RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) melaporkan kinerja keuangan untuk kuartal I tahun 2025, yang menunjukkan adanya dinamika tersendiri. Penjualan dan perolehan laba bersih perusahaan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan pada hari Kamis, 24 April lalu, laba bersih UNVR tercatat menurun sebesar 14,6% secara *year-on-year* (yoy) pada kuartal pertama 2025. Angka tersebut menyusut dari Rp 1,44 triliun menjadi Rp 1,23 triliun. Kendati demikian, jika dibandingkan dengan kuartal IV tahun 2024, laba pada kuartal I 2025 ini justru melonjak hingga 244,7%.
Dari sisi pendapatan, UNVR mencatatkan penjualan sebesar Rp 9,46 triliun pada kuartal I-2025. Angka ini lebih rendah 6,09% dibandingkan dengan perolehan pada kuartal I-2024 yang mencapai Rp 10,07 triliun. Namun, jika dibandingkan secara kuartalan, penjualan perusahaan menunjukkan peningkatan sebesar 22,6%.
Menanggapi rilis kinerja UNVR pada kuartal I-2025, pengamat Pasar Modal yang juga Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat, menyatakan bahwa harga saham UNVR menunjukkan tren positif. Setelah pengumuman tersebut, saham UNVR melonjak hingga 17,06% dan mencapai posisi Rp 1.750 per saham pada penutupan perdagangan hari Jumat, 25 April.
Teguh menjelaskan bahwa Unilever Indonesia telah mengalami penurunan kinerja pendapatan dan laba bersih secara berkelanjutan sejak tahun 2019. Hal ini turut tercermin pada pergerakan harga saham UNVR, yang mengalami tren penurunan sejak tahun 2019. Dari level Rp 8.000-an pada tahun 2020, harga saham UNVR berada di kisaran Rp 2.500–Rp 3.000 di awal tahun 2024. Bahkan, pada awal Maret 2025, saham UNVR sempat menyentuh level di bawah Rp 1.000 per saham.
Anggarakan Capex 3% dari Penjualan, Unilever (UNVR) Genjot Kinerja 2025
Namun, sejak mencapai titik terendah tersebut, saham UNVR berhasil berbalik arah dengan mencatatkan kenaikan signifikan hingga 75% dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Kenaikan ini terjadi meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum sepenuhnya pulih.
Teguh menilai bahwa terdapat beberapa faktor utama yang mendorong lonjakan harga saham UNVR. Salah satunya adalah valuasi saham UNVR yang telah mencapai level sangat rendah, meskipun kinerjanya terus mengalami pelemahan.
Sebelum tahun 2019, *price earning ratio* (PER) UNVR dapat mencapai 40–50 kali, seiring dengan kinerja fundamental yang terus meningkat dan *Return on Equity* (ROE) yang konsisten di kisaran 100%–140%.
“Memasuki tahun 2020, laba UNVR berbalik terus menurun tiap tahun. Sehingga investor tidak lagi menghargai sahamnya yang tinggi dan alhasil saham ini turun terus sampai mentok di level Rp 1.000,” ungkap Teguh melalui laman resminya pada hari Sabtu, 26 April.
Pada harga Rp 1.000 per saham, PER UNVR berdasarkan laba kuartal I-2025 hanya berada di sekitar 7,7 kali, jauh lebih rendah dibandingkan dengan emiten konsumer lainnya yang berada di atas 15 kali.
*Dividend yield*-nya pun mencapai 14%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata dividen *yield* saham konsumer lainnya seperti Mayora Indah (MYOR), Sido Muncul (SIDO), dan Indofood CBP (ICBP) yang berada di kisaran 3%–6%.
Laba Lampaui Ekspektasi, Ini Alasan Analis Masih Rekomendasi Jual Saham UNVR
Unilever bakal profit di tahun 2025?
Teguh juga menjelaskan bahwa pada Januari 2025, UNVR telah mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham untuk melakukan pelepasan unit bisnis es krimnya. Aset tersebut rencananya akan dijual kepada pihak yang memiliki hubungan afiliasi, yaitu PT The Magnum Ice Cream Indonesia, yang merupakan anak usaha dari Unilever Plc, pemegang saham utama UNVR.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya restrukturisasi yang bertujuan agar UNVR dapat lebih fokus pada bisnis *consumer goods* di luar produk es krim.
Namun, hal yang menarik dari transaksi ini bukan hanya sekadar pergeseran fokus bisnis. UNVR akan menjual unit usaha es krim yang dalam laporan keuangan per 30 September 2024 tercatat memiliki nilai sebesar Rp 386 miliar, dengan harga jual mencapai Rp 7 triliun secara tunai. Hal ini mengindikasikan bahwa UNVR berpotensi mencatatkan laba yang signifikan dari transaksi ini setelah proses penjualan selesai.
“Ketika nanti transaksinya tuntas, kinerja laba bersih UNVR akan turun karena perusahaan tidak lagi memegang usaha es krimnya, tapi di sisi lain perusahaan akan terima keuntungan penjualan aset yang amat sangat besar atau laba bersihnya akan naik sangat tinggi,” paparnya.
Lebih lanjut, UNVR berencana untuk membagikan seluruh laba bersihnya, termasuk laba yang diperoleh dari penjualan aset es krim ini, dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.
Sebagai gambaran, dengan asumsi laba bersih UNVR untuk tahun 2025 tanpa memperhitungkan penjualan aset berada di kisaran Rp 4,5 triliun, dan ditambah dengan keuntungan sekitar Rp 3,5 triliun dari penjualan unit es krim, maka total laba bersih UNVR berpotensi mencapai Rp 8 triliun.
Dengan jumlah saham yang beredar sekitar 38,2 miliar lembar, potensi dividen yang dapat dibagikan diperkirakan mencapai sekitar Rp 210 per saham. Dengan harga saham UNVR saat ini di kisaran Rp 1.750, *dividend yield* yang dihasilkan dapat mencapai sekitar 12%.
Saham UNVR Kembali Masuk Indeks IDXHIDIV20 dengan Dividen Tertinggi
Selain itu, Teguh juga menyampaikan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan terkait tren pergerakan saham UNVR di masa mendatang.
Pertama, proyeksi dividen jumbo sebesar Rp 210 per saham kemungkinan baru akan dibayarkan pada tahun 2026, setelah transaksi penjualan aset es krim diselesaikan dan dibukukan. Dengan kata lain, dalam jangka pendek, sebelum realisasi pembayaran dividen tersebut, harga saham UNVR masih berpotensi mengalami penurunan, terutama jika sentimen pasar memburuk dan IHSG kembali melemah.
Kedua, valuasi UNVR saat ini sudah tidak lagi semurah sebelumnya. Saat saham UNVR berada di level Rp 1.000, valuasinya memang sangat menarik. Namun, dengan harga saham yang kini telah naik ke Rp 1.750-an, PER (Price to Earnings Ratio) UNVR juga meningkat menjadi sekitar 13,5 kali.
Ketiga, jika melihat kinerja operasional murni, laba bersih UNVR hingga kuartal I-2025 masih menunjukkan tren penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa secara bisnis inti, Unilever Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan kinerja.
Dalam jangka panjang, potensi penurunan pendapatan dan laba masih membayangi, terutama mengingat kontribusi laba dari unit usaha es krim mencapai sekitar 9% terhadap total laba UNVR. Yang lebih penting, hasil penjualan aset es krim tersebut tidak akan dialokasikan untuk investasi ekspansi atau pengembangan bisnis baru, melainkan akan sepenuhnya dibagikan sebagai dividen.
Teguh menyimpulkan bahwa meskipun terdapat peluang bagi UNVR untuk melanjutkan kenaikan, misalnya jika pasar mulai memperhitungkan potensi lonjakan laba dan pembayaran dividen besar, terdapat juga kemungkinan bahwa ekspektasi tersebut telah tercermin dalam harga saham saat ini (*price in*). Akibatnya, UNVR berpotensi mengalami koreksi atau bergerak *sideways*.
UNVR Chart by TradingView
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Teguh berpendapat bahwa saham UNVR tidak akan kembali turun ke level Rp 1.000, bahkan jika IHSG kembali tertekan. Namun, di sisi lain, saham UNVR juga tidak mungkin langsung melonjak ke Rp 2.500, mengingat tantangan kinerja jangka panjang yang dihadapi.
“Jika investor bisa masuk di rentang harga Rp 1.300 hingga Rp 1.400 per saham, maka terdapat potensi profit sekitar 50% dalam jangka menengah sampai akhir tahun dengan risiko yang terhitung terbatas,” pungkas Teguh.
Sementara itu, *Investment Analyst* Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, menyatakan bahwa kinerja keuangan UNVR setelah melihat kuartal I-2025 menunjukkan adanya pemulihan dari sisi profitabilitas. Hal ini terlihat dari adanya efisiensi operasional dan kemampuan UNVR dalam menjaga *margin* dengan baik, yang juga tercermin dalam kinerja harga saham yang mulai meningkat.
“Tetapi investor juga harus terus memonitor dari sisi prospek industri UNVR dan masih tingginya persaingan dengan *peers*,” ujar Indy kepada Kontan pada hari Senin, 28 April.
Indy menilai bahwa terdapat sejumlah faktor yang mendukung kinerja UNVR tahun ini, seperti inovasi produk dan daya beli masyarakat Indonesia yang masih kuat. Selain itu, aksi korporasi dari emiten juga dapat memperkuat minat investor terhadap UNVR, seperti pembagian dividen.
Ia menyarankan investor untuk *hold* saham UNVR dengan target harga Rp 1.800 per saham.