Kabupaten Toraja Utara, sebuah permata tersembunyi di Sulawesi Selatan, menawarkan beragam destinasi wisata dengan daya tarik uniknya masing-masing. Wilayah yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja ini, telah mendunia bukan hanya karena kekayaan budayanya, tetapi juga karena keindahan alamnya yang memukau.
Kita mungkin sudah familiar dengan keindahan Negeri Di Atas Awan Lolai, To’ Tombi, Do Madona, Ke’te’ Kesu’, dan destinasi lainnya. Namun, kini hadir sebuah permata baru di Kecamatan Sa’dan yang siap memikat hati para wisatawan, yaitu Sa’dan To’ Barana’.
Terletak di sekitar Sangkaropi’, Sa’dan To’ Barana’ berada dekat dengan sumber Sungai Sa’dan, sungai terpanjang yang mengalir di Provinsi Sulawesi Selatan. Kunjungan ke tempat ini bukan hanya sekadar berwisata, tetapi juga kesempatan untuk mempelajari lebih dalam tentang asal muasal Sungai Sa’dan yang legendaris.
Sa’dan To’ Barana’ sendiri adalah nama sebuah kampung adat yang terletak di tepi Sungai Sa’dan. Lokasinya berjarak sekitar 32,5 km dari Makale, ibu kota Kabupaten Tana Toraja, atau sekitar 13 km dari Rantepao, ibu kota Kabupaten Toraja Utara.
Bersama keluarga, kami memulai perjalanan dari Makale dan membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk tiba di destinasi yang menawan ini.
Akses menuju Sa’dan To’ Barana’ kini sangat mudah, berkat jalan beraspal yang mulus mulai dari perbatasan Kabupaten Tana Toraja hingga ke lokasi wisata.
Sa’dan To’ Barana’ memanjakan pengunjung dengan panorama alam yang menakjubkan, terutama pemandangan Sungai Sa’dan yang membelah lanskap. Lebih dari itu, para penggemar tantangan dapat menikmati serunya olahraga arung jeram sepanjang 7 km.
Objek wisata Sa’dan To’ Barana’ terintegrasi dengan kompleks Tongkonan Ponglabba. Oleh karena itu, selain keindahan alam, pengunjung juga dapat menikmati keunikan arsitektur rumah adat Tongkonan. Di lokasi ini, Anda juga berkesempatan mengunjungi tempat pembuatan tenun asli Toraja, yang dikenal sebagai tenun Sa’dan atau pa’tannun Sa’dan.
Karena lokasinya yang dekat dengan hulu Sungai Sa’dan, air di sini sangat jernih dan segar. Selain itu, Anda tidak perlu khawatir akan risiko banjir besar, karena belum ada pertemuan sungai di bagian hulu ini.
Puluhan gazebo tertata rapi di tepi sungai, membentang sepanjang kurang lebih 200 meter. Area parkir yang luas dapat menampung sekitar 30 hingga 70 mobil.
Keindahan aliran sungai yang dipadukan dengan alam yang masih alami, jauh dari hiruk pikuk kota dan polusi, menjadikan tempat ini tujuan favorit bagi wisatawan mancanegara dan domestik. Kami bahkan sempat bertemu dan berbincang dengan dua wisatawan yang berasal dari Italia.
Secara khusus, perjalanan kami, sebagai warga Gereja Toraja Jemaat Bukit Sion Salubarani, ke Objek Wisata Sa’dan To’ Barana’ adalah dalam rangka merayakan Paskah tahun 2025 dengan mengadakan ibadah padang (ibadah di alam terbuka). Warga jemaat yang berdomisili di Kelurahan Salubarani, perbatasan Tana Toraja-Enrekang, menempuh perjalanan selama 2 jam. Mereka berangkat pukul 07.30 pagi dan tiba di lokasi wisata sekitar pukul 09.30.
Seluruh anggota jemaat menyebar ke lima gazebo yang telah kami pesan sebelumnya. Terdapat lebih dari 20 gazebo di sepanjang tepi Sungai Sa’dan ini. Dengan demikian, bahkan saat hujan, pengunjung tetap dapat menikmati suasana dengan nyaman.
Ibadah Paskah dimulai tepat pukul 10 pagi dan berlangsung selama satu jam. Lokasi wisata sangat ramai oleh pengunjung, termasuk warga non-Kristen. Namun, yang luar biasa adalah, semua pengunjung tetap tenang dan tidak membuat kebisingan selama ibadah berlangsung. Sebuah toleransi yang sangat indah.
Di akhir rangkaian ibadah, anak-anak sekolah minggu diberi kesempatan untuk berburu telur Paskah di sekitar halaman Tongkonan Ponglabba. Suasana menjadi sangat meriah dan menyenangkan.
Setelah ibadah selesai, anak-anak dan beberapa orang tua langsung turun ke sungai untuk bermain batu, pasir, dan berenang. Sementara yang lain memilih untuk bersantai di bagian selatan, di bawah rindangnya pepohonan, sambil memanggang daging (ma’rarang). Beberapa kilogram ikan juga menjadi hidangan lezat yang dipanggang.
Semua bahan untuk memanggang telah kami persiapkan dari rumah. Saya membeli dua karung arang dan membawa satu alat pemanggang ukuran sedang. Pengelola objek wisata juga menyediakan tiga alat pemanggang besar untuk kami gunakan.
Makan bersama yang diselingi canda tawa di tengah alam terbuka Sa’dan To’ Barana’ terasa sangat istimewa. Nasi ketan, nasi putih, dan berbagai macam lauk hasil panggangan terasa sangat nikmat di lidah. Ditambah dengan hembusan angin sepoi-sepoi, semakin sempurnalah keindahan Sa’dan To’ Barana’.
Di tengah hari, saat cuaca terasa panas, sangat menyegarkan untuk turun ke area sungai dan merendam kaki sambil menikmati minuman.
Setelah tengah hari, kami melanjutkan dengan berenang dan berendam di sungai. Aliran sungai yang sedikit berjeram, air yang jernih, dan bebas dari sampah membuat suasana semakin nyaman. Sekitar 2 jam, kami dan anak-anak menghabiskan waktu di sungai. Sesekali kami menyusuri pinggiran sungai di seberang, kemudian berenang kembali.
Menjelang sore hari, sekitar pukul 3, kami bersiap untuk meninggalkan Sa’dan To’ Barana’. Tak lupa, kami memungut sampah yang berserakan di sekitar lokasi. Penting untuk terus mengampanyekan kesadaran tentang pengelolaan sampah, meskipun dalam skala kecil sekalipun.