Ragamutama.com JAKARTA. Pasar ekuitas kembali menunjukkan vitalitasnya. Bahkan, kinerja reksa dana saham berhasil melampaui jenis reksa dana lainnya dalam periode satu minggu terakhir. Meskipun demikian, kebangkitan ini masih membutuhkan validasi lebih lanjut untuk memastikan tren *bullish* yang berkelanjutan.
Berdasarkan data dari Infovesta Utama, pada periode 17 – 25 April 2025, reksa dana saham mencatatkan *return* sebesar 3,35%, diikuti oleh reksa dana campuran dengan *return* 1,94%. Sementara itu, reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang mencatatkan *return* di bawah 1%, masing-masing sebesar 0,42% dan 0,11% dalam periode yang sama.
Direktur STAR AM, Hanif Mantiq, menjelaskan bahwa sinyal pemulihan ini didorong oleh beberapa sentimen positif. Salah satunya adalah rekomendasi positif dari bank investasi terkemuka, yang meningkatkan keyakinan investor, terutama investor institusi dan asing yang cenderung lebih berhati-hati.
Sebagai informasi tambahan, pada akhir pekan lalu, Union Bank of Switzerland (UBS) Group menaikkan peringkat saham Indonesia menjadi *overweight*. Keputusan ini didasarkan pada kualitas fundamental domestik yang solid dan karakter pasar yang relatif defensif, seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg (24/4).
Pasar Saham Masih Tertekan, Reksadana Bisa DIpertimbangkan?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami tren kenaikan lebih dari 4% dalam seminggu. “Ini mengindikasikan bahwa pasar ekuitas kembali menarik minat investor, dengan sinyal adanya aliran dana masuk atau setidaknya aksi beli yang lebih dominan dibandingkan aksi jual dalam *rally* IHSG ini,” jelas Hanif kepada Kontan.co.id, Senin (28/4).
Menurut Hanif, waktu yang tepat untuk memasuki pasar sangat bergantung pada profil risiko dan strategi investasi masing-masing investor. Contohnya, jika investor ingin masuk pasar saat ini, disarankan untuk tetap menggunakan strategi *dollar cost averaging* guna mengurangi risiko kesalahan dalam menentukan *timing*.
“Sambil terus memantau beberapa indikator penting seperti volume perdagangan, aliran dana asing bersih (*net foreign flow*), data makroekonomi, dan sentimen global,” imbuh Hanif.
Hanif juga menekankan pentingnya melakukan diversifikasi portofolio, baik dari sisi sektoral maupun instrumen investasi. Selain itu, investor juga harus tetap selektif dalam memilih saham dengan fundamental yang kuat.
Reksadana Saham Berpotensi Diuntungkan Pemangkasan Suku Bunga, Begini Prospeknya
Head of Business Development Division Henan Putihrai AM, Reza Fahmi Riawan, menyampaikan bahwa secara keseluruhan, kinerja reksa dana saham secara *year-to-date* (ytd) masih berada dalam teritori koreksi. Hingga 25 April 2025, rata-rata kinerja reksa dana saham tercatat turun 5,33% ytd. “Oleh karena itu, diperlukan konfirmasi dengan tren yang lebih konsisten dan fundamental ekonomi yang solid dalam beberapa kuartal mendatang untuk memastikan pemulihan,” jelas Reza kepada Kontan.co.id, Minggu (27/4).
Prospek ke depan masih akan sangat dipengaruhi oleh sentimen global, seperti kebijakan suku bunga dan kondisi ekonomi global. Sementara itu, dari sisi domestik, perlu dicermati kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) dan pergerakan harga komoditas. Terlebih lagi, kebijakan domestik saat ini masih dalam tahap konsolidasi pasca pemilu.
“Apabila ada konfirmasi pemulihan yang berkelanjutan dan didukung oleh fundamental yang kuat, maka ini bisa menjadi momentum yang tepat untuk memasuki pasar,” pungkas Reza.
Reksadana Saham Kembali Pimpin Imbal Hasil Sepekan, Ini 5 Terbaiknya