Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Januari 2025 menunjukkan deflasi sebesar 0,76 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara secara tahunan (yoy), menunjukkan inflasi hingga 0,76 persen.
“Terjadi deflasi di Januari 2025, berbeda dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun 2024 yang mengalami inflasi,” kata Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers di kantornya, Senin (3/2).
Amalia mengatakan tingkat deflasi tahun kalender per Januari 2025 sebesar 0,76 persen. Penyumbang deflasi utama pada Januari ini berasal kelompok perumahan, air, listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga.
“Kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan Bahan Bakar Rumah yang mengalami deflasi 9,16 persen dan andil deflasi 1,44 persen,” ungkapnya.
Komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 7,38 persen dengan andil deflasi sebesar 1,44 persen. Penyumbang utama deflasi adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api.
Kemudian, komponen harga bergejolak mengalami inflasi 2,95 persen. Dengan komoditas penyumbang adalah cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras.
“Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,30 persen dengan andil inflasi 0,20 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah minyak goreng, emas perhiasan, biaya sewa rumah, kopi bubuk, mobil, dan sepeda motor,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Amalia mencatat sebanyak 4 dari 38 provinsi Indonesia mengalami inflasi. Sedangkan 34 lainnya mengalami deflasi.
“Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat 2,29 persen dan inflasi tertinggi di Kepulauan Riau 0,43 persen,” tutur Amalia.