Market Cap BEI Susut Rp 935 Triliun, Saham Perbankan Mulai Pulih?

- Penulis

Senin, 17 Februari 2025 - 07:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di bawah tekanan.

Meskipun sempat mencoba bertahan, IHSG tetap menunjukkan tren pelemahan dengan mencatatkan penurunan sebesar 1,54% sepanjang pekan lalu.

Saat ini, IHSG berada di level 6.638,45, mencerminkan penurunan sebesar 6,24% secara year-to-date (YTD).

Kinerja IHSG menjadi salah satu yang paling tertekan di kawasan Asia Pasifik, hanya lebih baik dibandingkan bursa Thailand (-9,15%) dan Filipina (-7,16%).

Investor asing pun masih enggan kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Hal ini terlihat dari arus dana keluar (capital outflow) yang terus berlanjut.

Pada pekan lalu, tercatat aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 3 triliun, sementara secara YTD posisi net sell mencapai Rp 10,51 triliun di seluruh pasar.

Baca Juga: Potensi Dividen dan Buyback Berpotensi Memoles Kinerja Lesu Emiten Bank Besar

Kapitalisasi Pasar Tergerus

Tekanan di pasar saham juga berdampak pada kapitalisasi pasar (market cap) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hingga Jumat (14/2), total market cap BEI tercatat sebesar Rp 11.401 triliun, turun signifikan dibandingkan posisi akhir tahun 2024 yang mencapai Rp 12.336 triliun.

Dengan demikian, market cap BEI telah menyusut sebesar Rp 935 triliun dalam satu setengah bulan terakhir.

Founder & Chief Executive Officer Finvesol Consulting Fendi Susiyanto menilai bahwa penurunan IHSG cukup signifikan dibandingkan dengan bursa regional Asia.

Bahkan, indeks di beberapa negara seperti Hang Seng Index – Hong Kong (+12,76%), KOSPI Index – Korea (+7,98%), dan Straits Times Index – Singapura (+2,37%) mampu mencatatkan pertumbuhan positif.

Menurut Fendi, tekanan terhadap IHSG merupakan kombinasi dari faktor eksternal dan domestik, seperti meningkatnya ketegangan perang dagang, pemangkasan anggaran pemerintah, kondisi deflasi di Januari, serta pelemahan nilai tukar rupiah.

Baca Juga :  Indeks Bisnis-27 Melemah ke Level 484,55 Ditekan Saham TLKM, AMRT & ISAT

Selain itu, saham-saham perbankan yang menjadi penopang IHSG juga tengah mengalami tekanan, membuat investor cenderung berhati-hati dan memilih melakukan aksi ambil untung (profit taking) sambil menunggu katalis positif.

Baca Juga: Potensi Dividen dan Buyback Berpotensi Memoles Kinerja Lesu Emiten Bank Besar

Rebalancing MSCI dan Dampaknya terhadap Pasar

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, menambahkan bahwa investor, terutama asing, masih mencermati berbagai sentimen yang memengaruhi pasar. Salah satunya adalah rebalancing Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang dilakukan pekan lalu.

Dalam rebalancing MSCI periode Februari 2025, lebih banyak saham di BEI yang dikeluarkan dari indeks dibandingkan yang masuk.

Bahkan, tidak ada satu pun saham yang ditambahkan ke dalam MSCI Global Standard Indexes, sementara tiga saham dikeluarkan.

MSCI juga tidak memasukkan saham BREN, CUAN, dan PTRO ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index, meskipun sebelumnya sempat dirumorkan akan masuk.

Baca Juga: Saham BBRI, BRMS, dan BMRI Paling Ramai Dalam Perdagangan Sepekan Hingga Jumat (14/2)

Peluang di Tengah Pelemahan Pasar

Meskipun kondisi IHSG masih penuh tantangan, Reza tetap optimistis bahwa pasar saham Indonesia masih menarik, terutama dari sisi valuasi dan potensi pertumbuhan emiten. Ketika ada sentimen positif yang muncul, investor asing berpotensi kembali masuk ke pasar.

Vice President Marketing Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, juga berpendapat bahwa posisi IHSG saat ini masih atraktif.

Dengan Price to Earnings (PE) ratio sebesar 11,53 kali, valuasi IHSG tergolong undervalue dibandingkan rata-rata PE lima tahun terakhir sebesar 13,6 kali dan indeks di negara berkembang yang mencapai 14,42 kali.

Baca Juga :  IHSG Berpeluang Menguat, Cek Rekomendasi Saham BBRI, ITMG dan MIKA

Stabilitas makroekonomi dalam negeri akan menjadi faktor tambahan yang meningkatkan daya tarik IHSG.

Audi memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang support 6.521 dan resistance 6.882 hingga akhir Februari 2025.

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman, menyoroti bahwa kebangkitan saham perbankan besar (big banks) dapat menjadi katalis bagi IHSG.

Terlebih dengan adanya rencana buyback saham oleh beberapa emiten perbankan, yang bisa menjadi faktor pendukung bagi pergerakan indeks.

Selain itu, pelemahan indeks dolar AS juga berpotensi menguatkan nilai tukar rupiah, yang dapat mendorong aliran dana asing kembali masuk ke pasar saham.

Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (17/2)

Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian

Fendi Susiyanto menyarankan agar investor tetap waspada terhadap volatilitas pasar. Ia merekomendasikan strategi trading jangka pendek dengan memperhatikan momentum pasar (market timing). Dari sisi sektoral, Fendi menjagokan saham di sektor keuangan (perbankan), energi, dan infrastruktur (telekomunikasi).

Beberapa saham yang menarik menurut Fendi antara lain: PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Sementara itu, Reza Priyambada juga merekomendasikan beberapa saham yang masih cenderung berada di harga bawah, seperti: PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).

Berita Terkait

Kenapa Banyak Startup Balik Arah ke Bisnis Konvensional?
GAC International Ingin Indonesia Jadi Basis Ekspor Aion
Tabel KUR BRI 2025 Pinjaman Rp 100 Juta Terendah Rp 1 Juta Kuota Bertambah,Bunga 6 Persen per-Tahun
Ekonom BCA: Kebijakan yang Berubah-ubah Membuat Pasar Bergerak Tak Stabil
PT PP (PTPP) Kantongi Kontrak Baru Rp 1,25 triliun per Januari 2025
Harga Emas Antam 1 Gram Melambung Rp 33.000 dalam Sepekan
Harga Emas Antam Stagnan Hari Ini di Level Rp1,7 Juta per Gram
6 Ide Bisnis Jasa yang Minim Modal dan Kompetitor, Coba yuk!

Berita Terkait

Minggu, 23 Februari 2025 - 11:26 WIB

Kenapa Banyak Startup Balik Arah ke Bisnis Konvensional?

Minggu, 23 Februari 2025 - 10:57 WIB

GAC International Ingin Indonesia Jadi Basis Ekspor Aion

Minggu, 23 Februari 2025 - 10:57 WIB

Tabel KUR BRI 2025 Pinjaman Rp 100 Juta Terendah Rp 1 Juta Kuota Bertambah,Bunga 6 Persen per-Tahun

Minggu, 23 Februari 2025 - 10:47 WIB

Ekonom BCA: Kebijakan yang Berubah-ubah Membuat Pasar Bergerak Tak Stabil

Minggu, 23 Februari 2025 - 10:47 WIB

PT PP (PTPP) Kantongi Kontrak Baru Rp 1,25 triliun per Januari 2025

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Update Kecelakaan Truk di Sungai Segati, 4 Orang Ditemukan Tewas, 11 Masih Dicari

Minggu, 23 Feb 2025 - 12:16 WIB

public-safety-and-emergencies

Pendidikan hingga Kesehatan, Ini Janji Eddy Raya untuk Warga Barsel

Minggu, 23 Feb 2025 - 12:07 WIB

entertainment

Sinopsis Film Suicide Squad, Misi Bunuh Diri Para Penjahat Super

Minggu, 23 Feb 2025 - 12:07 WIB