Ragamutama.com – Jumlah wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Thailand mengalami penurunan drastis, mencapai titik terendah pada 16 April 2025 dengan hanya 5.833 pengunjung.
Angka ini jauh di bawah rata-rata harian sebelumnya, yang biasanya mencapai 15.000 hingga 20.000 wisatawan. Kondisi ini telah memicu krisis di sektor pariwisata Thailand.
Sisdivachr Cheewarattanaporn, Ketua Penasehat Asosiasi Agen Perjalanan Thailand (ATTA), menyebut situasi ini sebagai krisis terburuk yang dialami Thailand dalam beberapa tahun terakhir terkait pasar wisatawan Tiongkok.
“Penurunan signifikan terakhir terjadi pada tahun 2018 setelah insiden tenggelamnya kapal di Phuket yang menewaskan 47 orang,” jelas Sisdivachr.
Namun, Sisdivachr menambahkan bahwa situasi saat ini jauh lebih buruk karena berbagai faktor negatif, termasuk dampak ekonomi dari tarif AS dan kebijakan domestik Tiongkok yang mendorong warganya untuk berwisata di dalam negeri.
Data Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand hingga 20 April 2025 menunjukkan jumlah wisatawan Tiongkok mencapai 1,5 juta orang, diikuti Malaysia (1,4 juta) dan Rusia (835.385).
Selama festival Songkran, jumlah kedatangan wisatawan Tiongkok sempat melonjak menjadi 16.000 per hari pada 11 April 2025, tetapi kemudian kembali menurun.
Sisdivachr mencatat bahwa sebelum kasus penculikan aktor Tiongkok, Wang Xing, angka kedatangan harian dari Tiongkok hampir selalu di atas 15.000.
Bahkan jika angka kedatangan harian dapat dipertahankan di kisaran 10.000 hingga 15.000 untuk sisa tahun ini, total kunjungan wisatawan Tiongkok diperkirakan hanya mencapai 4,2 hingga 5,5 juta.
Jumlah ini jauh dari target pemerintah sebesar 7 juta, bahkan lebih rendah dari capaian tahun lalu yang mencapai 6,7 juta wisatawan.
Sebagai perbandingan, sebelum pandemi pada tahun 2019, Thailand mencatat rekor 11 juta kunjungan wisatawan Tiongkok dari total 40 juta kunjungan wisatawan asing.
Sisdivachr menjelaskan bahwa kebijakan domestik Tiongkok yang memprioritaskan pariwisata dalam negeri, termasuk pengembangan infrastruktur dan destinasi wisata baru, serta kebijakan bebas visa transit 240 jam, semakin mengurangi minat warga Tiongkok untuk berwisata ke luar negeri, termasuk ke Thailand.
Sebagai upaya respons, Tourism Authority of Thailand (TAT) sedang mempersiapkan program kunjungan khusus (familiarisation trip) dengan mengundang sekitar 600 agen perjalanan dan key opinion leaders dari lebih dari 30 provinsi di Tiongkok.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah turis Tiongkok ke Thailand melalui paket wisata kelompok.
Sementara itu, mantan Gubernur TAT, Yuthasak Supasorn, menekankan pentingnya strategi manajemen reputasi dan penguatan kampanye online dan offline yang terintegrasi.
Ia menyarankan agar Thailand mempromosikan produk wisata unik untuk menarik minat wisatawan khusus dan meningkatkan kepercayaan wisatawan.
Kerja sama dengan maskapai penerbangan, agen perjalanan, platform perjalanan online, serta hubungan yang erat dengan kedutaan besar, kantor perdagangan, dan lembaga budaya juga sangat penting untuk memulihkan kepercayaan dan minat wisatawan asing, khususnya dari Tiongkok.