Ragamutama.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa rencana peningkatan impor komoditas pangan dari Amerika Serikat tidak akan mengganggu jalannya program swasembada pangan nasional. Inisiatif impor pangan ini merupakan bagian dari negosiasi tarif antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat.
“Kami menjamin program swasembada pangan tidak akan terpengaruh. Apa yang direncanakan untuk diimpor dari Amerika Serikat sama sekali tidak akan menghambat swasembada,” ujar Airlangga dalam konferensi pers daring yang diselenggarakan pada Jumat, 18 April 2025. Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia selama ini memang telah mengimpor beberapa produk pangan dari AS, termasuk gandum, kedelai, dan produk olahan susu kedelai.
Amerika Serikat bukanlah satu-satunya negara pemasok produk-produk tersebut. Terdapat beberapa negara lain yang juga menjadi sumber impor, seperti Australia dan Ukraina. Menurut Airlangga, langkah yang akan diambil pemerintah Indonesia adalah melakukan diversifikasi sumber impor, dengan mengalihkan sebagian impor dari negara lain ke Amerika Serikat.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, Indonesia mengimpor 1.949.365 ton kedelai dari Amerika Serikat. Sementara itu, total impor kedelai Indonesia pada tahun yang sama mencapai 2.274.428 ton.
Ekonom dari Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, berpendapat bahwa pengalihan impor ini bertentangan dengan tujuan program swasembada pangan. Menurut Andri, alasan pengalihan sumber impor mungkin lebih relevan jika produk yang diimpor terbatas pada gandum.
“Namun, ketika kita berbicara tentang kedelai, ini jelas bertolak belakang dengan program swasembada pangan pemerintah, yaitu pajale: padi, jagung, dan kedelai,” kata Andri saat dihubungi pada hari Sabtu, 19 April 2025.
Andri menambahkan bahwa pemerintah setiap tahun mengalokasikan anggaran ratusan triliun rupiah untuk ketahanan pangan, yang mencakup pembukaan lahan untuk penanaman kedelai serta intensifikasi produksi kedelai. Pada tahun 2025, alokasi anggaran untuk ketahanan pangan mencapai Rp 155,5 triliun.
Ketahanan pangan menjadi salah satu program prioritas utama Presiden Prabowo Subianto. “Alokasi anggaran ketahanan pangan bertujuan untuk mendorong produktivitas pertanian dan perikanan, mendukung rantai pasok pangan, memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat, serta meningkatkan nilai tukar petani dan nilai tukar nelayan,” demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani melalui akun Instagram resminya @smindrawati, yang dikutip pada Sabtu, 29 Maret 2025.
Ilona Estherina turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Strategi Pemerintah Indonesia Terhindar dari Tarif Trump