KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Momentum kenaikan harga komoditas emas dan logam mulia yang mencapai rekor tertinggi (all time high) bisa menjadi peluang untuk melirik saham-saham emiten yang bergerak di sektor ini.
Meski begitu, risiko volatilitas membuat pelaku pasar mesti tetap selektif.
Harga komoditas emas global bergerak naik dengan menembus level US$ 2.847 per troy ons. Sementara harga logam mulia Antam melonjak Rp 29.000 ke posisi Rp 1.650.000 per gram pada perdagangan Selasa (4/2).
Baca Juga: Harga Emas Melambung, Bagaimana Rekomendasi Saham Emiten Emas Berikut
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengamati lonjakan harga emas dipicu oleh potensi ketidakpastian ekonomi global usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif terhadap Meksiko, Kanada dan China. Kondisi ini membawa investor untuk kembali melirik aset safe haven.
Equity Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas Irsyady Hanief menambahkah, sentimen kebijakan tarif dari Donald Trump mendongkrak permintaan emas fisik, termasuk di pasar AS.
Emas fisik diklasifikasikan sebagai zero-risk asset, sehingga banyak institusi keuangan mulai beralih ke emas fisik sebagai bentuk mitigasi risiko.
“Harga emas diperkirakan akan tetap kuat dalam waktu dekat, meskipun volatilitas tetap menjadi faktor yang harus diperhatikan seiring dengan dinamika kebijakan ekonomi global,” kata Iryady kepada Kontan.co.id, Selasa (4/2).
Baca Juga: Lebih Cuan Mana, Investasi Emas Antam atau Saham ANTM?
Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa sepakat, tarif yang diberlakukan Donald Trump serta tingkat inflasi berpotensi meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Heru memprediksi harga emas global bisa lanjut menguat, atau bergerak fluktuatif dalam rentang US$ 2.780 – US$ 2.850 per troy ons.
Kenaikan harga emas di awal tahun ini berpotensi mengerek naik harga jual rata-rata emiten emas, sehingga berpeluang mendongkrak kinerja emiten pada kuartal I-2025.
“Tapi momentum kenaikan harga emas ini perlu diiringi dengan peningkatan volume penjualan supaya kinerja keuangan dapat maksimal,” kata Heru.
Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memperkirakan harga emas akan bergerak dalam rentang US$ 2.700 – US$ 2.900 dalam jangka pendek di kuartal pertama ini.
Penguatan harga emas bisa memoles kinerja emiten melalui peningkatan pendapatan dan margin keuntungan, meski masih ada risiko dari sisi kenaikan biaya.
Baca Juga: Cermati Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham EBT di tengah Beragam Sentimen
Irsyady menimpali, secara historis kinerja maupun pergerakan harga saham emiten emas cenderung sejalan dengan harga komoditas emas. Tapi, dampaknya tergantung dari sejumlah faktor. Terutama dari sisi tingkat produksi, efisiensi biaya operasional dan kondisi makro ekonomi.
“Secara keseluruhan, emiten emas yang memiliki strategi ekspansi dan efisiensi operasional yang kuat berada dalam posisi yang lebih baik untuk memanfaatkan momentum ini,” kata Irsyady.
ANTM Chart by TradingView
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Rizal Nur Rafly sepakat, lonjakan harga emas bisa mendongkrak kinerja emiten, terutama yang memiliki struktur biaya rendah serta output produksi yang stabil. Secara bersamaan, volatilitas harga emas dapat memengaruhi sentimen investor terhadap prospek saham emiten emas dalam jangka menengah.
Rizal memandang harga saham emiten emas pada umumnya bergerak sejalan dengan harga komoditas emas. Hanya saja, respons pelaku pasar bisa bervariasi, tergantung dari kondisi makro ekonomi dan sentimen spesifik yang sedang mengiringi emiten tersebut.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Tertekan di Sisa Perdagangan Saat Pekan Pendek
“Dalam kondisi harga emas yang tinggi, saham emiten emas bisa mengalami kenaikan, tetapi sentimen seperti suku bunga dan faktor eksternal lainnya dapat menyebabkan pergerakan yang tidak selalu linear,” terang Rizal.
Rizkia menambahkan, fluktuasi harga komoditas emas akan menjadi sentimen penting yang diperhatikan investor dalam jangka pendek hingga jangka menengah. Respons lanjutan dari AS dan China terkait kebijakan tarif juga menjadi sentimen yang krusial.
Dengan posisi investor yang kembali melirik aset safe haven ketimbang kelas aset yang lebih berisiko, Rizkia menaksir dampak kenaikan harga emas terhadap saham emiten masih cenderung terbatas.
“Pastinya ada sentimen positif untuk saham yang berelasi dengan kenaikan harga emas, tapi market saat ini masih sangat volatile,” terang Rizkia.
Rekomendasi Saham
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Indri Liftiany menilai kondisi saat ini bisa menjadi momentum untuk mengoleksi saham emas. Namun, pelaku pasar mesti tetap selektif memilah saham emiten emas.
Indri menjagokan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang secara fundamental mencapai operasional kuat di kuartal IV-2024 dengan rekor penjualan emas pada tahun lalu. Indri merekomendasikan buy saham ANTM mencermati support Rp 1.345 dan resistance di Rp 1.540.
Rizal juga menyodorkan saham ANTM untuk target harga Rp 1.700. Sementara Irsyady melirik PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) sebagai emiten yang layak dicermati.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat di Perdagangan Rabu (22/1), Ini Rekomendasi Saham Untuk Esok
Heru menyarankan buy on support ANTM dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Level entry ANTM bisa dipertimbangkan pada area Rp 1.385 untuk target harga Rp 1.460 – Rp 1.480. Sedangkan level entry BRMS ada di area Rp 382 – Rp 386 untuk target harga Rp 400 – Rp 418.
BRMS Chart by TradingView
Selain itu, Heru menyarankan wait and see saham MDKA pada area Rp 1.380 untuk target harga Rp 1.550 – Rp 1.635. Sementara Miftahul merekomendasikan trading buy ANTM dan hold PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), untuk target harga Rp 1.540 dan Rp 500 per saham.