Prospek Kinerja Sektor Infrastruktur: Masih Lemah dan Tertekan, Apa Penyebabnya?

Avatar photo

- Penulis

Senin, 28 April 2025 - 06:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA. Kinerja sektor infrastruktur masih menunjukkan kelemahan. Sejak awal tahun 2025, performa IDX Infrastructures bahkan tertinggal di belakang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sebagai informasi, IHSG ditutup pada level 6.678 pada perdagangan Jumat (25/4). Sejak awal tahun, IHSG mengalami penurunan sebesar 5,56% secara year to date (YtD).

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan penurunan kinerja IDX Infrastructures yang lebih signifikan dibandingkan IHSG. Per 25 April, IDX Infra mencatat penurunan YtD sebesar 9,68%.

Sukarno Alatas, analis dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengamati bahwa meskipun IHSG menunjukkan perbaikan dalam beberapa waktu terakhir, sektor infrastruktur belum menjadi penggerak utama.

“Hal ini karena sebagian besar saham konstituen IDX Infra, terutama yang berbobot besar, mengalami koreksi harga,” jelasnya kepada Kontan, Jumat (25/4).

Tren Penyaluran Dividen Awal Tahun Melemah, Ini Sebabnya

Contohnya, PT Indosat Tbk (ISAT), dengan bobot tertinggi di indeks (10,69%), mengalami penurunan 25,60% YtD. Kemudian, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dengan bobot 10%, turun 35,31% YtD. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), yang berbobot 9%, turun 15,27% YtD.

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), dengan bobot 8,3% terhadap IDX Infra, mengalami penurunan 10,85% YtD. Sedangkan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), yang berbobot 3,5%, turun 37,17% YtD.

Menurut Sukarno, emiten telekomunikasi berpotensi menjadi penopang terbatas pada kuartal II 2025. Emiten telekomunikasi merupakan penopang utama IDX Infra berkat prospek yang stabil dan sektor transformasi digital.

Namun, tekanan pada sektor konstruksi membuat pemulihan penuh IDX Infra dalam jangka pendek menjadi sulit. Emiten konstruksi dan infrastruktur jalan cenderung menekan indeks karena tekanan keuangan, suku bunga tinggi, dan risiko proyek.

Baca Juga :  Jakarta Padamkan Lampu: Aksi Hari Bumi Selamatkan Energi

“Emiten energi terbarukan memang menjanjikan, tetapi valuasi dan realisasi proyek perlu diperhatikan,” tambahnya.

PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dinilai berpotensi menjadi penopang, mengingat tren kenaikan harga saham dan sentimen positif akibat kenaikan tarif tol tahun ini. “JSMR juga memiliki bobot yang cukup signifikan di indeks ini,” katanya.

Sukarno merekomendasikan beli untuk JSMR dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga masing-masing Rp 5.500 per saham dan Rp 3.200 per saham.

Indri Liftiany dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) melihat bahwa secara keseluruhan, IDX Infra menunjukkan performa yang lemah dibandingkan indeks sektoral lainnya. Penurunan IDX Infra disebabkan oleh penurunan signifikan saham BREN, yang memiliki bobot besar di sektor tersebut.

Berikut Penyebab Beberapa Sekuritas Revisi Target IHSG Tahun Ini

Penurunan saham BREN disebabkan oleh aksi jual besar-besaran pada awal Februari 2025.

“Saat itu, MSCI mengumumkan bahwa mereka tidak mempertimbangkan saham BREN, PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) untuk masuk ke dalam rebalancing indeks MSCI,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (25/4).

Pada kuartal II hingga akhir tahun 2025, kinerja IDX Infra diperkirakan akan cenderung netral hingga melemah. Hal ini disebabkan oleh dampak negatif ketidakpastian global terkait tarif.

“Meskipun kekhawatiran mengenai tarif telah berkurang, diperlukan waktu untuk mengembalikan kinerja positif IDX Infra,” jelasnya.

Kinerja IDX Infra masih sangat bergantung pada saham BREN. Oleh karena itu, sentimen positif dan negatif pada saham BREN dapat menentukan arah kinerja IDX Infra.

Baca Juga :  Pemprov DKI Jakarta Gunakan Dana Zakat Tebus Ijazah 117 Warga Miskin

“Berdasarkan informasi terbaru, MSCI masih enggan memasukkan BREN dalam daftar inklusi pada tinjauan penetapan indeks bulan Mei 2025,” sebutnya.

Indri merekomendasikan buy on breakout untuk BREN di level Rp 6.225 per saham. Target harga pertama adalah Rp 6.625 per saham dan target harga kedua Rp 7.175 per saham. Stop loss disarankan jika harga menyentuh Rp 6.000 per saham.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, menambahkan bahwa penurunan kinerja IDX Infra juga dipengaruhi oleh berkurangnya alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pembangunan infrastruktur di masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

IHSG Menguat 0,99% ke 6.678 pada Jumat (25/4), UNVR, ARTO, CTRA Jadi Top Gainers LQ45

Namun, kejelasan kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sedikit meringankan dampak negatif dari sentimen tersebut.

Tingginya suku bunga Bank Indonesia (BI) juga memberatkan kinerja seluruh emiten konstituen IDX Infra, termasuk emiten telekomunikasi yang menjadi penopang indeks.

Oleh karena itu, peningkatan kinerja konstituen IDX Infra harus menunggu penurunan suku bunga acuan BI tahun ini. BI mempertahankan suku bunga pada level 5,75% di bulan April 2025.

“Penurunan suku bunga dapat menjadi peluang untuk kembali fokus melanjutkan pembangunan infrastruktur karena adanya reduction of borrowing cost,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (27/4).

Nafan merekomendasikan accumulative buy untuk ADHI, ISAT, PTPP, dan TLKM dengan target harga terdekat masing-masing Rp 274 per saham, Rp 1.935 per saham, Rp 456 per saham, dan Rp 3.410 per saham.

Berita Terkait

Kisah Tol Cipularang: Dibangun Kilat Sambut KAA ke-50, Kini Usia 20 Tahun
Patimban Siap Beroperasi: Terminal Pelabuhan Rampung Akhir 2025
Jakarta Padamkan Lampu: Aksi Hari Bumi Selamatkan Energi
Pemprov DKI Jakarta Gunakan Dana Zakat Tebus Ijazah 117 Warga Miskin
Debat Sengit: Usulan Solo Menjadi Kota Istimewa, Pro dan Kontra
Satpol PP Depok Segel Perumahan: Pengembang Mengaku Terima Tiga Surat Peringatan
Pramono Akan Gratiskan Warga Naik Transjabodetabek
ASN Jakarta Wajib Naik Transportasi Umum Setiap Rabu, Ongkosnya Digratiskan

Berita Terkait

Senin, 28 April 2025 - 06:51 WIB

Prospek Kinerja Sektor Infrastruktur: Masih Lemah dan Tertekan, Apa Penyebabnya?

Minggu, 27 April 2025 - 21:43 WIB

Kisah Tol Cipularang: Dibangun Kilat Sambut KAA ke-50, Kini Usia 20 Tahun

Minggu, 27 April 2025 - 16:51 WIB

Patimban Siap Beroperasi: Terminal Pelabuhan Rampung Akhir 2025

Minggu, 27 April 2025 - 00:20 WIB

Jakarta Padamkan Lampu: Aksi Hari Bumi Selamatkan Energi

Sabtu, 26 April 2025 - 09:55 WIB

Pemprov DKI Jakarta Gunakan Dana Zakat Tebus Ijazah 117 Warga Miskin

Berita Terbaru

finance

EMTK Bagi Dividen Jumbo: Investor Kantongi Rp 2,01 Triliun

Senin, 28 Apr 2025 - 17:07 WIB