persen Wajib Parkir di RI, Ini Usulan MPR

Jumat, 31 Januari 2025 - 23:06 WIB

Muslim Terbesar, Indef Minta Potensi Pasar Keuangan Syariah Digali

Jumat, 31 Januari 2025 - 22:37 WIB

Pasar Sekunder: Pengertian, Pelaku Pasar, dan Jenis Perdagangannya

Jumat, 31 Januari 2025 - 22:37 WIB

Wall Street Naik Terdorong Kenaikan Saham Apple, Data Inflasi Sesuai Ekspektasi

Berita Terbaru

entertainment

Yura Yunita Ajak Fansnya Berbahagia di Konser Bingah

Sabtu, 1 Feb 2025 - 00:46 WIB

shopping

Barang Ternama: Pengertian, Ciri-Ciri dan Tingkatannya

Jumat, 31 Jan 2025 - 23:37 WIB