Ragamutama.com JAKARTA. Data terbaru Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) memperlihatkan adanya penurunan berkelanjutan sejak awal tahun 2025. Pada bulan Maret, IKK berada di angka 121,1, mengalami penurunan signifikan sebesar 5,3 poin dibandingkan dengan bulan Februari yang tercatat pada level 126,4. Sebelumnya, pada bulan Januari, indeks ini sempat mencapai angka 127,2.
Sebagai informasi, IKK merupakan indikator yang menggambarkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi dalam periode enam bulan mendatang. Penurunan nilai indeks ini mengindikasikan adanya pelemahan optimisme di kalangan konsumen, yang berpotensi memicu peningkatan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional.
Felix Darmawan, seorang ekonom dari Panin Sekuritas, menyatakan bahwa tren penurunan IKK ini menjadi sinyal peringatan bagi kinerja perusahaan-perusahaan publik di masa depan. Hal ini disebabkan karena indeks tersebut mencerminkan adanya penurunan daya beli dan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi yang akan datang.
“Kondisi ini dapat berdampak langsung pada sektor-sektor yang sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga, seperti ritel, consumer goods, otomotif, dan segmen properti dengan target pasar middle to low,” ungkap Felix kepada Kontan pada hari Kamis (17/4).
Emiten Sektor Konsumer dan Ritel Bakal Tertekan Imbas Turunnya Keyakinan Konsumen
Felix menjelaskan lebih lanjut bahwa jika tren penurunan IKK terus berlanjut, maka potensi penurunan permintaan di sektor-sektor tersebut akan semakin besar. Masyarakat cenderung akan menunda pengeluaran, terutama untuk pembelian barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan utama.
Oleh karena itu, Felix menyarankan agar perusahaan lebih adaptif dengan menerapkan beberapa langkah strategis. Misalnya, melakukan efisiensi operasional untuk menjaga margin keuntungan tetap sehat. Selain itu, perusahaan juga perlu fokus pada produk atau nilai yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen, bukan hanya sekadar inovasi semata.
Sebagai langkah terakhir, perusahaan perlu mengelola arus kas dengan lebih ketat, terutama bagi perusahaan yang target pasarnya sangat sensitif terhadap fluktuasi ekonomi.
“Jika mereka mampu menjaga relevansi dan efisiensi, maka tekanan dari sisi permintaan dapat lebih terkendali,” jelasnya.
Bagi para investor, Felix merekomendasikan untuk memfokuskan investasi pada sektor-sektor yang bersifat defensif, seperti telekomunikasi, utilitas, dan kesehatan, yang permintaannya relatif stabil.
“Carilah emiten dengan arus kas yang kuat dan tingkat utang yang rendah, serta memiliki ketahanan yang baik saat terjadi tekanan pada konsumsi. Investor dapat secara bertahap masuk ke sektor konsumer yang berkualitas jika valuasinya mulai menarik, sambil terus memantau perkembangan IKK dan data makro ekonomi lainnya,” tambahnya.
Menilik Prospek Kinerja Emiten Investasi di Tengah Volatilitas Pasar