Sederet Biang Kerok Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS

- Penulis

Sabtu, 8 Februari 2025 - 07:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banda Aceh, IDN Times – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berlanjut. Data Investing.com menunjukkan pelemahan rupiah mencapai 1,4 persen secara year to date (YTD) sampai Jumat (7/2/2025)

Direktur Departemen Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Juli Budi Winantya, mengatakan kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang memicu inflasi menjadi salah satu penyebab dolar menguat.

Di tengah kondisi tersebut, Federal Reserve (The Fed) diproyeksi akan menahan penurunan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR). Hal itu pun memicu sentimen pelaku pasar terhadap dolar AS.

“Kami berpikirkan ke depan FFR akan cut sekali di 2025, ini yang dilakukan di semester II,” kata Juli dalam media briefing di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh di Banda Aceh, Jumat (7/2/2025).

Baca Juga :  Saham BMRI, BBRI hingga CUAN Topang Penguatan IHSG Pagi Ini

1. Perekonomian AS menguat

Selain itu, perekonomian AS juga menguat, salah satunya dari sisi permintaan dengan adanya stimulus untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Kenaikan nilai aset properti dan saham yang dimiliki kelas menengah atas juga mendorong konsumsi. Dari sisi produksi, juga meningkat dibandingkan Jepang dan Korea Selatan.

“Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan revisi ke atas,” tutur Juli.

Baca Juga: Cadangan Devisa Januari Naik Tipis Jadi 156,1 Miliar Dolar AS

Baca Juga: Cadangan Devisa Januari Naik Tipis Jadi 156,1 Miliar Dolar AS

2. AS banjir arus modal asing

Di tengah kondisi itu, arus modal dari negara-negara maju hingga berkembang pun beralih ke AS. Sehingga, nilai tukar dolar AS makin menguat. Dampaknya tak hanya terasa pada rupiah, tapi juga mata uang negara lain, termasuk negara maju.

Baca Juga :  Simak Rekomendasi Saham Emiten Adik Prabowo, Solusi Sinergi Digital (WIFI)

“Karena fenomena arus modal semua ke AS, sehingga implikasinya dolar menguat secara merata di hampir seluruh negara. Jadi, menguat relatif terhadap euro, yuan China, yen Jepang, sehingga ini terjadi di semua negara,” ujar Juli.

3. Pelemahan rupiah masih terjaga

Meski begitu, menurut Juli pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih terjaga dibandingkan negara lain.

“Dibandingkan pergerakan negara-negara maju, euro, Jepang, kita relatif lebih kuat. Tapi kalau dibandingkan negara berkembang, India, yuan China, itu kita sebenarnya relatif sama. On par dengan pergerakan dari mata uang negara-negara berkembang lainnya,” kata Juli.

Berita Terkait

Soal Danantara, Ekonom UGM: Momentumnya Kurang Tepat
Donasikan Rp 260 Juta, Kuku Bima Sido Muncul Gelar Operasi Bibir Sumbing di Lebak
Pelita Air-BIH Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan dan Pariwisata Medis Bali
Kinerja Reksadana Saham Menguat Sepekan Terakhir
Profil Pandu Sjahrir, Ponakan Luhut yang Jadi CIO Danantara
Bio Farma Gelar Mudik Gratis, Ini Cara Mendaftarnya
Chandra Asri (TPIA) Ungkap Soal Rencana IPO Chandra Daya Investasi
Rosan Roeslani Tiba di Istana Menjelang Peluncuran Resmi Danantara

Berita Terkait

Senin, 24 Februari 2025 - 11:46 WIB

Soal Danantara, Ekonom UGM: Momentumnya Kurang Tepat

Senin, 24 Februari 2025 - 11:46 WIB

Donasikan Rp 260 Juta, Kuku Bima Sido Muncul Gelar Operasi Bibir Sumbing di Lebak

Senin, 24 Februari 2025 - 11:37 WIB

Pelita Air-BIH Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan dan Pariwisata Medis Bali

Senin, 24 Februari 2025 - 10:57 WIB

Kinerja Reksadana Saham Menguat Sepekan Terakhir

Senin, 24 Februari 2025 - 10:57 WIB

Profil Pandu Sjahrir, Ponakan Luhut yang Jadi CIO Danantara

Berita Terbaru

society-culture-and-history

Kisah Sastia Putri, Ilmuwan WNI di Jepang yang Belum Mau Pulang ke Indonesia

Senin, 24 Feb 2025 - 11:47 WIB

finance

Soal Danantara, Ekonom UGM: Momentumnya Kurang Tepat

Senin, 24 Feb 2025 - 11:46 WIB