“`html
Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Pertemuan musim semi antara Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington D.C. baru saja usai, namun bayang-bayang ketidakpastian masih menyelimuti kebijakan tarif perdagangan global yang dipicu oleh langkah-langkah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Upaya para pemangku kebijakan keuangan global untuk mencari jalan keluar seolah menemui jalan buntu, memicu kekhawatiran mendalam akan potensi perlambatan ekonomi global yang lebih signifikan.
Kecemasan ini bermula dari pengumuman tarif impor oleh AS yang mencapai titik tertinggi dalam satu abad terakhir, yang kemudian dibalas oleh Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan negara-negara lainnya. Pada hari Jumat, 25 April 2025, para delegasi meninggalkan forum pertemuan dengan perasaan khawatir yang mendalam, mengingat tidak adanya kemajuan substansial dalam negosiasi untuk meredakan tensi perdagangan yang memanas.
IMF Tunjuk Kepala Misi Baru untuk Suriah Setelah 14 Tahun
IMF Tunjuk Kepala Misi Baru untuk Suriah Setelah 14 Tahun
1. Penurunan tajam proyeksi ekonomi global
IMF telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 menjadi hanya 2,8 persen, atau berkurang 0,5 poin persentase dari perkiraan sebelumnya di bulan Januari yang sebesar 3,3 persen. Pengumuman ini disampaikan pada hari Selasa, 22 April 2025. Penurunan ini disebabkan terutama oleh kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS, yang mengganggu stabilitas rantai pasokan global dan menekan volume perdagangan internasional. Perdagangan internasional diprediksi hanya akan tumbuh sebesar 1,7 persen di tahun 2025, laju yang jauh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan output global.
“Kebijakan tarif telah meningkatkan ketidakpastian ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang pada gilirannya menghambat investasi dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan,” ungkap Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, dalam sebuah konferensi pers, seperti yang dilaporkan oleh Reuters.
Negara-negara seperti AS, Tiongkok, Kanada, dan Meksiko mengalami penurunan proyeksi pertumbuhan yang cukup signifikan. Sementara itu, Spanyol menjadi satu-satunya negara dengan ekonomi maju yang mengalami revisi naik, terutama didorong oleh peningkatan aktivitas rekonstruksi pasca-bencana banjir.
2. Ketidakpastian tarif memicu kekhawatiran resesi
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS, yang mencakup hampir seluruh mitra dagang dan sempat mencapai tingkat 145 persen untuk produk-produk impor dari Tiongkok sebelum penangguhan selama 90 hari, telah memicu kekhawatiran akan potensi terjadinya resesi global. IMF memperkirakan bahwa ekonomi AS hanya akan tumbuh sebesar 1,8 persen pada tahun 2025, turun 0,9 poin dari proyeksi sebelumnya di bulan Januari. Penurunan ini merupakan yang terbesar di antara negara-negara dengan ekonomi maju, seperti yang dilaporkan oleh CNBC pada hari Rabu, 23 April 2025.
“Kami tidak memprediksi resesi di AS, tetapi probabilitas terjadinya resesi telah meningkat dari 25 persen menjadi 37 persen,” kata Gourinchas, seperti dilansir dari Reuters.
Sementara itu, negara-negara berkembang juga turut merasakan dampaknya, karena penurunan permintaan global dan disrupsi pada rantai pasokan menghambat kinerja ekspor mereka. Jerman bahkan diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan nol pada tahun 2025 akibat tingginya ketergantungan pada sektor ekspor.
Presiden Bank Dunia Dorong Negara Berkembang Turunkan Tarif Dagang
Presiden Bank Dunia Dorong Negara Berkembang Turunkan Tarif Dagang
3. Desakan untuk solusi cepat dan kolaborasi global
Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mendesak seluruh negara untuk segera menyelesaikan ketegangan perdagangan yang ada guna membatasi kerusakan ekonomi yang lebih luas.
“Jika negara-negara dapat mencapai kesepakatan dan memberikan kejelasan terkait kebijakan perdagangan, prospek ekonomi global dapat segera membaik,” ujarnya dalam sebuah forum di Washington, seperti yang dikutip dari The Guardian.
Meskipun terdapat indikasi potensi pelonggaran, seperti pernyataan Presiden Trump pada hari Senin, 21 April 2025, mengenai kemungkinan kesepakatan dengan Tiongkok, Beijing membantah adanya pembicaraan aktif, sehingga menambah lapisan ketidakpastian yang lebih tebal.
Pada hari Kamis, 24 April 2025, Georgieva menegaskan bahwa suasana konstruktif dalam pertemuan menunjukkan adanya kemauan untuk bekerja sama, tetapi tantangan besar masih membentang di depan untuk mencegah perlambatan ekonomi yang lebih dalam.
IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Global 2025 karena Tarif Trump
IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Global 2025 karena Tarif Trump
“`