Jakarta, IDN Times – PT Pupuk Indonesia berencana melakukan ekspansi bisnis dengan membangun pabrik pupuk Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K) (NPK) serta pabrik soda ash guna mendukung kebutuhan bahan baku industri nasional. Selain itu, juga mengurangi ketergantungan pada impor.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan, pembangunan pabrik NPK dinilai penting karena akan mendukung sektor hortikultura di Indonesia. Selama ini, Indonesia mengimpor sekitar 300 ribu-400 ribu ton NPK dari China dan Eropa.
1. Kapasitas pabrik NPK berbasis nitrat pertama di Indonesia
Rahmad menuturkan, Pupuk Indonesia berencana membangun dua pabrik NPK pada tahun ini.
“Kita akan mulai pembangunan pabrik NPK baru, satu di Petro dengan kapasitas 600 ribu ton, di Pupuk Kujang nanti akan ada pabrik NPK berbasis nitrat pertama di Indonesia. Ini penting untuk hortikultura karena selama ini impor,” kata dia dalam acara Plant Visit Pimpinan Redaksi Media Nasional di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, Kamis (13/2/2025).
Sebagai tahap awal, Rahmad mengungkapkan, Pupuk Indonesia akan membangun pabrik NPK berbasis nitrat dengan kapasitas 100 ribu ton.
2. Soda Ash untuk produksi kaca
Selain pabrik NPK, Pupuk Indonesia juga akan membangun pabrik soda ash, yang merupakan bahan baku penting untuk kaca. Kebutuhan akan kaca diprediksi akan meningkat dengan target pemerintah membangun 3 juta rumah.
“(Pabrik) soda ash penting karena bahan baku untuk kaca. Pemerintah akan bangun 3 juta rumah, pasti kaca butuh banyak,” ujarnya.
Menurutnya, jika semua bahan baku kaca harus impor maka untuk memenuhi kebutuhan kaca bagi 3 juta rumah sangat tinggi. Karena itu, Pupuk Indonesia bangun pabrik soda ash.
3. Kurangi ketergantungan pada impor
Pabrik soda ash ini juga memiliki keunggulan lingkungan karena salah satu bahan baku utama untuk produksi kaca adalah karbondioksida (CO2).
Adapun produk soda ash dihasilkan dari amonia dan CO2. Dua bahan ini merupakan produk utama dan produk sampingan dari Pupuk Kaltim. Fasilitas produksi ini diperkirakan mampu menyerap hingga 170 ribu ton CO2 per tahun.
“CO2 ini akan kita capture kemudian menjadi bahan baku kaca,” ujarnya.
Dengan ekspansi ini, Pupuk Indonesia berharap dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan turut mendukung pembangunan infrastruktur nasional.