Ragamutama.com, JAKARTA. Persaingan ketat di sektor telekomunikasi, khususnya dalam hal tarif data, mendorong operator untuk mencari strategi baru demi keberlangsungan bisnis. Segmen fiber to the home (FTTH) pun diharapkan menjadi penopang utama.
Telkom Indonesia (TLKM), Indosat (ISAT), dan XL Axiata (EXCL) misalnya, berupaya meningkatkan pendapatan dengan menaikkan harga kartu perdana. Strategi ini, menurut analis, belum tentu efektif dalam jangka pendek.
Aurelia Barus dan Belva Monica dari Indo Premier Sekuritas menilai dampak positifnya masih belum terlihat hingga kuartal II 2025. Ketersediaan kartu perdana murah dengan bonus data terbatas di pasar dapat membatasi dampak kenaikan harga tersebut.
“Meskipun ada kenaikan harga, potensi dampaknya terhadap prospek yield data secara keseluruhan untuk (proyeksi) kuartal II-2025 masih belum pasti. Jika kartu perdana berharga murah dengan bonus data rendah masih tersedia di pasar, dampaknya terhadap yield data hingga akhir tahun 2025 kemungkinan tetap terbatas,” tulis Aurelia dan Belva dalam riset mereka pada 17 April 2025.
Sementara itu, Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, mengungkapkan dua tantangan besar yang dihadapi sektor telekomunikasi.
Pertama, perang harga yang berkelanjutan. Persaingan harga yang ketat memaksa operator menurunkan tarif, menekan margin keuntungan demi mempertahankan pangsa pasar.
Pemain Berkurang, Persaingan Sektor Telekomunikasi Kian Ketat
Kedua, beban biaya modal pengembangan jaringan 5G. Ekky menjelaskan, biaya perolehan spektrum dan peningkatan infrastruktur backhaul akan menambah beban keuangan jika tidak diimbangi peningkatan average revenue per unit (ARPU) dan efisiensi operasional.
Namun, segmen FTTH tetap menjadi harapan. Aurelia dan Belva memproyeksikan TLKM akan mencapai target pertumbuhan pelanggan FTTH pada kuartal I 2025, dan ARPU FTTH EXCL diprediksi sesuai ekspektasi.
Di antara operator, Telkom Indonesia (TLKM) memiliki posisi dominan, baik secara komersial maupun strategis dalam membentuk ekonomi digital nasional.
Laporan keuangan Telkom Group tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan pendapatan 0,5% year-on-year (yoy) menjadi Rp 150,0 triliun, meski menghadapi tekanan ekonomi dan persaingan yang ketat.
Telkomsel, anak usaha Telkom, mencatatkan pertumbuhan pendapatan dua digit, yaitu 10,7% yoy. Hal ini didorong integrasi layanan fixed broadband IndiHome B2C ke dalam Telkomsel dan dominasi pangsa pasar pendapatan seluler sebesar 51,8%.
Investasi Telkom Group mencapai Rp 24,5 triliun untuk memperkuat infrastruktur jaringan dan meningkatkan pengalaman pelanggan, dengan fokus pada konektivitas untuk mendukung strategi fixed-mobile convergence (FMC).
Penurunan Daya Beli Bayangi Emiten Telekomunikasi, Cek Rekomendasi Analis
Sukses integrasi layanan IndiHome B2C menjadi kunci utama pertumbuhan pendapatan dan basis pelanggan. Pada tahun 2024, Telkomsel mencatat pertumbuhan pendapatan IndiHome B2C sebesar 101,2% YoY menjadi Rp 26,6 triliun, dan penambahan hampir 1 juta pelanggan menjadi 9,6 juta.
“Telkom memiliki sejarah dan kontribusi panjang di pasar modal Indonesia. Pernah menjadi penguasa kapitalisasi pasar, dan kini menjadi salah satu emiten dengan kapitalisasi pasar mencapai 2,3% dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),” jelas David Sutyanto, Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Senin (28/4).
Saat ini, Telkom diperdagangkan dengan valuasi rendah, dengan price earnings ratio (PER) sebesar 10,97 kali, lebih rendah dari rata-rata sektor (13,14 kali) dan industri (16,07 kali).
Transformasi digital yang digerakkan Telkom dan Telkomsel tidak hanya menghasilkan laba, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Estimasi lembaga riset independen menunjukkan bahwa peningkatan 10% penetrasi broadband dapat mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,38%.
Telkom juga memperluas kolaborasi lokal dan internasional melalui Telin, Mitratel, dan kemitraan terbuka dalam pengembangan platform digital.
David berharap Telkom Group mempertahankan disiplin keuangan sambil terus berinvestasi di bidang digital, cloud, dan kecerdasan buatan (AI).
Di Telkomsel, keberhasilan integrasi sistem one-billing pada 2024 menjadi pencapaian penting, mendukung optimalisasi kapabilitas FMC dan pertumbuhan pendapatan berbasis rumah tangga jangka panjang.
.