Jakarta, IDN Times – Siklus akuntansi memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Namun masih begitu banyak perusahaan yang mengabaikannya.
Bahkan ada yang belum memahami mengenai siklus akutansi. Padahal siklus akutansi penting untuk memahami kondisi finansial perusahaan dan membuat keputusan tepat.
Untuk mengatahui apa itu siklus akutansi, simak penjelasan berikut ini yuk!
1. Pengertian siklus akutansi
Dilansir dari website Telkomsel, siklus akuntansi adalah setiap proses akuntansi dalam perusahaan yang harus diidentifikasi, dianalisis, serta dicatat menggunakan proses yang berulang-ulang dalam satu tahun kalender. Dengan demikian, proses yang berlangsung sepanjang tahun dan melibatkan prinsip-prinsip dan teknik khusus untuk merangkai catatan keuangan yang akurat.
Perlu dicatat, ada perbedaan antara siklus akuntansi dan proses akuntansi. Proses akuntansi lebih fokus pada pengolahan data transaksi menjadi laporan keuangan, sementara siklus akuntansi mencakup langkah-langkah tambahan untuk memastikan catatan keuangan siap digunakan di periode berikutnya.
Baca Juga: 7 Cara Hindari Impulsive Buying agar Keuangan Tetap Sehat
Baca Juga: 7 Cara Hindari Impulsive Buying agar Keuangan Tetap Sehat
2. Jenis siklus akuntansi
Siklus akuntansi dibagi menjadi dua jenis:
1. Siklus akuntansi perusahaan jasa
Pada perusahaan jasa, produk yang dimiliki tidak berwujud dan abstrak karena berupa jasa, bukan produk. Contoh perusahaan jasa yaitu jasa perjalanan wisata, bimbingan belajar, serta transportasi.
2. Siklus akuntansi perusahaan dagang
Produk yang ditawarkan oleh perusahaan dagang berwujud dan bisa dimiliki oleh konsumen sehingga akan ada komponen akun penjualan, biaya persediaan, hingga harga pokok penjualan dalam siklus akuntansi perdagangannya.
3. Perbedaan siklus akuntansi dan proses akuntansi
Menurut berbagai sumber, ada tujuh tahapan siklus akuntansi, yakni:
1. Identifikasi transaksi
Kamu harus melakukan Analisa dan mencatat transaksi yang diklasifikasikan sesuia kategori, yang meliputi penjualan, biaya pembelian, beban, dan lain-lain. Semua transaksi tersebut wajib memiliki bukti berupa nota, kuitansi, faktur, atau memo resmi.
2. Pembuatan jurnal
Kamu harus membuat jurnal, baik jurnal umum maupun jurnal khusus. Pada jurnal umum, nilai debit dan kredit harus seimbang, sementara jurnal khusus merupakan jurnal yang dikelompokkan sesuai jenis transaksi setiap bulan dan berulang-ulang.
3. Pemindahan buku besar
Selanjutnya, data-data transaksi diberi kode-kode angka yang menunjukkan jenis akun, seperti akun kas, aset, maupun utang. Buku besar menjadi acuan akuntan dalam membuat laporan neraca dan laporan laba rugi.
4. Susun neraca saldo
Kemudian susun neraca saldo yang merupakan daftar dari saldo perkiraan yang memiliki saldo debit, kredit atau nol.
Pendapatan dan beban perusahaan belum tercatat semua dalam neraca saldo karena masih ada pengaruh dari satu atau lebih periode akuntansi. Ini yang menjadi alasan perlu jurnal penyesuaian.
5. Jurnal penyesuaian
Dalam jurnal penyesuaian, transaksi yang belum dicatat atau yang perlu pembenaran akan dilakukan penyesuaian secara akrual basis. Setelahnya, pencatatan dilakukan kembali ke buku besar.
6. Pembuatan laporan keuangan
Berikutnya dilakukanpembuatan laporan keuangan yang terdiri dari empat laporan, yakni:
– Laporan arus kas
– Laporan neraca
– Laporan laba rugi
– Laporan perubahan modal
7. Pembuatan jurnal penutup
Pada tahap akhir, kamu harus membuat jurnal penutup, dengan cara menyusun nominal pada semua akun yang tersedia menjadi nol. Nantinya, saldo di jurnal penutup bakal digunakan sebagai saldo awal pada periode akuntansi selanjutnya.
Itulah apa itu siklus akutansi, semoga infomasi ini memberi pengetahuan dan pemahaman kamu ya.
Baca Juga: Tips Keuangan di Tahun Ular Kayu, Apa yang Perlu Diwaspadai?
Baca Juga: Tips Keuangan di Tahun Ular Kayu, Apa yang Perlu Diwaspadai?