RAGAMUTAMA.COM – Di dalam Penjara Wanita Tochigi, Jepang, terdapat banyak narapidana yang sudah lanjut usia. Mereka berjalan dengan langkah lambat, terkadang harus berpegangan pada dinding untuk menjaga keseimbangan, menggambarkan pemandangan yang tak biasa di penjara terbesar untuk wanita di Jepang.
Penjara ini menjadi cerminan dari tantangan yang dihadapi masyarakat Jepang yang menua, serta isu kesepian yang melanda para lansia di luar sana.
Beberapa narapidana di penjara ini tampak lebih nyaman dalam rutinitas mereka, merasa kehidupan mereka di balik jeruji lebih stabil daripada di dunia luar.
Bahkan, ada yang rela membayar 20.000 hingga 30.000 yen per bulan hanya untuk tinggal di penjara secara permanen.
Takayoshi Shiranaga, seorang guru di penjara ini, mengungkapkan bahwa kesepian di luar membuat beberapa narapidana merasa penjara adalah satu-satunya tempat yang memberi mereka rasa aman dan kedamaian.
Salah satunya adalah Akiyo, seorang narapidana berusia 81 tahun yang kembali dijebloskan ke penjara setelah mencuri makanan. Ini adalah kali kedua Akiyo dipenjara karena mencuri, setelah pertama kali melakukannya pada usia 60 tahun.
Dalam perbincangannya, Akiyo mengungkapkan bahwa hidupnya yang tidak stabil dan pensiun yang sangat terbatas membuatnya memilih jalan pintas. ”
Ketika saya memiliki hanya $40 dan menunggu dua minggu untuk pensiun, saya berpikir mencuri adalah satu-satunya cara untuk bertahan,” kenangnya.
Fenomena ini bukan hal yang jarang di Jepang, terutama di kalangan wanita yang lebih tua. Statistik pemerintah Jepang menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen wanita di penjara dijatuhi hukuman karena kasus pencurian.
Beberapa dari mereka, seperti Akiyo, melakukan tindak pidana semata-mata untuk bertahan hidup. Menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), sekitar 20 persen warga Jepang berusia lebih dari 65 tahun hidup dalam kemiskinan, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata 14,2 persen di negara-negara OECD lainnya.
Di penjara, para narapidana ini mendapat banyak keuntungan yang tidak mereka dapatkan di luar, seperti makanan dan perawatan medis gratis.
Beberapa di antaranya bahkan menginginkan untuk tinggal di penjara lebih lama karena ketidakmampuan mereka menghadapi kehidupan di luar yang penuh dengan kesulitan dan kesepian.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah narapidana berusia lebih dari 65 tahun di Jepang telah meningkat pesat, hingga empat kali lipat dari tahun 2003 hingga 2022.
Penjara seperti Tochigi kini harus menghadapi tantangan baru dalam pengelolaan narapidana yang sudah tua, seperti menyediakan perawatan khusus yang lebih intensif, bahkan mengganti popok atau membantu makan dan mandi.
Para penjaga di sini mulai merasa bahwa penjara ini lebih mirip panti jompo daripada lembaga pemasyarakatan.
Namun, masalahnya tidak hanya berakhir di sini. Banyak dari narapidana yang sudah tua ini tak lagi memiliki keluarga yang dapat merawat mereka setelah dibebaskan.
Mereka terpaksa hidup sendiri tanpa tempat untuk kembali. Oleh karena itu, pemerintah Jepang mulai meningkatkan intervensi sosial untuk lansia, dengan tujuan memberikan dukungan lebih bagi mereka yang rentan, baik di penjara maupun di luar penjara.
Penjara Tochigi juga mulai melibatkan narapidana yang lebih muda dalam merawat narapidana lansia. Salah satunya adalah Yoko, seorang narapidana yang pernah terjerat kasus narkoba, yang kini berperan sebagai pengasuh bagi narapidana tua lainnya. Penjara ini penuh dengan narapidana yang semakin menua, dan bagi sebagian besar dari mereka, kehidupan di dalam penjara justru terasa lebih aman daripada berjuang di dunia luar.
Akiyo, yang pada Oktober 2024 mendekati masa pembebasan, merasa sangat malu dan takut menghadapi kenyataan setelah keluar dari penjara.
“Saya merasa sangat malu untuk berada dalam situasi ini,” ungkapnya. “Seandainya saya lebih kuat, mungkin hidup saya akan berbeda. Tapi sekarang saya terlalu tua.” Keputusannya untuk kembali ke penjara adalah gambaran dari bagaimana kesepian dan kemiskinan bisa membentuk takdir seseorang dalam masyarakat yang terus menua.
Sumber Berita : CNN, Japan Times, Nikkei, Manichi