Museum Sangiran, Lorong Waktu Jejak Peradaban Nenek Moyang Bangsa Indonesia

- Penulis

Minggu, 9 Februari 2025 - 07:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KOMPAS.com – Situs Manusia Purba Sangiran, yang dikenal sebagai Homeland of Java Man, merupakan salah satu situs arkeologi paling penting di dunia yang berlokasi di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Situs ini menyimpan sejarah panjang mengenai evolusi manusia, fauna, dan budaya dalam kurun waktu 2,4 juta tahun terakhir.

Dengan lima klaster utama, Bukuran, Krikilan, Manyarejo, Ngebung, dan Dayu, Sangiran menawarkan wawasan mendalam tentang kehidupan masa lalu melalui berbagai temuan arkeologi yang berharga.

Baca juga: Museum Sangiran, Menguak Sejarah Perkembangan Peradaban Manusia

Jejak evolusi manusia di Sangiran

Sangiran menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban manusia. Berbagai temuan penting telah ditemukan di situs ini.

Salah satunya adalah Sangiran 17 (S17), fosil Homo erectus terlengkap di Asia Tenggara yang berusia sekitar 1,5 juta tahun. Penemuan ini memperkuat posisi Indonesia dalam sejarah evolusi manusia dunia.

Klaster Bukuran, sebagai situs pertama, merupakan lokasi utama penemuan Homo erectus. Fosil-fosil yang ditemukan di sini tidak hanya berasal dari Sangiran, tetapi juga dari berbagai situs paleoantropologi dunia.

Selain itu, pengunjung dapat menikmati narasi audio-visual dan diorama yang merekonstruksi tiga tipe Homo erectus, yakni Arkaik, Tipik, dan Progresif.

Baca Juga :  Sejarah Desa Umoja, Desa Khusus Perempuan Masyarakat Adat Samburu di Kenya

Koleksi fosil dan rekonstruksi kehidupan purba

Klaster Krikilan menampilkan koleksi luar biasa, termasuk rekonstruksi Homo erectus dari fosil Sangiran 17 dan berbagai artefak purba lainnya.

Di klaster ini, pengunjung juga dapat melihat diorama yang menggambarkan hewan-hewan purba seperti gajah (Mastodon, Stegodon, dan Elephas), kerbau, banteng, rusa, serta kuda sungai.

Baca juga: Alasan Sangiran Disebut Laboratorium Situs Manusia Purba di Asia

Sementara itu, Museum Lapangan Manyarejo menjadi contoh kolaborasi antara pengetahuan ilmiah dan tradisi lokal dalam penggalian fosil.

Koleksi museum ini mencakup berbagai fragmen tulang rusuk dan panggul gajah serta tengkorak banteng, yang memberikan wawasan mengenai kehidupan fauna purba di kawasan Sangiran.

Di klaster Ngebung, pengunjung dapat menjelajahi artefak budaya serta fosil binatang dari Pleistosen Bawah hingga Tengah. Koleksi ini merepresentasikan kehidupan dan kebudayaan manusia purba di Sangiran yang telah ada sejak jutaan tahun lalu.

Berbeda dengan klaster lainnya, Museum Dayu yang terletak di Karanganyar menampilkan sejarah evolusi lingkungan Sangiran.

Museum ini menggambarkan bagaimana wilayah ini mengalami perubahan dari rawa hingga daratan akibat erupsi gunung api purba, melalui lima lapisan geologi utama: Formasi Kalibeng, Pucangan, Grenzbenk, Kabuh, dan Notopuro.

Baca Juga :  Pramono Anung Diberi Gelar Kehormatan Adat Betawi oleh Fauzi Bowo

Warisan dunia yang menjadi kebanggaan bangsa

Dengan berbagai penemuan penting yang tersimpan di lima klaster tersebut, Sangiran menjadi bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia memiliki peran besar dalam peradaban dunia.

Keunikan dan nilai ilmiahnya menjadikan Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sejak 5 Desember 1996. Situs ini bahkan menjadi lokasi ditemukannya lebih dari 50 persen fosil Homo erectus dunia, termasuk Meganthropus paleojavanicus.

Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon menegaskan bahwa jelajah museum di Sangiran bukan hanya menjadi sarana edukasi.

Baca juga: Siswa, Yuk Mengenal 5 Klaster di Situs Manusia Purba Sangiran

“Tetapi juga memperkuat pemahaman bahwa Indonesia adalah salah satu pusat peradaban tertua di dunia,” kata dia dalam rilis Kementerian Kebudayaan yang Kompascom terima, Sabtu (8/2/2025).

Fadli Zon juga menekankan pentingnya upaya pemerintah dalam memperkuat literasi sejarah bagi masyarakat dan generasi muda, guna menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan peradaban bangsa.

Berita Terkait

Smong,Kearifan Lokal dari Simeulue Aceh untuk Indonesia yang Lebih Siap Menghadapi Bencana Besar
Tokoh Masyarakat Apresiasi Penangkapan Aske Mabel, Situasi Yalimo Kembali Kondusif
Susunan Acara Pernikahan Adat Jawa, Sakral dan Sarat Makna
Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya
Museum Ullen Sentalu, Telusuri Jejak Budaya Jawa!
Sejarah Desa Umoja, Desa Khusus Perempuan Masyarakat Adat Samburu di Kenya
Ramalan Zodiak Libra,Scorpio,Sagitarius Besok Minggu 23 Februari 2025: Libra Dihargai,Ada Hoki
Hamas Akui Keliru Kirim Jenazah Shiri Bibas: Bercampur dengan Jasad Lain di Reruntuhan Gaza

Berita Terkait

Minggu, 23 Februari 2025 - 12:07 WIB

Smong,Kearifan Lokal dari Simeulue Aceh untuk Indonesia yang Lebih Siap Menghadapi Bencana Besar

Minggu, 23 Februari 2025 - 11:07 WIB

Tokoh Masyarakat Apresiasi Penangkapan Aske Mabel, Situasi Yalimo Kembali Kondusif

Minggu, 23 Februari 2025 - 10:56 WIB

Susunan Acara Pernikahan Adat Jawa, Sakral dan Sarat Makna

Minggu, 23 Februari 2025 - 10:37 WIB

Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Minggu, 23 Februari 2025 - 09:37 WIB

Museum Ullen Sentalu, Telusuri Jejak Budaya Jawa!

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Update Kecelakaan Truk di Sungai Segati, 4 Orang Ditemukan Tewas, 11 Masih Dicari

Minggu, 23 Feb 2025 - 12:16 WIB

public-safety-and-emergencies

Pendidikan hingga Kesehatan, Ini Janji Eddy Raya untuk Warga Barsel

Minggu, 23 Feb 2025 - 12:07 WIB

entertainment

Sinopsis Film Suicide Squad, Misi Bunuh Diri Para Penjahat Super

Minggu, 23 Feb 2025 - 12:07 WIB