RAGAMUTAMA.COM – Setelah Justin Trudeau mengumumkan pengunduran dirinya, ide kontroversial yang pernah disampaikan oleh Donald Trump kembali mencuat, apakah Kanada akan menjadi negara bagian ke-51 Amerika Serikat?
Hanya beberapa jam setelah pengumuman tersebut, Trump mengungkapkan pandangannya melalui platform Truth Social, menyoroti apa yang ia sebut sebagai “keinginan banyak orang Kanada” untuk bergabung dengan AS.
Dalam tulisannya, Trump menambahkan bahwa Amerika tidak dapat terus menanggung defisit perdagangan besar dan beban subsidi yang diberikan kepada Kanada untuk menjaga kelangsungan ekonominya. “Trudeau memahami ini, dan itu sebabnya dia memilih untuk mundur,” ungkapnya.
Bagi Trump, gagasan ini lebih dari sekadar solusi ekonomi. Ia percaya bahwa jika Kanada bergabung dengan Amerika, banyak keuntungan yang akan dirasakan oleh warga Kanada. Tidak ada lagi tarif, pajak lebih rendah, dan tentunya rasa aman yang lebih terjamin. Trump bahkan menggambarkan kemungkinan ini sebagai langkah menuju “bangsa yang besar” yang lebih solid dan kuat.
Sebelumnya, pengunduran diri Trudeau sebagai Perdana Menteri Kanada dan pemimpin Partai Liberal diumumkan setelah tahun-tahun terakhir yang penuh tekanan. Popularitasnya merosot seiring dengan meningkatnya ketidakpuasan publik atas inflasi yang terus melambung dan biaya hidup yang semakin tinggi.
Dalam sebuah pernyataan yang penuh penyesalan, Trudeau mengungkapkan bahwa negara ini berhak mendapatkan pemimpin yang bisa memberikan pilihan berkualitas dalam pemilu mendatang. “Jika saya terus berpegang pada jabatan ini, saya tidak bisa menjadi pilihan terbaik bagi rakyat,” kata Trudeau.
Namun, pengunduran diri Trudeau yang terjadi hanya dua minggu sebelum pelantikan Trump sebagai Presiden AS menempatkan Kanada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan. Trump, yang sebelumnya telah mengancam akan mengenakan tarif 25 persen pada barang-barang impor dari Kanada, kini mendapat ruang lebih luas untuk memperkuat posisinya.
Bagi mantan Duta Besar Kanada untuk AS, David MacNaughton, pengumuman Justin Trudeau seharusnya dilakukan lebih awal agar pemerintah Kanada memiliki waktu untuk merespons kebijakan Trump yang semakin keras.
“Begitu Trudeau mengumumkan pengunduran dirinya, kekuasaan dan pengaruhnya hampir hilang,” ujar MacNaughton.
“Ini berarti Kanada harus menghadapi beberapa bulan ketidakpastian dengan Trump yang semakin bersemangat.”
Xavier Delgado, seorang ahli hubungan Kanada-AS dari Wilson Center, juga menilai keputusan Trudeau untuk mengundurkan diri mendekati masa jabatan Trump sebagai langkah yang sangat tidak bijaksana.
Menurutnya, pengumuman tersebut membuat Trudeau tampak seperti pemimpin tanpa otoritas, kehilangan daya tawar dalam menghadapi negosiasi penting dengan Washington. “Keputusan ini sangat merugikan dalam konteks hubungan Kanada dan Amerika yang kini semakin tegang,” jelas Delgado.
Kini, Kanada berada di persimpangan jalan. Sementara Trump dengan berani mengusulkan gagasan menggabungkan Kanada dengan Amerika, dampak dari pengunduran diri Trudeau akan terus terasa dalam dinamika politik antara kedua negara.