Ragamutama.com – Pasar modal Asia menunjukkan performa yang solid dalam perdagangan hari Jumat (25/4), dengan indeks di Taiwan dan Filipina memimpin penguatan.
Sentimen positif yang mendongkrak performa bursa saham di kawasan ini didorong oleh berkurangnya kekhawatiran investor terhadap penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS), serta penguatan signifikan saham-saham teknologi di bursa Wall Street.</
Indeks saham di Taipei mencatat kenaikan sebesar 2,2%, terutama didorong oleh lonjakan sebesar 2,8% pada saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC). Perusahaan raksasa produsen chip ini menjadi salah satu pihak yang paling diuntungkan dari tren perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI).
Bursa Saham Asia Pasifik Dibuka Menguat Didukung Sentimen Positif dari Wall Street
Suasana pasar global juga terangkat setelah Alphabet, perusahaan induk Google, melaporkan kinerja keuangan yang kuat. Hal ini diikuti oleh hasil positif dari ServiceNow, sebuah perusahaan perangkat lunak yang berfokus pada solusi berbasis AI.
Indeks saham unggulan Filipina juga mengalami kenaikan sebesar 2,2% dan berhasil mencapai level tertinggi sejak tanggal 21 Maret.
Kenaikan ini terjadi sehari setelah JPMorgan Chase & Co. meningkatkan peringkat saham Filipina menjadi “overweight”, dan menyebut Filipina sebagai “pemenang relatif” di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.
Menurut analisis dari JPMorgan, karakteristik ekonomi Filipina yang cenderung berorientasi pada permintaan domestik membuatnya lebih tangguh dalam menghadapi potensi perlambatan ekonomi global, sehingga mendukung prospek laba perusahaan-perusahaan di negara tersebut.
Wall Street Ditutup Menguat Didukung Saham Teknologi dan Meredanya Ketegangan Tarif
Sementara itu, pergerakan saham di Singapura cenderung mendatar setelah mengalami kenaikan sebesar 7,4% dalam delapan sesi perdagangan sebelumnya. Indeks saham di Korea Selatan dan Thailand masing-masing mengalami kenaikan sekitar 1,1%.
Dari sisi aktivitas perdagangan, beberapa negara di Asia mengirimkan delegasi ke Washington dengan tujuan mencari solusi atas rencana kenaikan tarif oleh AS, yang saat ini ditangguhkan selama periode 90 hari.
Delegasi dari Korea Selatan menyatakan bahwa negaranya telah mencapai kesepakatan dengan AS untuk merancang paket perdagangan yang bertujuan untuk menghapuskan tarif-tarif baru tersebut.
Di pasar mata uang, pergerakan nilai tukar mata uang Asia cenderung beragam. Dolar AS mengalami penguatan seiring dengan kehati-hatian pasar terhadap sinyal yang masih belum jelas dari pemerintahan Trump terkait kebijakan perdagangan dan arah kebijakan yang akan diambil oleh The Fed.
Namun, nilai tukar rupiah justru menguat sebesar 0,3% terhadap dolar AS setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada awal pekan ini, dengan tujuan menstabilkan nilai tukar rupiah.
IHSG Naik 0,77% ke 6.644, Saham UNVR Top Gainers di LQ45 Siang Ini, Jumat (25/4)
“Rupiah mungkin sedang menyesuaikan posisinya setelah sebelumnya tertinggal dalam beberapa waktu terakhir,” kata Radhika Rao, seorang ekonom senior dari DBS.
Di sisi lain, peso Filipina dan dolar Taiwan masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,2% dan 0,1%, sementara ringgit Malaysia dan baht Thailand mengalami sedikit pelemahan.