Ragamutama.com – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sempat mencatatkan performa mengesankan, mencapai puncak harga Rp 10.950 per lembar pada 23 September 2024. Kenaikan ini cukup signifikan, yaitu sebesar Rp 1.175 atau setara dengan 12,02 persen.
Namun, volatilitas pasar yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini telah mempengaruhi pergerakan harga saham BCA. Saat ini, harga saham tersebut berada di kisaran Rp 8000-an. Meskipun demikian, harapan pasar terhadap potensi saham BCA untuk kembali menembus level Rp 10.000 masih cukup tinggi.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, mungkinkah harga saham BBCA akan kembali meroket hingga menyentuh angka Rp 10.000?
Tenang di Tengah Badai, 5 Weton Dirmalkan Nasibnya Berubah Usai April 2025 Berakhir, Menurut Primbon Jawa
Menanggapi hal ini, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengungkapkan bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi pergerakan harga saham perusahaan yang dipimpinnya. Fokus utamanya adalah memastikan fundamental BCA tetap kokoh dan berkelanjutan.
“Apabila ditanya apakah harga saham bisa kembali ke level Rp 10.000, jujur saja, saya bukanlah seorang peramal. Saya tidak memiliki bola kristal yang bisa memberikan petunjuk. Jadi, saya katakan dengan jujur, saya tidak tahu,” ujar Jahja dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini.
“Mungkin saja target tersebut tercapai sebelum akhir tahun ini, atau mungkin baru akan tercapai tahun depan. Kami tidak memiliki target khusus terkait harga saham. Fokus kami adalah menjaga kinerja perusahaan, profitabilitas, *return on asset*, dan *return on equity*,” lanjut Jahja.
4 Shio Ini Diyakini Membawa Rezeki dan Keberuntungan Besar untuk Keluarganya
Selain itu, Jahja juga menambahkan bahwa perseroan memberikan perhatian khusus pada *cost ratio* dan *cost income ratio*. Upaya lain yang dilakukan adalah menjaga rasio kredit bermasalah (*non-performing loss* atau NPL) serta *loan at risk* (LAR).
Jahja juga menekankan pentingnya perseroan dalam menjaga kualitas penyaluran pinjaman, memastikan bahwa pinjaman diberikan kepada pihak yang memiliki prospek yang baik.
“Hal-hal tersebut kami lakukan secara otomatis. Apabila fundamental dan kinerja perusahaan bagus, maka harga saham secara otomatis akan meningkat,” kata Jahja.
“Jadi, menurut saya, kami sendiri tidak memiliki target khusus mengenai harga saham, dan kami juga tidak tahu kapan target tersebut akan tercapai,” pungkasnya.