CERITA Awal Mula Nama Angkringan SULTAN di Mangunan,Dlingo,Bantul

- Penulis

Selasa, 18 Februari 2025 - 10:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, memiliki ragam keindahan alam yang luar biasa. Keindahan alam itu bisa menjadi referensi untuk melepas penat dari aktivitas sehari-hari atau sekadar bersantai sejenak. Suasana alam yang indah dan asri itu bisa dirasakan dari lokasi Angkringan Sultan yang berada di Bukit Cempluk, Kalurahan Mangunan, Kapewon Dlingo, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. 

 

LURAH Mangunan, Aris Purwanto, mengatakan, di lokasi tersebut tidak hanya terdapat angkringan saja, tetapi juga terdapat restoran, cafe, dan dilengkapi dengan fasilitas musola hingga toilet. 

“Jadi, di lokasi itu, para pengunjung yang datang bisa menikmati suasana alam, sunset, city light, dan hingga menyantap beragam kuliner, serta memanfaatkan fasilitas yang diberikan,” ucapnya kepada Tribunjogja.com, Senin (17/2/2025).

Lokasi itu pun menjadi jujugan pengunjung dari berbagai daerah, salah satunya dari Jakarta. 

Pasalnya, lokasi itu dekat dengan sejumlah tempat wisata alam. 

Satu di antara tempat wisata alam dekat berjarak sekitar 500 meter dari lokasi tersebut adalah Wisata Watu Goyang.

Dengan begitu, para wisatawan yang berlalu lalang bisa mampir ke lokasi tersebut dan menggunakan fasilitas maupun rest area yang disediakan.

“Di dalam itu ada angkringan seperti pada umumnya. Jadi, kita membuat beberapa segmen. Ada angkringan untuk pemberdayaan masyarakat Mangunan, ada segmen resto dan cafe, tapi gradenya agak lebih naik,” papar dia.

Baca Juga :  Tuntutan THR untuk Ojol: Kewajaran atau Kemanjaan?

Untuk kuliner di lokasi itu dinilai cukup ramah di kantong. 

Di mana, masyarakat cukup membawa uang kurang dari Rp50 ribu dan bisa menikmati ragam kuliner yang ada di angkringan maupun ragam sajian di cafe dan restoran. 

“Pengunjung kalau ke situ, bawa uang Rp30 ribu bisa dapat regam variasi jajanan angkringan dan itu sudah kenyang. Tapi, kalau di resto ya paling tidak bawa Rp50 ribu,” ucap Aris.

Lokasi itu pun buka setiap Senin-Jumat mulai pukul 16.00 WIB-22.00 WIB dan setiap Sabtu-Minggu mulai pukul 15.30 – 23.00 WIB.

Terkait omzet, dinilai cukup fantastis. 

Pihaknya mencatat, dalam kurun waktu sebulan pernah mencapai omzet senilai Rp72 juta.

Namun, pernah juga nominal omzet itu turun dikarenakan cuaca hujan. 

“Kan namanya bisnis ada naik turunnya. Tapi alhamdulillahnya, kulinernya besok untuk buka puasa sudah mulai ada yang telepon tanya soal menu.

“Karena kami punya menu andalan masakan rumahan,” papar dia.

Meski demikian, Aris menyampaikan bahwa omzet tersebut terdiri atas pendapatan bruto atau kotor, sehingga masih akan dipotong dengan pendapatan asli daerah (PAD) sejumlah 30 persen.

“Selain untuk PAD, saat kita mendapat Rp72 juta itu yang kami kembalikan ke masyarakat setelah itu untuk operasional, gaji karyawan, dan sebagainya.”

Baca Juga :  Reog Ponorogo Diakui UNESCO, Anak Muda Perlu Lakukan Ini Melestarikannya

“Apalagi di situ kan ada 20 masyarakat lokal yang terlibat untuk menyediakan masakan,” urainya.

Awal Mula Angkringan Sultan

Aris turut menyampaikan kehadiran Angkringan Sultan berawal dari adanya konsep pengembangan wisata dan pemberdayaan masyarakat melalui Badan Usaha Milik Kalurahan (Bamuskal) dengan anggaran dari Dana Keistimewaan (Danais). 

Di mana, konsep itu disampaikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.

“Makanya, lokasi itu dibuat dengan anggaran berjenjang, dari tahun 2022, 2023, dan 2024. Lalu, memulai dibangun pada 2022.” 

“Terus final pembangunannya pada tahun 2024. Walau begitu, kami tetap berbenah bagaimana menjadi yang terbaik,” katanya.

Lalu, angkringan yang didirikan di atas tanah milik kalurahan tersebut dibuat dengan total anggaran Danais sekitar Rp2,5 miliar dengan sistem pencarian anggaran berjenjang.

“Itu sebelumnya kan tanah kalurahan dan hamparan kosong. Akhirnya dikelola seperti itu dan managemennya dikelola oleh Bumkal Mangunan. Nama Bumkalnya Selo Aji,” urai Aris.

Adapun nama angkringan sultan itu diambil dari sejarah lokal yang ada. 

Di mana, dahulu, terdapat Sultan Agung Nitik Siti Wangi. 

Dari situ kemudian pihaknya berinisiatif memberi nama angkringan sultan.

“Jadi, kami berharap ke depan di pengelolaan badan usaha ini bisa menjadi daya ungkit ekonomi dan daya ungkit pendapatan asli desa untuk kepentingan masyarakat,” pungkas Aris. (Tribunjogja.com/nei)

Berita Terkait

Ramalan Zodiak Libra,Scorpio,Sagitarius Besok Minggu 23 Februari 2025: Libra Dihargai,Ada Hoki
Hamas Akui Keliru Kirim Jenazah Shiri Bibas: Bercampur dengan Jasad Lain di Reruntuhan Gaza
Simak Keindahan Serta Kemegahan 5 Katedral Bergaya Gothic
Apa itu Munggahan? Ini Arti, Sejarah, dan Maknanya
Sosok Kepsek yang Dicopot Dedi Mulyadi karena Melawan Meski Ada Larangan
Conclave, Drama di Balik Tembok Vatikan
Mengenal Maryono Hasan: Wawalkot Tangerang Periode 2025-2030 yang Siap Membawa Perubahan
Riwayat Penyakit Hotman Paris hingga Ngedrop di Sidang Razman Nasution,Pernah Terapi di Thailand

Berita Terkait

Sabtu, 22 Februari 2025 - 12:26 WIB

Ramalan Zodiak Libra,Scorpio,Sagitarius Besok Minggu 23 Februari 2025: Libra Dihargai,Ada Hoki

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:57 WIB

Hamas Akui Keliru Kirim Jenazah Shiri Bibas: Bercampur dengan Jasad Lain di Reruntuhan Gaza

Sabtu, 22 Februari 2025 - 09:47 WIB

Simak Keindahan Serta Kemegahan 5 Katedral Bergaya Gothic

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:56 WIB

Apa itu Munggahan? Ini Arti, Sejarah, dan Maknanya

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:07 WIB

Sosok Kepsek yang Dicopot Dedi Mulyadi karena Melawan Meski Ada Larangan

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Mobil Pikap dan 16 Unit Sepeda Listrik Menghitam, Ludes Jadi Bangkai di Tol Gempol-Pasuruan

Sabtu, 22 Feb 2025 - 12:27 WIB