Jakarta, IDN Times – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini atau 3-7 Februari 2025 akan dibayangi oleh sejumlah sentimen, pascapergerakan IHSG yang ditutup menguat pada Jumat (31/1/2025) pada level 7.109,20.
Lantas apa saja sentimen yang akan mempengaruhi IHSG di pekan ini?
1. Berbagai indikator sentimen domestik
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi mengatakan ada sejumlah sentimen domestik dan eksternal yang akan mempengaruhi pergerakan saham pekan ini. Lebih rinci, ia menjelaskan sentimen domestik berkaitan dengan inflasi, karena Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi.
“Inflasi tahunan Indonesia pada Januari 2025 diperkirakan meningkat menjadi 1,88 persen dari 1,57 persen pada Desember 2024. Perlu diketahui bahwa Bank Indonesia (BI) telah menetapkan sasaran inflasi untuk tahun 2025 dalam kisaran 2,5 persen ± 1 persenyaitu antara 1,5 persen hingga 3,5 persen,” jelas Imam.
Dengan besaran data inflasi tahunan saat ini yang mendekati batas bawah di 1,5 persen pasar akan lebih berekspektasi inflasi bisa sesuai dengan ekspektasi atau lebih tinggi yang menggambarkan bangkitnya daya beli.
Kemudian sentimen berkaitan dengan Indonesia Tourist Arrivals. Pekan ini, data kunjungan wisatawan mancanegara (Foreign Tourist Arrivals) ke Indonesia akan dirilis.
“Ini menjadi indikator penting bagi pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi nasional. Jumlah wisatawan asing sangat berpengaruh terhadap berbagai sektor, terutama perhotelan, transportasi, kuliner, dan ritel, yang bergantung pada belanja turis,” ungkapnya.
Baca Juga: 5 Tips Investasi Saham IPO, Jangan Asal Pilih Perusahaan!
Baca Juga: 5 Tips Investasi Saham IPO, Jangan Asal Pilih Perusahaan!
2. Rilis data inflasi Januari dan pertumbuhan ekonomi RI ditunggu pasar
Tak hanya itu, akan ada rilis data Purchasing Manufacturing Index (PMI) dengan memperhatikan konsensus pasar yang memperkirakan angka PMI akan berada di 49,5, sedikit lebih tinggi dari 49,3 pada bulan Desember 2024.
Dengan proyeksi PMI Januari 2025 di angka 49,5, sektor manufaktur AS diperkirakan masih mengalami kontraksi.
“Data ini penting untuk memantau kesehatan sektor manufaktur dan dapat memengaruhi kebijakan moneter serta keputusan investasi di pasar global,” ucap Imam.
Sentimen selanjutnya dati OPEC+ Meeting karena pada 3 Februari 2025, OPEC+ dijadwalkan mengadakan pertemuan untuk membahas kebijakan produksi minyak mereka.
Dalam hal ini, OPEC dan sekutunya seperti Rusia dan Kazakhstan, telah membatasi produksi minyak mereka sebesar 5,86 juta barel per hari sejak 2022 untuk mendukung stabilitas pasar minyak global.
“Komitmen OPEC+ dalam menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan minyak. Meskipun ada tekanan dari Presiden AS, Donald Trump, yang mendorong OPEC untuk menurunkan harga minyak guna membantu mengakhiri konflik di Ukraina, OPEC+ belum memberikan respons resmi terhadap permintaannya,” tegasnya.
Sentimen domestik selanjutnya berkaitan dengan data pertumbuhan ekonomi yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik untuk data kuartal IV tahun 2024.
Apalagi Menteri Keuangan, Sri Mulyani pun sempat memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI masih akan berada di level 5,01 persen secara tahunan (year on year), sedangkan Bank Indonesia memperkirakan ekonomi RI 2024 tumbuh di kisaran 4,7 persen-5,5 persen, dengan nilai tengah di angka 5,1 persen.
Di sisi lain, Imam menyebut sentimen yang ditunggu dari berbagai data ekonomi pekan ini juga berkaitan dengan realisasi cadangan devisa Bank Indonesia yang dijadwalkan merilis data cadangan devisa Indonesia untuk bulan Januari 2025.
Baca Juga: 4 Tips Investasi Saham bagi Pekerja dengan Gaji UMR, Tetap Profit!
Baca Juga: 4 Tips Investasi Saham bagi Pekerja dengan Gaji UMR, Tetap Profit!
3. Data pengangguran AS dan inflasi China ditunggu pasar
Sentimen NPF dan Tingkat Pengangguran AS Januari 2025. Data Non-Farm Payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS) untuk bulan Januari 2025 dijadwalkan akan dirilis pada 7 Februari
“Tingkat pengangguran AS diproyeksikan akan tetap berada di angka 4,1 persen Tingkat pengangguran menunjukkan persentase angkatan kerja yang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Data ini menjadi indikator penting bagi kesehatan pasar tenaga kerja,” ucapnya.
Sementara itu, pasar juga menunggu data inflasi. Data Indeks Harga Konsumen (IHK) China untuk bulan Januari 2025 dijadwalkan akan dirilis pada 9 Februari 2025, pukul 01:30 GMT (atau 08:30 WIB).
Data inflasi China sangat penting untuk Indonesia karena China adalah salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.
“Jika inflasi di China meningkat, hal ini bisa berpengaruh pada daya beli masyarakat China, yang pada gilirannya dapat memengaruhi permintaan terhadap barang-barang ekspor Indonesia, seperti komoditas dan produk manufaktur. Sebaliknya, deflasi atau rendahnya inflasi di China bisa menurunkan permintaan tersebut,” ujarnya.
4. Ada 4 saham yang diprediksi naik pekan ini
Berkaca pada sentimen positif di atas, PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan 4 saham untuk para trader pekan ini.
1. PT Adaro Andalan Indonesia Tbk
Harga Newcastle coal futures yang stabil di kisaran 115 dolar AS per ton menjadi sentimen positif bagi emiten batu bara. Stabilitas harga ini mengindikasikan permintaan yang masih solid di tengah tingginya pasokan global, memberikan kepastian bagi produsen batu bara dalam menjaga profitabilitas.
2. PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS)
Peningkatan Investasi Asing Langsung (FDI) yang melonjak 33,3 persen YoY, mencapai Rp245,8 triliun 55,33 miliar dolar AS pada kuartal IV 2024.
Ini mencerminkan keberhasilan kebijakan hilirisasi pemerintah Indonesia, khususnya di sektor pemrosesan mineral dan industri kendaraan listrik (EV).
“Investasi besar yang mengalir ke sektor pertambangan dan pemurnian logam, terutama setelah larangan ekspor bijih nikel sejak 2020, menunjukkan adanya minat investor asing yang kuat terhadap rantai pasok kendaraan listrik Indonesia,” ungkapnya.
Hal ini memberikan dampak positif pada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), yang mencatatkan portofolio pembiayaan kendaraan listrik mencapai Rp171 miliar per Desember 2024, dengan pertumbuhan tahunan (YoY) yang sangat signifikan sebesar 476 persen.
3. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)
Dengan inflasi Indonesia yang mulai meningkat secara moderat, terdapat potensi perbaikan daya beli masyarakat.
Hal ini dapat mendukung peningkatan transaksi di platform e-commerce Tokopedia dan layanan on-demand Gojek, terutama di sektor transportasi dan layanan pengiriman makanan.
4. Reksadana saham Indeks Premier ETF PEFINDO I-Grade
Dalam kondisi makroekonomi saat ini, reksa dana indeks yang mengacu pada Pefindo i-Grade, yang berisi emiten dengan peringkat investment grade. Lonjakan FDI sebesar 33,3 persen YoY pada kuartal IV 2024 menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap ekonomi Indonesia.
Masuknya investasi ke sektor hilirisasi dan digital berpotensi menguntungkan emiten yang memiliki peringkat kredit tinggi, terutama di sektor perbankan, manufaktur, dan infrastruktur yang menjadi bagian dari indeks ini.