RAGAMUTAMA.COM – Bitcoin (BTC) kembali menunjukkan taringnya di pasar kripto global. Pada Selasa pagi (23/4/2025), harga Bitcoin melonjak menembus angka $93.000, menjadi level tertinggi dalam dua bulan terakhir, setelah sempat mengalami penurunan di bawah $80.000 akibat ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Menurut data pasar kripto, harga Bitcoin sempat menyentuh titik tertinggi harian di $93.850, mencatatkan kenaikan hampir 7% dalam 24 jam terakhir. Lonjakan harga ini terjadi seiring membaiknya sentimen global setelah pejabat AS mengisyaratkan meredanya konflik tarif dengan China.
Tidak hanya Bitcoin, Ethereum (ETH) juga mencatatkan lonjakan signifikan, naik lebih dari 12% dan kini berada di kisaran $1.760. Altcoin besar lainnya seperti XRP, Solana, Cardano, dan Dogecoin juga mengalami kenaikan antara 6–12% dalam waktu 24 jam terakhir.
Indeks CoinDesk 20, yang memantau pergerakan 20 aset kripto utama di luar stablecoin dan memecoin, turut menguat sebesar 5%, mencerminkan optimisme pasar yang merata.
Lonjakan harga kripto ini banyak dikaitkan dengan pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Besssment, yang menyatakan bahwa ketegangan perdagangan AS–China kemungkinan akan segera mereda. Meski perjanjian komprehensif masih membutuhkan waktu, langkah ini dinilai mampu menenangkan pasar.
Presiden Donald Trump juga mengindikasikan bahwa tarif terhadap China akan diturunkan dari 145% ke tingkat yang lebih rendah. Selain itu, kepastian bahwa Jerome Powell akan tetap menjabat sebagai Ketua The Fed memberikan stabilitas tambahan terhadap ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter.
Sinyal ini memicu arus modal keluar dari dolar AS menuju aset lindung nilai seperti emas dan Bitcoin. Namun demikian, emas justru mengalami penurunan lebih dari $100 per ons setelah sempat menyentuh level tertinggi $3.500.
Menurut data Farside Investors, Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin yang terdaftar di AS mencatatkan arus masuk bersih sebesar $381 juta pada 21 April 2025. Lonjakan ini menjadi indikasi bahwa investor institusional mulai kembali ke pasar kripto sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi global.
Firma QCP Capital mencatat bahwa Bitcoin bersama emas telah menjadi aset utama yang mendapat aliran modal dari investor global yang menghindari risiko dan mencari alternatif terhadap inflasi dan volatilitas dolar.
Meski tren bullish tengah berlangsung, CryptoQuant memperingatkan bahwa sejumlah faktor masih dapat membatasi laju penguatan Bitcoin. Salah satunya adalah penurunan Indeks Permintaan Ekspresi Bitcoin, yang telah kehilangan 146.000 BTC dalam 30 hari terakhir. Meskipun angka ini lebih baik dari penurunan tajam di bulan Maret, namun tetap menunjukkan tekanan jual dari investor jangka panjang.
Selain itu, likuiditas pasar juga belum sepenuhnya pulih. Kapitalisasi USDT – stablecoin yang digunakan untuk membeli kripto – hanya naik $2,9 miliar dalam dua bulan terakhir, masih di bawah rata-rata pertumbuhan $5 miliar yang biasanya menjadi sinyal pemulihan kuat.
USDT sering digunakan sebagai barometer likuiditas pasar kripto. Sejarah menunjukkan bahwa lonjakan besar pada Bitcoin biasanya dibarengi dengan pertumbuhan kapitalisasi USDT secara signifikan.
Dengan ini, Bitcoin kembali menguat dan mencatatkan rekor dua bulan tertinggi di tengah meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China. Kinerja impresif dari altcoin besar dan ETF Bitcoin menambah optimisme pasar. Namun, investor tetap diimbau berhati-hati karena beberapa indikator menunjukkan bahwa pasar masih rentan terhadap koreksi dalam jangka pendek. Ke depan, sentimen global dan likuiditas akan menjadi faktor kunci dalam menentukan arah pergerakan harga Bitcoin dan kripto lainnya.