Cek Rekomendasi Saham Emiten Batubara di Tengah Penurunan Harga

- Penulis

Sabtu, 15 Februari 2025 - 08:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Berbeda dengan harga emas yang terus mencetak rekor, harga batubara global masih mengalami pelemahan di awal tahun ini.

Berdasarkan data TradingEconomics, Jumat (14/2), harga batubara turun ke level US$ 104,30 per ton, mencatat penurunan hampir 12% dalam sebulan terakhir.

Penurunan harga ini berdampak pada saham emiten batubara, yang secara year to date (YTD) masih melemah, sejalan dengan penurunan indeks sektor energi maupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Prospek Harga Batubara di 2025

Analis RHB Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, memperkirakan harga batubara tahun ini masih akan berada dalam tekanan.

Salah satu faktor utama adalah ketergantungan ekspor batubara Indonesia terhadap China, yang saat ini masih menghadapi ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

“Sejauh ini, kami belum melihat adanya potensi kenaikan signifikan dalam harga batubara tahun ini,” ujar Wafi kepada Kontan.co.id, Jumat (14/2).

Sementara itu, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Ahmad Iqbal Suyudi menyoroti bahwa pergerakan harga batubara sangat bergantung pada kondisi ekonomi China dan India, dua produsen sekaligus konsumen terbesar batubara dunia.

“Saat ini kedua negara tersebut mengalami tantangan dalam pertumbuhan ekonomi, yang berimbas pada konsumsi batubara. Selain itu, pasokan yang melimpah juga menjadi faktor yang menekan harga,” jelas Iqbal.

Baca Juga :  Tarif Impor Trump: Wall Street Ambruk, Saham & Minyak Anjlok Drastis

Potensi Penurunan dan Faktor Pemicu Kenaikan Harga

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menambahkan bahwa jika kelebihan pasokan (oversupply) terus berlanjut, harga batubara bisa turun hingga US$ 98 – US$ 100 per ton.

Selain itu, potensi berakhirnya perang Rusia-Ukraina dapat mengurangi ketergantungan Eropa terhadap batubara sebagai substitusi gas alam.

Uni Eropa sendiri telah mencatatkan penurunan permintaan batubara hingga 68 juta ton, dan tren ini bisa berlanjut jika pasokan energi dari Rusia kembali stabil.

Namun, faktor cuaca juga dapat memainkan peran penting. Tim Riset Henan Putihrai Sekuritas memperkirakan bahwa fenomena La Niña berpotensi terjadi pada 2025, yang dapat meningkatkan curah hujan di wilayah produsen utama seperti Indonesia dan Australia. Jika terjadi gangguan produksi dan distribusi, harga batubara berpotensi melonjak seperti yang terjadi pada periode La Niña sebelumnya.

Meskipun harga batubara masih melemah, beberapa analis melihat peluang jangka pendek untuk saham emiten batubara.

Ekky menilai bahwa meski masih dalam tren turun, saham batubara berpotensi mengalami kenaikan dalam jangka pendek karena: Valuasi saham yang sudah cukup menarik, potensi aksi buy on weakness dari investor, dan antisipasi pembagian dividen dalam beberapa bulan ke depan

Baca Juga :  Harga Emas Cetak Rekor Lagi, Tembus Rp1,663 Juta per Gram!

Namun, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman mengingatkan bahwa kenaikan harga saham batubara saat ini masih dalam tahap technical rebound, dan belum ada sinyal kuat untuk pembalikan tren (reversal).

“Mayoritas saham batubara masih dalam fase downtrend. Sebaiknya investor menunggu hingga muncul momentum positif yang lebih kuat,” ujarnya.

Saham Batubara yang Direkomendasikan

Saham berbasis ekspor: Wafi menyarankan wait and see terhadap saham emiten batubara yang bergantung pada ekspor, mengingat ketidakpastian pasar global.

Saham berbasis domestik: Wafi merekomendasikan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yang memiliki pasar domestik kuat dan lebih stabil.

Saham kontraktor tambang: PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Petrosea Tbk (PTRO) juga menarik karena produksi batubara nasional yang masih tinggi.

Ada pun saham dengan peluang buy on weakness: PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dengan target harga: Rp 8.700 – Rp 9.000.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga: Rp 28.000 dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan akumulasi di level Rp 2.600 – Rp 2.700, target Rp 3.000 per saham.

Berita Terkait

Kebijakan Investasi Asing Efisien: Kunci Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
Tarif Royalti Minerba Terbaru: Siap Berlaku Pekan Depan!
ST014 Laris Manis: Investasi SBN Lebih Unggul dari Obligasi Korporasi?
Rabu Kelabu: Asing Lepas Saham Rp 8,21 Triliun, Saham Apa Saja?
XLSmart Lahir: Axiata Jual Saham EXCL Miliaran Rupiah ke Sinarmas!
ST014 Tersisa Rp 104 Miliar: Analisis Penyebab Sepinya Peminat Setelah Penutupan Penawaran
Bosman Mardigu & Helmy Yahya Jadi Komisaris, Saham Bank BJB Meroket Pasca RUPST?
Selamat Tinggal! Smartfren (FREN) Resmi Delisting Besok (17/4)

Berita Terkait

Kamis, 17 April 2025 - 01:39 WIB

Kebijakan Investasi Asing Efisien: Kunci Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

Kamis, 17 April 2025 - 00:19 WIB

Tarif Royalti Minerba Terbaru: Siap Berlaku Pekan Depan!

Kamis, 17 April 2025 - 00:07 WIB

ST014 Laris Manis: Investasi SBN Lebih Unggul dari Obligasi Korporasi?

Rabu, 16 April 2025 - 23:35 WIB

Rabu Kelabu: Asing Lepas Saham Rp 8,21 Triliun, Saham Apa Saja?

Rabu, 16 April 2025 - 22:59 WIB

ST014 Tersisa Rp 104 Miliar: Analisis Penyebab Sepinya Peminat Setelah Penutupan Penawaran

Berita Terbaru

finance

Tarif Royalti Minerba Terbaru: Siap Berlaku Pekan Depan!

Kamis, 17 Apr 2025 - 00:19 WIB