SURABAYA, KOMPAS.com – Terang Bulan Antika, jajanan legendaris yang telah hadir di Surabaya sejak tahun 1974, menjadi salah satu pilihan bagi pencinta kuliner yang ingin merasakan cita rasa jadul.
Lokasi gerobak ini terletak di Jalan Kranggan, Nomor 92, Kelurahan Bubutan, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, tepat di depan toko tua percetakan foto Chatay.
Gerobak yang berwarna putih kekuningan ini tampak sederhana, tanpa satu pun banner yang terpasang.
Baca juga: Martabak Terang Bulan, 40 Tahun Jadi Saksi Cinta Ismail dan Yurnita
Nama “Terang Bulan Antika” ditulis secara manual di atas papan kayu dengan cat berfont vintage.
Di balik gerobak tersebut, pasangan suami istri lansia, Ismail (65) dan Yurnita (60), terlihat duduk menunggu pelanggan.
Ismail bertugas sebagai juru masak, sementara Yurnita berperan sebagai penyaji.
Mereka merupakan penerus usaha Terang Bulan Antika yang diwariskan dari paman Ismail sejak tahun 1970-an.
“Dulu paman saya yang mulai jualan tahun 1974, kemudian tahun 1977 saya ikut bantu. Kemudian beliau meninggal tahun 1986, jadi saya yang nerusin,” ungkap Ismail.
Paman Ismail yang berasal dari Bukittinggi, Sumatera Utara, pindah ke Surabaya pada tahun 1969.
Ismail menyusul pada tahun 1977 untuk mencoba peruntungannya.
“Kami, saya dan istri juga asli Padang. Awalnya yang jual terang bulan ya ayah sejak zaman Jepang, namanya di Padang martabak. Kemudian diwariskan ke adiknya, ya paman saya,” ujarsnya.
Nama “Antika” pada Terang Bulan ini merupakan singkatan dari Anak Tilatang Kamang, sebuah kecamatan di Kabupaten Agam, Sumatera Utara.
“Sebenarnya nama Antika di mana-mana banyak. Orang Sumatera biasanya pakai untuk nama resto atau rumah makan,” tambah Ismail.
Baca juga: Resep Terang Bulan Berpori dan Lembut, Topping Kacang Cokelat Keju
Meskipun mereka berasal dari Padang, Ismail dan Yurnita telah beradaptasi dengan selera kuliner Jawa.
“Tapi ini bukan terang bulan Padang. Kalau di Padang namanya martabak tanpa manis, biasanya isinya kelapa atau kacang hijau, dan kalau di sini jarang laku,” ujarnya.
Selama 50 tahun beroperasi, Ismail menjamin rasa dan resep Terang Bulan Antika tidak banyak berubah.
Mereka menawarkan varian rasa sederhana dengan topping cokelat, keju dan kacang, dengan harga yang bervariasi antara Rp 15.000 hingga Rp 30.000, tergantung ukuran dan porsi.
Tekstur Terang Bulan Antika khas, empuk dan kenyal, namun tidak terlalu tebal.
Pedagang biasanya tidak banyak mencampurkan bubuk pengembang, sehingga topping cokelat, kacang, dan keju lumer saat digigit, menciptakan rasa manis yang sempurna di lidah.
Baca juga: Cara Membuat Terang Bulan Mini Bersarang dan Tidak Bantat
Namun, Ismail dan Yurnita menghadapi tantangan untuk mempertahankan usaha ini di tengah maraknya varian jajanan lainnya. “Sekarang lebih cenderung sepi,” akunya.
Ismail menambahkan, kondisi saat ini sangat berbeda dibandingkan saat pamannya memulai usaha.
“Tahun 70-an itu ramai sekali, sekarang sangat sepi. Dulu bisa menghabiskan 25 kilogram tepung, sekarang paling 8 kilogram,” sambungnya.
Ismail berharap usaha Terang Bulan Antika dapat terus eksis, meskipun anak semata wayangnya tidak berminat meneruskan usaha tersebut.
“Tapi yang namanya anak pasti punya pilihannya masing-masing. Dia juga tidak bakat jualan, tapi mungkin keponakan yang akan meneruskan,” pungkasnya.