Ragamutama.com – Suasana positif menyelimuti pasar saham global. Penutupan perdagangan di Amerika Serikat pada Senin (28/4) menunjukkan penguatan yang signifikan. Indeks Dow Jones mencatat kenaikan 0,28 persen, mencapai 40.227,59, sementara S&P 500 naik tipis 0,06 persen hingga 5.528,75.
Penguatan ini terjadi seiring meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menekankan bahwa meredakan ketegangan tersebut bergantung pada Tiongkok.
“Dari sisi ekonomi, para investor akan mencermati data harga rumah di AS, indeks kepercayaan konsumen, dan laporan lowongan pekerjaan yang akan dirilis hari ini,” ujar Andry Asmoro, Kepala Ekonom Bank Mandiri, pada Selasa (29/4).
Asmoro menjelaskan bahwa pelemahan data inflasi inti AS, serta sinyal pelonggaran kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump, menjadi pendorong utama optimisme pasar. Data personal consumption expenditures (PCE) AS diperkirakan menunjukkan inflasi inti hanya naik 0,1 persen secara bulanan.
“Angka ini merupakan yang terendah sejak Maret 2021. Hal ini memperkuat keyakinan pasar bahwa The Fed (The Federal Reserve) memiliki ruang untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya,” tambah Asmoro.
Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun turun 2,71 basis points (bps) menjadi 4,21 persen. Ini semakin memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga.
Sementara itu, indeks dolar AS melemah ke 99,5 karena pasar mengantisipasi kebijakan The Fed yang lebih dovish dan berkurangnya daya tarik dolar sebagai aset aman. Asmoro juga menyoroti sikap Trump yang lebih lunak terhadap Gubernur The Fed, Jerome Powell.
Ditambah lagi sinyal pengurangan tarif terhadap Tiongkok yang telah memicu pelemahan berkelanjutan dolar AS. Secara bersamaan, pasar saham Eropa juga menunjukkan penguatan, dengan CAC 40 Prancis naik 0,50 persen dan DAX Jerman menguat 0,13 persen.
Sentimen positif global ini berdampak positif pada pasar domestik. Hingga pukul 10.13 WIB, indeks harga saham gabungan (IHSG) naik 0,41 persen ke posisi 6.750,201. Pada perdagangan Senin (28/4), IHSG ditutup menguat 0,66 persen ke 6.722,97, didorong oleh aliran modal asing sebesar Rp 177,9 miliar.
“Meskipun, secara year-to-date, IHSG masih mencatat pelemahan 5 persen,” imbuhnya.
Di pasar obligasi domestik, Asmoro menambahkan, imbal hasil surat berharga negara (SBN) tenor 10 tahun turun 1,5 bps menjadi 6,91 persen. Sementara obligasi pemerintah dalam USD turun 5,2 bps ke 5,15 persen.
Di sisi lain, rupiah masih mengalami tekanan pelemahan sebesar 0,15 persen ke Rp 16.855 per USD. Ini mencatat depresiasi 4,68 persen sejak awal tahun.
“Hari ini, nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp 16.818 hingga Rp 16.877 per USD,” tutupnya.