Rekor Harga Emas, Analis Rekomendasi Beli Saham Emiten Emas Ini, Ada yang Blue Chip!

- Penulis

Jumat, 14 Februari 2025 - 07:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas emas dan logam mulia menyentuh rekor tertinggi pada Februari 2025 ini. Analis melihat sejumlah saham emiten emas memiliki prospek cerah untuk investasi. Bahkan, ada saham emiten emas tersebut yang berkarakteristik blue chip.

Melansir Reuters, harga emas spot sempat menyentuh puncak di US$2.942,70 per ons troi dalam sesi perdagangan Asia sebelum turun sedikit menjadi US$2.909,49 per ons troi, naik 0,1% pada pukul 09:16 GMT.

Lonjakan harga emas ini menandai rekor kedelapan pada tahun 2025, mendekatkan logam mulia ini ke ambang US$3.000 per ons. Investor semakin waspada terhadap dampak kebijakan perdagangan AS terhadap ekonomi global.

Sementara itu, kontrak berjangka emas AS naik 0,1% menjadi $2.936,10 per ons, diperdagangkan dengan harga premium sekitar $25 dibandingkan harga spot.

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Hari Valentine 2025 Untuk Pasangan yang Bermakna dan Romantis

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengamati lonjakan harga emas dipicu oleh potensi ketidakpastian ekonomi global usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif terhadap Meksiko, Kanada dan China. Kondisi ini membawa investor untuk kembali melirik aset safe haven.

Equity Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas Irsyady Hanief menambahkah, sentimen kebijakan tarif Donald Trump mendongkrak permintaan emas fisik, termasuk di pasar AS. Emas fisik diklasifikasikan sebagai zero-risk asset, sehingga banyak institusi keuangan mulai beralih ke emas fisik sebagai bentuk mitigasi risiko.

“Harga emas diperkirakan akan tetap kuat dalam waktu dekat, meskipun volatilitas tetap menjadi faktor yang harus diperhatikan seiring dengan dinamika kebijakan ekonomi global,” kata Iryady kepada Kontan.co.id, Selasa (4/2).

Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa sepakat, tarif yang diberlakukan Donald Trump serta tingkat inflasi berpotensi meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven. Heru memprediksi harga emas dunia bisa lanjut menguat, atau bergerak fluktuatif dalam rentang US$ 2.780 – US$ 2.850 per troy ons.

Kenaikan harga emas di awal tahun ini berpotensi mengerek naik harga jual rata-rata emiten emas, sehingga berpeluang mendongkrak kinerja emiten pada kuartal I-2025.

Baca Juga :  Harga Melonjak, BEI Suspensi Perdagangan Saham SMDM, MLPT dan CLAY

“Tapi momentum kenaikan harga emas ini perlu diiringi dengan peningkatan volume penjualan supaya kinerja keuangan dapat maksimal,” kata Heru.

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memperkirakan harga emas akan bergerak dalam rentang US$ 2.700 – US$ 2.900 dalam jangka pendek di kuartal pertama ini. Penguatan harga emas bisa memoles kinerja emiten melalui peningkatan pendapatan dan margin keuntungan, meski masih ada risiko dari sisi kenaikan biaya.

Irsyady menimpali, secara historis kinerja maupun pergerakan harga saham emiten emas cenderung sejalan dengan harga komoditas emas. Tapi, dampaknya tergantung dari sejumlah faktor. Terutama dari sisi tingkat produksi, efisiensi biaya operasional dan kondisi makro ekonomi.

“Secara keseluruhan, emiten emas yang memiliki strategi ekspansi dan efisiensi operasional yang kuat berada dalam posisi yang lebih baik untuk memanfaatkan momentum ini,” kata Irsyady.

Tonton: 50% Kuota Jemaah Haji Khusus Terisi

Rekomendasi saham emiten emas

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Rizal Nur Rafly sepakat, lonjakan harga emas bisa mendongkrak kinerja emiten, terutama yang memiliki struktur biaya rendah serta output produksi yang stabil. Secara bersamaan, volatilitas harga emas dapat memengaruhi sentimen investor terhadap prospek saham emiten emas dalam jangka menengah.

Rizal memandang harga saham emiten emas pada umumnya bergerak sejalan dengan harga komoditas emas. Hanya saja, respons pelaku pasar bisa bervariasi, tergantung dari kondisi makro ekonomi dan sentimen spesifik yang sedang mengiringi emiten tersebut.

“Dalam kondisi harga emas yang tinggi, saham emiten emas bisa mengalami kenaikan, tetapi sentimen seperti suku bunga dan faktor eksternal lainnya dapat menyebabkan pergerakan yang tidak selalu linear,” terang Rizal.

Rizkia menambahkan, fluktuasi harga komoditas emas akan menjadi sentimen penting yang diperhatikan investor dalam jangka pendek hingga jangka menengah. Respons lanjutan dari AS dan China terkait kebijakan tarif juga menjadi sentimen yang krusial.

Dengan posisi investor yang kembali melirik aset safe haven ketimbang kelas aset yang lebih berisiko, Rizkia menaksir dampak kenaikan harga emas terhadap saham emiten masih cenderung terbatas.

Baca Juga :  Bank Mandiri Catat Pengguna Aplikasi Livin' Mencapai 29,3 Juta, Nilai Transaksi Tembus Rp 4.027 Triliun

“Pastinya ada sentimen positif untuk saham yang berelasi dengan kenaikan harga emas, tapi market saat ini masih sangat volatile,” terang Rizkia.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Indri Liftiany menilai kondisi saat ini bisa menjadi momentum untuk mengoleksi saham emas. Namun, pelaku pasar mesti tetap selektif memilah saham emiten emas.

Indri menjagokan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang secara fundamental mencapai operasional kuat di kuartal IV-2024 dengan rekor penjualan emas pada tahun lalu. Indri merekomendasikan buy saham ANTM mencermati support Rp 1.345 dan resistance di Rp 1.540.

Saha ANTM merupakan salah satu penghuni Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham LQ45 identik dengan saham blue chip karena memiliki nilai kapitalisasi pasar besar dan telah berpengalaman di pasar saham.

Pada perdagangan Kamis 13 Februari 2025, harga saham ANTM ditutup di level 1.470, naik 75 poin atau 5,38% dibandingkan sehari sebelumnya. 

  ANTM Chart by TradingView  

Rizal juga menyodorkan saham ANTM untuk target harga Rp 1.700. Sementara Irsyady melirik PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) sebagai emiten yang layak dicermati.

Heru menyarankan buy on support ANTM dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Level entry  ANTM bisa dipertimbangkan pada area Rp 1.385 untuk target harga Rp 1.460 – Rp 1.480. Sedangkan level entry BRMS ada di area Rp 382 – Rp 386 untuk target harga Rp 400 – Rp 418.

Selain itu, Heru menyarankan wait and see saham MDKA pada area Rp 1.380 untuk target harga Rp 1.550 – Rp 1.635. Sementara Miftahul merekomendasikan trading buy ANTM dan hold PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), untuk target harga Rp 1.540 dan Rp 500 per saham.

Baca Juga: Jadwal Libur Sekolah Puasa Ramadan & Cuti Bersama Lebaran 2025 Dari Prabowo Subianto

 

Berita Terkait

Dedi Mulyadi Kagum Pendapatan Kades Terkaya,Hasilkan Rp 30 Juta Perhari di Luar Honor Kepala Daerah
Ekonom Sebut Industri Tekstil Makin Tak Berdaya, Saling Sikut Agar Tak Mati
Cara Mendapatkan Uang di Lynk Id, Cocok untuk Side Hustle!
Biaya Logistik Tinggi, Pelindo Multi Termina Buka Peluang Kolaborasi untuk Modernisasi Pelabuhan
Harga Emas Antam Turun Rp3 Ribu per Gram, Ini Rincian Lengkapnya
Dua Obligasi dan Satu Sukuk Tercatat di Bursa Efek Indonesia dalam Sepekan Ini
Harga Emas Antam Turun Rp 3 Ribu, Hari Ini di Level Rp 1.704.000 per Gram
Cara Menghitung PPh 21 Tenaga Ahli agar Pajak Tepat dan Efisien!

Berita Terkait

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:56 WIB

Dedi Mulyadi Kagum Pendapatan Kades Terkaya,Hasilkan Rp 30 Juta Perhari di Luar Honor Kepala Daerah

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:56 WIB

Ekonom Sebut Industri Tekstil Makin Tak Berdaya, Saling Sikut Agar Tak Mati

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:47 WIB

Cara Mendapatkan Uang di Lynk Id, Cocok untuk Side Hustle!

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:46 WIB

Biaya Logistik Tinggi, Pelindo Multi Termina Buka Peluang Kolaborasi untuk Modernisasi Pelabuhan

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:17 WIB

Harga Emas Antam Turun Rp3 Ribu per Gram, Ini Rincian Lengkapnya

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Mobil Pikap dan 16 Unit Sepeda Listrik Menghitam, Ludes Jadi Bangkai di Tol Gempol-Pasuruan

Sabtu, 22 Feb 2025 - 12:27 WIB