Ragamutama.com JAKARTA — Pertemuan semi-tahunan IMF-Bank Dunia, atau spring meetings, menghasilkan kesepakatan Global Policy Agenda. Agenda ini mencakup langkah-langkah strategis untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, termasuk dampak kebijakan tarif proteksionis pemerintahan Trump.
Delegasi Indonesia, dipimpin Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, melaporkan kesepakatan yang menekankan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi global.
Seperti diketahui, kebijakan tarif tinggi Trump diprediksi akan menimbulkan koreksi ekonomi global dan regional.
: Bank Dunia dan IMF Kompak Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI ke 4,7%
“Rekomendasi IMF meliputi tiga hal utama. Pertama, penyelesaian segera ketegangan perdagangan melalui kesepakatan antar negara utama, pengurangan hambatan perdagangan, dan terciptanya sistem perdagangan yang adil dan stabil agar manfaatnya merata,” jelas Perry dalam keterangan resmi, Minggu (27/4/2025).
Kedua, mempertahankan stabilitas ekonomi melalui penguatan fiskal dan moneter, termasuk peningkatan efisiensi belanja pemerintah, penegasan independensi bank sentral, dan penguatan pengawasan sektor keuangan.
: : IMF Sebut Asia Masih Punya Ruang untuk Pangkas Suku Bunga
Ketiga, mendorong pertumbuhan jangka panjang melalui reformasi struktural dan integrasi ekonomi serta keuangan yang lebih dalam.
Dalam pertemuan di Washington D.C. (22-26 April 2025), Indonesia turut menyuarakan pentingnya peran aktif organisasi internasional, khususnya IMF, dalam mendorong kebijakan perdagangan internasional yang terbuka untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
: : Sri Mulyani Belum Mau Revisi Target Pertumbuhan Ekonomi 2025 meski IMF Pangkas 0,4%
Indonesia menekankan perlunya IMF secara tegas mendukung sistem perdagangan internasional yang terbuka.
Gubernur BI Perry Warjiyo juga menegaskan komitmen negara-negara ASEAN terhadap sistem perdagangan multilateral yang terbuka, inklusif, dan berbasis aturan (rule-based)—sebuah pendekatan yang kontras dengan kebijakan bilateral yang diusung pemerintahan Trump.
Bank Indonesia menyambut baik upaya IMF dalam meningkatkan pengawasan ekonomi global berdasarkan Integrated Policy Framework (IPF), dengan tetap memperhatikan kondisi spesifik masing-masing negara.
Perry memaparkan pengalaman Indonesia dalam menerapkan IPF, menekankan keberhasilannya dalam mendorong stabilitas dan kinerja ekonomi, serta melindungi negara dari guncangan kebijakan global yang tak terduga.
“BI juga berharap langkah konkret dari IMF dalam memperkuat jaring pengaman keuangan global, antara lain melalui peningkatan kerja sama dengan Chiang Mai Initiative Multilateralisation [CMIM], dan kemajuan nyata dalam reformasi kuota untuk memperkuat kapasitas keuangan IMF sebagai lembaga berbasis kuota,” tutupnya.