BI Pantau Dampak Kebijakan Tarif Trump ke Pasar Global

- Penulis

Minggu, 6 April 2025 - 17:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com Bank Indonesia (BI) secara intensif memantau dinamika pasar keuangan, baik di tingkat global maupun domestik, setelah adanya pengumuman mengenai kebijakan tarif impor baru dari Amerika Serikat oleh Presiden Donald Trump, yang menyasar Indonesia dengan tarif sebesar 32 persen.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa pengumuman kebijakan tarif ini telah memicu fluktuasi di pasar keuangan global. Situasi ini kemudian diperburuk dengan pengumuman tindakan balasan (retaliasi) terkait tarif oleh Tiongkok pada tanggal 4 April 2025.

“Pergerakan pasar sangat dinamis, tercermin dari pelemahan pasar saham global dan penurunan yield US Treasury yang mencapai level terendah sejak Oktober 2024,” ungkap Ramdan dalam pernyataan tertulis yang disampaikan kepada media pada hari Sabtu (5/4).

BPJS Kesehatan Jamin Layanan Kesehatan Komprehensif Bagi Ibu Hamil

Dalam menghadapi kondisi pasar yang volatil ini, BI menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui serangkaian langkah strategis yang komprehensif. Langkah-langkah tersebut meliputi Optimalisasi Triple Intervention, yaitu intervensi aktif di pasar valuta asing (valas) melalui transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Baca Juga :  Simak Rekomendasi Saham Emiten Adik Prabowo, Solusi Sinergi Digital (WIFI)

“Tindakan ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan likuiditas valas yang memadai bagi kebutuhan perbankan dan sektor usaha, serta untuk menjaga kepercayaan para pelaku pasar,” imbuhnya.

Seperti yang telah diketahui, Presiden Trump sebelumnya mengumumkan pemberlakuan tarif dasar sebesar 10 persen pada semua impor yang masuk ke Amerika Serikat, serta bea yang lebih tinggi yang ditujukan kepada sejumlah negara lainnya. Beberapa sekutu dekat AS pun menjadi target, dengan Jepang dikenakan tarif sebesar 24 persen, Korea Selatan (Korsel) 25 persen, Taiwan 32 persen, dan Uni Eropa 20 persen.

Sementara itu, negara-negara seperti Inggris, Australia, Selandia Baru, Arab Saudi, dan sebagian besar negara di kawasan Amerika Selatan diberikan pengecualian dengan tarif minimal sebesar 10 persen.

Baca Juga :  Rugi CSMI Membengkak Akibat Penurunan Pendapatan yang Tajam

Di sisi lain, enam dari sembilan negara di Asia Tenggara yang disebutkan oleh Trump dikenakan tarif yang jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Indonesia sendiri dikenakan tarif impor sebesar 32 persen. Selain Indonesia, Trump juga menerapkan tarif impor yang tinggi terhadap negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand (36 persen) dan Vietnam (46 persen), bahkan Tiongkok dikenakan tarif sebesar 34 persen.

Kakorlantas Pantau Langsung Arus Balik di GT Banyumanik, 40 Persen Kendaraan Sudah Menuju Arah Jakarta

Trump menyebut kebijakan tarif ini sebagai ‘Hari Pembebasan’ atau ‘Liberation Day’, dengan alasan bahwa banyak negara, termasuk sekutu Amerika Serikat, telah melakukan kecurangan terhadap negaranya, khususnya dalam isu-isu terkait perdagangan internasional.

Berita Terkait

Bank Indonesia Turun Tangan Redam Volatilitas Rupiah
Rupiah Terkini: Mengapa Rupiah Anjlok ke Level Rp16.739 dan Apa Artinya?
Prediksi IHSG: Peluang dan Tantangan Setelah Libur Panjang
Lulu Hypermarket Terancam Tutup: Analisis Mendalam Kondisi Industri Ritel Indonesia
Lo Kheng Hong Raup Miliaran Rupiah dari Dividen OCBC Danamon!
Prediksi IHSG Selasa: Bursa Asia Terpuruk, Peluang Rebound?
Rupiah Melemah? Analisis Peneliti UII Ungkap Kemiripan Krisis 1998
Indeks Saham Anjlok: Panduan Lengkap untuk Investor Pemula Hadapi Pasar Bergejolak

Berita Terkait

Senin, 7 April 2025 - 17:19 WIB

Bank Indonesia Turun Tangan Redam Volatilitas Rupiah

Senin, 7 April 2025 - 16:47 WIB

Prediksi IHSG: Peluang dan Tantangan Setelah Libur Panjang

Senin, 7 April 2025 - 16:31 WIB

Lulu Hypermarket Terancam Tutup: Analisis Mendalam Kondisi Industri Ritel Indonesia

Senin, 7 April 2025 - 15:59 WIB

Lo Kheng Hong Raup Miliaran Rupiah dari Dividen OCBC Danamon!

Senin, 7 April 2025 - 15:55 WIB

Prediksi IHSG Selasa: Bursa Asia Terpuruk, Peluang Rebound?

Berita Terbaru

finance

Bank Indonesia Turun Tangan Redam Volatilitas Rupiah

Senin, 7 Apr 2025 - 17:19 WIB