Ragamutama.com – , Jakarta – Apple merencanakan perpindahan seluruh produksi iPhone untuk pasar Amerika Serikat dari Tiongkok ke India. Informasi ini pertama kali muncul di The Financial Times, mengutip beberapa sumber terpercaya.
Melansir GSM Arena, keputusan ini merupakan respons Apple terhadap perang dagang yang dipicu oleh Presiden Donald Trump terhadap Tiongkok. Langkah ini dinilai sebagai strategi Apple untuk efisiensi produksi.
Diversifikasi produksi iPhone sebenarnya telah dimulai sejak 2017. Kerja sama Apple dengan Wistron untuk memproduksi iPhone 6s dan iPhone SE di pabrik Bengaluru, India, menandai langkah awal. Pajak impor yang tinggi untuk produk Tiongkok menjadi pendorong utama saat itu.
Ketegangan yang meningkat selama masa jabatan pertama Donald Trump (Januari 2017-Januari 2021) mendorong Apple untuk secara bertahap meningkatkan kapasitas produksi di India. Pada April 2024, sekitar 14 persen iPhone global telah diproduksi di India, dan angka ini diprediksi akan mencapai 25 persen pada akhir tahun ini. Amerika Serikat sendiri berkontribusi sekitar 28 persen terhadap total pengiriman iPhone Apple secara global.
Saat ini, menurut Times of India, India memproduksi 40-43 juta unit iPhone setiap tahunnya, dengan 80 persen ditujukan untuk ekspor.
Produksi diperkirakan akan meningkat menjadi 70-80 juta unit pada akhir 2026, menjadikan India sebagai pemasok utama sekitar 60 juta unit iPhone yang dibutuhkan Amerika Serikat. Foxconn dan Tata Electronics menjadi mitra Apple dalam produksi iPhone di India, dengan Tata mengakuisisi fasilitas produksi Wistron dan Pegatron.
Perbedaan India dan Tiongkok
Tiongkok menjadi negara yang paling terdampak oleh kebijakan tarif agresif Trump pada masa jabatan keduanya. Meskipun CEO Apple, Tim Cook, berupaya melobi pengurangan tarif, upaya tersebut tampaknya tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Secara teori, produk impor Amerika Serikat dari Tiongkok dikenakan tarif sebesar 145 persen. Walaupun sempat ada pengecualian sementara untuk ponsel pintar, Apple tetap membayar tarif 20 persen—angka yang berlaku bahkan sebelum Trump kembali menjabat.
India juga terkena tarif 26 persen, tetapi penerapannya ditunda selama 90 hari untuk membuka ruang negosiasi antara New Delhi dan Washington. Wakil Presiden AS, JD Vance, yang saat ini berkunjung ke India, menyatakan bahwa kedua negara tengah menunjukkan kemajuan yang signifikan.
Pilihan Editor: Menanti Nintendo Switch 2, Harga Pre-order di Indonesia Bisa Lebih 2 Kali Lipat