Ragamutama.com JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS), emiten terkemuka di sektor produksi timah, diperkirakan memiliki prospek cerah di tahun 2025. Optimisme ini muncul di tengah dinamika harga komoditas yang seringkali bergejolak di pasar global.
Seperti yang telah diketahui secara luas, TINS baru-baru ini mengumumkan ambisinya untuk merambah sektor mineral logam tanah jarang (LTJ), atau yang dikenal juga dengan istilah rare earth element. Langkah awal adalah pengembangan Pilot Plant LTJ yang berlokasi strategis di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Saat ini, fokus utama TINS tertuju pada upaya revitalisasi dan modifikasi Pilot Plant yang ada. Tujuannya adalah menjadikan fasilitas ini sebagai pusat pengolahan monasit yang dapat dimanfaatkan secara optimal dalam pengembangan LTJ.
PT Timah Tbk (TINS) Menjelajahi Potensi Mineral Logam Tanah Jarang, Target Utama untuk Aplikasi Magnet
Dengan inisiatif ini, TINS memiliki harapan besar untuk menciptakan nilai tambah yang signifikan melalui industrialisasi LTJ. Pemanfaatan mineral ikutan dari kegiatan penambangan timah menjadi kunci dalam strategi ini.
Perlu dicatat bahwa LTJ memiliki peran krusial dalam berbagai industri strategis, termasuk produksi magnet permanen, baterai hybrid, perangkat elektronik, dan katalis.
Indy Naila, Investment Analyst dari Edvisor Provina Visindo, menyampaikan pandangannya bahwa permintaan terhadap timah diprediksi tetap tinggi, baik di pasar domestik maupun internasional. Hal ini akan menjadi fondasi yang kuat bagi keberlanjutan bisnis yang dijalankan oleh TINS.
Langkah strategis TINS dalam melakukan ekspansi ke sektor mineral LTJ juga layak mendapatkan apresiasi. Inisiatif ini akan mendukung upaya hilirisasi produk timah di dalam negeri. Lebih jauh lagi, LTJ akan menjadi bahan baku penting dalam industri magnet, elektronik, dan baterai.
“Ekspansi ke sektor ini berpotensi menjaga margin TINS, karena efisiensi operasional akan meningkat dan pendapatan juga berpotensi mengalami kenaikan,” jelasnya pada hari Selasa (29/4).
PT Timah Tbk (TINS) Menjelajahi Potensi Mineral Logam Tanah Jarang, Target Utama untuk Aplikasi Magnet
Namun demikian, kinerja TINS juga akan dipengaruhi oleh fluktuasi harga timah yang masih cukup tinggi di tengah ketidakpastian situasi perang tarif.
Selain itu, ancaman penambangan timah ilegal di wilayah Bangka Belitung dapat menyebabkan ketidakstabilan pasokan timah dan merugikan TINS dari sisi finansial maupun operasional.
Secara terpisah, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, berpendapat bahwa harga komoditas pertambangan, termasuk timah, memiliki potensi untuk pulih dalam waktu dekat.
TINS Chart by TradingView
Hal ini sejalan dengan meredanya tensi perang tarif, karena AS telah membuka pintu negosiasi dengan mitra-mitra dagangnya yang terkena dampak kebijakan tarif impor.
Jika sentimen positif ini terus berlanjut, ada kemungkinan besar kondisi ekonomi global akan kembali stabil dan mendorong peningkatan permintaan terhadap timah. “TINS akan diuntungkan, terutama dari sisi ASP (Average Selling Price) yang meningkat,” ujarnya pada hari Selasa (29/4).
Timah (TINS) Mengungkap Potensi Penyesuaian Perdagangan Timah Pasca Pemberlakuan Tarif Trump
Nafan merekomendasikan strategi akumulasi beli saham TINS, dengan entry level di kisaran Rp 1.000—1.040 per saham, serta target harga di level Rp 1.060 per saham, Rp 1.150 per saham, dan Rp 1.205 per saham.
Indy juga memberikan rekomendasi speculative buy saham TINS, dengan target harga di level Rp 1.300 per saham.
Dalam beberapa waktu terakhir, harga saham TINS mengalami lonjakan yang signifikan. Meskipun pada penutupan perdagangan hari Selasa (29/4), harga saham TINS mengalami penurunan sebesar 0,85% ke level Rp 1.165 per saham.
Namun, dalam kurun waktu satu minggu terakhir, harga saham TINS mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,88%. Harga saham emiten yang merupakan bagian dari holding BUMN pertambangan MIND ID ini juga melonjak sebesar 38,69% dalam satu bulan terakhir.